Ka Rani hiks,tolong aku suamiku dipecat dari pekerjaannya dan dia pergi meninggalkan aku dengan wanita lain padahal aku sedang mengandung darah dagingnya.Aku tak punya siapapun lagi selain Kaka." Ucap Rena adik satu-satunya Rani
" Bagaimana bisa jadi seperti ini Rena,Lantas bagaimana kondisimu saat ini?"
" Aku luntang Lantung dijalan ka,rumahku baru saja disita pihak bank karena sertifikat rumahnya dijaminkan mas Reno untuk pinjaman di bank dan ternyata mas Reno ditak membayar cicilannya selama berbulan-bulan.
" Ya Tuhan malang sekali kamu Ren,sebentar Kaka diskusi dulu dengan mas Langit,Kaka mau minta izin untuk kamu tinggal bersama Kaka."
" baik ka terimakasih.
Beberapa saat kemudian.....
" hallo Ren!"
" Iya ka bagaimana?
" sekarang posisi kamu ada dimana,mas Langit setuju dan Kaka akan menjemputmu saat ini juga!"
" Allhmdulillah,baik ka terimakasih.Aku ditaman sakura jalan kenangan blok d.Kaka beneran mau kesini ka?"
" Iya dek,kamu jangan kemana-mana sebelum Kaka datang ya!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atha Diyuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 27 Terkejut
Terlalu lama jalan dengan beban yang lumayan banyak membuat Rani merasa sangat kelelahan hingga tanpa sadar dia tertidur dihalte.
Empppth
Plaap
Blam
" Astaga aku dimana?"
Rani terkejut karna saat membuka mata dia sudah berada diatas ranjang empuk berukuran king size disebuah kamar mewah.
Seketika otaknya bertrefeling kemana-mana,detik berikutnya Rani justru ketakutan.
" Fix ini gue diculik." Gumam Rani saat mencoba membuka pintu kamar namun dalam keadaan terkunci.
" Apa ini sekelas penculik VVIP,baru kali ini ada penculik nyekap orang di kamar mewah.Astaga!" Rani membekap mulutnya sendiri saat fikiran negatif mulai merasuk kedalam otaknya.
" Apa gue udah dijual sama germo,terus kue dibawa sama om-om dan harus melayani om -om kesepian.Ya Tuhan,begini sekali nasibku.Hiks hiks.
Rani meringkuk diatas tempat tidur sembari memeluk lututnya.
Hatinya begitu kalut dan merutuki keputusannha yang memilih kabur dari rumah tengah malam.
" Hiks,mamah maafkan Rani mah,papah maafkan Rani pah.Ini pasti kutukan Tuhan,tapi gue tidak akan menyerah.Gue pasti bisa membuat kesepakatan dengan om-om yang udah beli gue.
Cklek
Mendengar kenop pintu terbuka Rani lantas berbalik badan dan menutupi semua tubuhnya dengan slimut.
Telinganya mendengar langkah seseorang yang mendekat ke arahnya.
" Stop! Tolong tetap berada di tempatmu om." Perintah Rani tanpa melihat dan menoleh siapa yang datang.
Sementara orang dibelakang Rani memicing mendengar kata terakhir yang disebut Rani.
" Brengsek dia panggil saya om." Batin Ardan.
" Saya tau om pasti sudah bayar saya dengan mahal sama orang yang udah bawa saya kesini.Tapi tolong om jangan sentuh saya,saya janji saya akan ganti rugi semua uang yang sudah om berikan untuk orang tersebut tapi dengan syarat om tidak boleh menyentuh saya seujung kukupun dan om membiarkan saya pergi dari sini sekarang.Saya mohon om,ketek saya bau om,om bakal nyesel kalau deket-deket saya." Ucap Rani dengan konyol.
Jangan tanya bagaimana reaksi Ardan dibelakang Rani.
" Ya Tuhan jadi Rani menganggap saya om-om yang membeli dirinya dari germo?" Gumam Ardan dalam hati.
Sebisanya Ardan menahan tawanya agar tidak meledak mendengar dan melihat ketakutan wanita didepannya.
" Dih jangan-jangan om-omnya bisu,atau dia tuli jadi gak bisa denger gue ngomong. Ini kesempatan gue buat manfaatin kelemahan dia.Ayo Ran jangan takut,kalau dia om-om hidung salur udah pasti dia langsung nyerang Lo pas Lo tidur atau setidaknya dia pasti udah grepe-grepe Lo tadi." Batin Rani.
Dengan penuh keyakinan Rani mencoba memberikan diri untuk membuka selimutnya dan hampir saja menoleh jika saya suara deheman Ardan tidak mengejutkannya.
" Ekhem!"
Deg
" Ya Tuhan dia bersuara artinya dia bisa bicara." Lirih Rani namun masih bisa didengar oleh Ardan.
" Jangan coba-coba kabur dari saya dan jangan membuat kesepakatan apapun dengan saya karna saya sudah bayar kamu dengan sangat mahal.Tapi kalau kamu mau kabur silahkan ganti rugi sebanyak 1 milyar karna tadi saya bayar kamu 500 juta." Ucap Ardan dengan suara yang dibuat berat dan sedikit serak agar Rani tak mengenalinya.
" Gilaa 1 M itu uang semua? Tapi bentar,ko dia mau ya bayar gue mahal." Gumam Rani,sesaat wanita cantik itu merasa bangga akan dirinya.
" Jangan 1milyar ya om ,saya mau ko ganti rugi 500 juta asal dicicil ya om." Cicit Rani.
Lagi-lagi Ardan harus menahan tawanya meskipun perutnya sudah sangat sakit karna menahan tawa mendengar kata-kata Rani.
" Tidak ada penawaran lagi,memangnya mobil bisa kamu cicil!" Sentak Ardan.
" Gue mesti pake amunisi terakhir nih,jurus andalan.Apa boleh buat gue harus bisa melakukannya ini pilihan terakhir gue." Gumam Rani.
Dalam hatinya Rani menghitung dari satu sampai tiga dan dalam hitungan ke tiga Rani akan menoleh dan melakukan penawaran dengan jurus andalannya yaitu menangis.
Namun saat baru hitungan ke dua Ardan lebih dulu menepuk pundaknya hingga Rani refleks menoleh.
" Bapak!"
" Iya ada apa? Kamu terkejut? Cepat mandi karna saya gak tahan dengan bau ketekmu!" Cibir Ardan membuat bibir Rani mengerucut.
" Jadi bapak yang culik saya! Astaga,saya tidak menyangka pak Ardan selain jadi pengusaha juga merangkap jadi germo? Atau jangan-jangan selama ini bapak biasa membeli gadis-gadis kecil untuk dijadikan..."
Rani tak sampai hati melanjutkan ucapannya.
Cetak
" Sakit pak!" Pekik Rani kala Ardan menjitak keningnya.
" Mandi!" Titah Ardan.
" Tapi pak bagaimana bisa saya ada disini bapak jelasin dulu bapak bayar saya kesiapa pak?" Cerocos Rani namun tak dihiraukan oleh Ardan.
Ardan justru mendorong Rani kedalam kamar mandi meskipun Rani menolaknya.
" Pak ayo jawab!" Kekeh Rani meminta penjelasan.
" Mandi atau mau saya mandikan!" Sentak Ardan membuat Rani secepatnya menutup pintu kamar mandi.Namun detik berikutnya Rani keluar lagi.
" Mau saya mandikan?" Tanya Ardan sembari menaik turunkan alisnya.
" Ish dasar otak mesum! Saya mau ambil baju pak." Sungut Rani.
Kurang lebih 30 menit Rani berada didalam kamar mandi,Rani keluar dari kamar mandi sudah lengkap dengan pakaian yang rapih wangi dan bahkan dia sudah memoles sedikit wajahnya dengan make up tipis.
" Astaga dia cantik sekali." Gumam Ardan dalam hati.
Aroma harum dari tubuhnya menyeruak dikamar tersebut.Tak biasa berduaan dengan wanita di dalam satu kamar membuat Ardan sedikit gugup.
" Hello! Saya memang cantik jadi jangan terlalu lama menatap saya nanti kecantikan saya bisa luntur." Celetuk Rani membuat mata Ardan menggerling.
" Percaya diri sekali kamu,memangnya kamu fikir saya sedang menikmati kecantikan kamu? Saya hanya sedang berfikir seberapa tahan diodorant menghilangkan bau ketekmu." Cibir Ardan.
Bukannya menanggapi pertanyaan Ardan,Rani justru menatap Arsan dengan tatapan yang sulit diartikan.
" Katakan bagaimana bisa saya ada dikamar bapak?" Todong Rani.
" Sepenting itu? Apa kamu benar-benar ingin tau? Untuk apa? Yang penting kamu sudah aman bukan?" Tanya Ardan.
" Saya harus tau pak! Cepat katakan atau saya teriak biar semua orang tau kalau saya lagi disekap sama bapak!" Ancam Rani.
" Ck,dasar tidak tau terimakasih!" Sungut Ardan.
Terdengar helaan nafas panjang dari Ardan.
Laki-laki yang kini duduk didepan Rani itu lantas berdiri dan berjalan menuju balkon.
Flashback on...
Pukul 23.30 malam Ardan mendadak lapar dan dirumahnya tidak ada bahan makanan yang bisa dia masak,terlebih art yang biasa menginap dirumahnya pulang lantaran anaknya tengah demam.
Ardan memutuskan untuk pergi keluar mencari makan karna dia tak mungkin membangun ibunya.Namun ditengah perjalanan pulang Ardan tak sengaja melihat seorang wanita dengan koper dikedua sisinya dalam keadaan tidur padahal posisinya sedang duduk bersandar di kursi halte.
Awalnya Ardan acuh namun saat melintasinya Ardan merasa tak asing dengan wajah yang ia lihat sepintas.
Ardan memutuskan untuk turun dan setelah turun ternyata benar,orang yang tengah terlelap dikursi halte adalah Rani yang notabennya adalah karyawan dikantornya.
" Astaga bodoh sekali dia sampai tidur disini?" Gumam Ardan.
Ardan sempat duduk sejenak disebelah Rani berharap wanita itu terbangun namun rupanya Rani begitu terlelap berada didalam mimpi.
" Ran,ayo bangun! Rani!" Ardan mengguncang pundak Rani namun masih tetap bergeming.
" Astaga ini orang tidur atau pingsan?" Gumam Ardan.
Merasa tak tega akhirnya Adran memutuskan untuk membawa Rani pulang kerumahnya.Karana sudah mengantuk dan lelah Ardaa akhirnya membawa Rani ke kamarnya dan tidur bersamanya dalam satu ranjang hingga pagi menjelang Adran terbangun dan membersihkan diri sebelum Rani bangun.
Flashback off...
" Hiks, terimakasih pak.Untung ada bapak,saya tidak tau harus berterimakasih dengan cara apa lagi.Maaf saya sudah menuduh bapak melakukan yang bukan-bukan." Ucap Rani.
" Sudahlah lupakan saja, kalau seandainya orang lain yang berada di posisimu juga pasti saya akan menolongnya jadi jangan GR!" Ucap Ardan.
" Terserah bapak intinya saya makasih aja pak sama bapak.Em,boleh saya minta tolong lagi pak?" Tanya Rani dengan memohon.
" Dasar tidak tau malu,ditolong sekali malah ngelunjak!" Cibir Ardan.
" Yaelah pak,biar pahala bapak gak setengah-setengah dapetnya." Cicit Rani membuat Ardan memutar bola matanya dengan malas.
" Katakan!" Ucap Ardan.
" Em,anu pak saya saat ini tidak punya tempat tinggal,saya titip barang-barang saya dulu dan saya minta izin hari ini untuk tidak berangkat ke kantor.Saya mau cari kost atau kontrakan buat tempat tinggal saya sementara karna saya tidak mungkin luntang lantung dijalan." Ucap Rani dengan wajah sedih.
" Kamu kabur dari rumah suami kamu? Atau kamu diusir oleh suami kamu?" Todong Ardan.
" Bukan dari rumah suami tapi dari mertua?" Jawab Rani.
Mendengar jawaban dari Rani ,Adran mengerutkan keningnya.
" Ck,jadi saya pergi dari rumah suami saya dan tinggal bersama mertua saya tapi setelah saya pikir-pikir saya memutuskan kabur dari rumah mertua saya." Jawab Rani.
" Bagaimana bisa?" Tanya Ardan.
" Selain menyebalkan rupanya bapak juga keppo sama urusan orang!" Sungut Rani,namun tetap saja wanita itu menceritakan tentang apa yang menimpa dirinya.
" Hiks jadi begitu pak ceritanya." isak Rani.
Grep
Tanpa mengatakan apapun Ardan menarik tubuh Rani dan membawanya kepelukannya.
" Jangan sedih lagi, airmatamu terlalu berharga jika untuk menangisi orang-orang seperti mereka." Ucap Ardan sembari mengusap puncak kepala Rani.
Bersambung.....
kalau ada waktu luang mampir ya di novel aku juga.
"aku dan teman kamarku."