Bukan bacaan untuk bocil.
Blurb...
"Hem..ternyata cewek cupu ini cantik juga"
Gumam Albian, saat menanggalkan kacamata tebal dari wajah Khanza.
Demi memenangkan taruhan dengan teman-temannya. Albian yang notabenenya adalah pria paling populer di kampus, sampai rela berpacaran dengan Khanza si gadis cupu dan penyendiri.
Berkat pesona yang dimilikinya. Albian berhasil membuat gadis cupu dan lugu seperti Khanza, kini pasrah berada di bawah kungkungannya.
"A-aku takut Al. Bagaimana kalau aku hamil?"
Tanya Khanza saat Albian menanggalkan kancing kemeja oversize miliknya. Namun Albian yang otaknya sudah diselimuti kabut hawa nafsu tidak mendengarkan ucapan Khanza. Meniduri gadis cupu itu adalah bagian dari taruhan mereka.
"Tenang saja sayang, semua akan baik-baik saja kok"
Ucap Albian sembari menelan salivanya saat melihat gunung kembar milik Khanza yang padat dan menantang.
ikuti kisah selengkapnya dengan membaca karya ini hingga selesai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alisha Chanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bungkam
"Tumben malam ini sepi banget"
Ucap Rosaline sembari menatap kesekitar melalui jendela mobilnya, gadis cantik itu baru saja pulang belanja untuk keperluan wisudanya. Membeli kebaya di butik langganannya untuk ia kenakan saat wisuda nanti, saking asiknya belanja sampai tak terasa kalau malam kian larut.
"Aih, siapa tuh?"
Rosaline menghentikan laju mobilnya saat melihat ada seorang gadis berdiri di atas pagar jembatan.
"Eh eh, mau ngapain dia?"
Paniknya saat melihat gadis itu merentangkan kedua tangannya dan seakan bersiap untuk melompat. Tanpa pikir panjang Rosaline langsung menghampiri gadis itu dengan berlari.
"Jangan!"
Teriaknya sembari menarik pinggang gadis itu.
Usaha Rosaline tidaklah sia-sia. Berkat aksi heroiknya, akhirnya gadis itu yang tak lain adalah Khanza gagal bertemu dengan malaikat mautnya hari ini.
"Aw, sakit"
Pekik Rosaline sembari mengusap sikutnya yang terluka. Demi menolong gadis itu, Rosaline sampai ikut terjatuh dan terluka pula.
"Hiks"
Gadis yang di tolong Rosaline terisak.
"Eh mbak, kalau mau diskon nyawa jangan disini dong! Kalau mbak matti di jembatan ini, trus tempat ini jadi angker gimana? Gak kasian sama orang-orang yang lewat"
Umpat Rosaline pada gadis di hadapannya. Rosaline sering lewat jembatan itu, pada malam hari pula. Jadi sampai kepikiran hal seperti itu. Tak tahu juga ia harus bicara apa lagi, jadi sekenanya saja.
"Hiks..hiks..hiks.."
Mendengar umpatan dari Rosaline, tangis gadis itu malah semakin menjadi saja.
"K-Khanza"
Rosaline hampir tak mengenali Khanza sebelumnya, karna gadis itu tidak memakai kacamata tebalnya.
Khanza yang baru bangun dari pingsannya langsung diseret keluar oleh Yudi sang ayah, mana sempat ia memakai kacamata terlebih dahulu.
Khanza pergi dari rumah hanya memakai pakaian yang melekat di tubuhnya saja, tanpa alas kaki, tanpa membawa dompet bahkan ponselnya pun masih ada di dalam kamarnya.
***
***
Khanza masih saja terus terisak, melihat kondisi gadis malang itu sekarang Rosaline pun jadi enggan untuk bertanya.
Rosaline dan Khanza adalah teman satu kampus bahkan keduanya satu kelas. Tapi walaupun keduanya satu kelas, mereka selalu bersikap seakan mereka adalah orang asing yang tak saling mengenal sama sekali saat bertemu di luar kampus seperti ini.
Bahkan Rosaline memasukan Khanza kedalam daftar saingan terberatnya. Khanza selalu lebih unggul dalam segi pelajaran dari dirinya, Khanza juga berhasil menjadikan pria paling tampan dan populer di kampus menjadi kekasihnya.
Walaupun belakangan terungkap kalau Khanza hanya dijadikan bahan taruhan saja oleh Albian.
"Lo kenapa sampe nekat kaya gini?"
Tanya Rosaline akhirnya, lama-lama ia tidak tega juga pada gadis malang di hadapannya. Dijadikan bahan taruhan dan di permalukan seisi kampus, Rosaline tidak bisa membayangkan jika hal itu terjadi kepadanya.
Lama menunggu jawaban, tapi Khanza masih saja bungkam.
"Ayo masuk, gue anter lo pulang sekarang"
Ajak Rosaline sembari menarik tangan Khanza. Saat ini mereka berdua masih berada di atas jembatan.
Khanza menarik tangannya dan menggelengkan kepalanya dengan kuat, sebagai isyarat bahwa ia tidak mau pulang ke rumah. Lagipula Khanza sudah di usir dari rumah itu sekarang.
"Trus mau lo apa? Mau tinggal di jembatan ini semalaman?"
Tanya Rosaline dengan nada meninggi, kesal juga ia lama-lama menghadapi Khanza yang selalu saja diam tiap ia ajak bicara.
"Ok kalau itu mau lo! Lo tinggal aja di jembatan ini, gue mau pulang!"
Umpatnya kesal sembari berlalu meninggalkan Khanza yang sedang terduduk sembari memeluk kedua lututnya.
"Gimana kalau dia nekat bundir lagi?"
Langkah Rosaline terhenti dan kembali menatap ke arah gadis malang itu.
"Lo ikut gue sekarang!"
Rosaline menarik tangan Khanza dan memaksa gadis itu masuk ke dalam mobilnya.
#Terima kasih sudah membaca karya ini, Jangan lupa like and komennya ya teman haluku ^^#