kisah cinta dalam perjodohan, penuh luka dan air mata, hanya Demi mewujudkan wasian terahir dari kedua orang tuanya ia rela menikah tanpa cinta...
bagaimana. selajutnya apakah pernikahan dan juga cintanya bersambut atau hanya menambah luka di hatinya...
ikuti terus sahabat Nana imuet.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon salsabilaimuet, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Usai sudah
Di apartemen falinda sudah menyiapkan semua baju dan ia memasukan kedalam koper ia akan segera angkat kaki dari apartemen ini hari ini juga..
Walaupun banyak kenangan buruk yang pernah ia alami di apartemen ini tapi ia menjadikan sebuah pelajaran bahwa tak semua berakhir indah, bahkan banyak keinginan atau kenangan yang ingin ia ukur tapi sayang, semuanya hanya mimpi belaka.
Falinda juga sudah menulis surat yang akan ia taruh di ruang makan, mungkin. Ia akan meminta sang mantan suami segera mengurus surat perceraian agar langkah yang ia tempuh nanti agar semakin ringan dan Tampa beban ia juga ingin menjalani pengobatan dengan tenang,
Dengan tekat yang bulat falinda juga ingin s segera melupakan. rasa cintanya kepada Tama agar kedepannya ia bisa melangkah tanpa harus terbelenggu masa lalu.
"Mungkin kamu akan menemukan seseorang yang kamu cintai mas, tapi bukan aku orangnya, dan doakan semoga rasa cinta di hati ini segera hilang agar suatu saat ada cinta yang singgah hati ini mampu menerima." gimana falinda dan melipat surat itu..
Falinda keluar kamar, ia melihat sekeliling tampak sepi, "mungkin mas Tama sudah pergi ke kantor," pikirnya Tampa memusingkan.
Ada bayangan saat mereka akur, dan juga as bayangan saat mereka bertengkar, semua faLinda ingat akan peristiwa itu, bahkan ia sulit untuk melupakan, jika di bilang ia memaafkan perlakuan Tama, ia sudah memaafkan tapi untuk melupakan ia belum sepenuhnya lupa, karena itu adalah memory yang selalu menghampiri falinda. jika ia teringat tengah malam. bahkan jika di katakan ia lebih takut lagi jawabannya tidak karena semua yang ada di bumi akan mati, hanya aja ia masih ingat akan ucapan dan juga perlakuan yang mungkin sulit untuk ia hilangkan..
Felix mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi hingga tiba di loby apartemen Tama, ia langsung memarkirkan dan turun berjalan tergesa-gesa menuju unit kamar apartemen Tama..
ia juga melihat jam tangan di pergelangan tangannya bahwa pertemuan di majukan setengah jam lagi..
"Sial..." umpat Felix..
Mereka tak mau mentoleransi jadwal di tunda atau di undur, ia juga masih bernegosiasi juga tapi di tolak..
"Jangan sampai tu anak enak-enakkan tidur, awas kamu Tama..."
sampai di depan unit Felix langsung mencekal bel dan gak lama pintu apartemen pun terbuka.
Ceklek.
"Kak Felix, silahkan masuk kak, " sambut falinda ramah..
"Makasih fal, oh ya Tama ada.." Felix masuk dan langsung bertanya.
"Ada kak, mungkin masih di dalam kamar, kakak masuk saja.." ucap falinda dengan tersenyum..
"Kamu aja yang bangunin, Kakak tunggu di sini saja.." Felix yang duduk di ruang tamu.
"Kakak saja aku gak enak bangunin nya.." falinda yang berusaha mencari alasan..
"Baiklah..."
Felix juga tahu hubungan keduanya hanya aja ia ingin mengetes apakah mereka sudah baikan atau belum, tapi setelah di lihat mungkin konflik itu masih ada..
Felix pun langsung masuk ke dalam kamar Tama, dan ia melihat Tama yang masih tertidur pulas dengan badan tengkurap...
"Dasar, ini nie yang gue gak suka hanya karena wanita pekerjaan jadi terbengkalai mau jadi apa perusahaan jika begini terus.." ucap Felix yang mendekati Tama..
"Bangun woy... Siang..." ucap Felix di telinga Tama..
Tama jang masih terlelap juga tak menghiraukan ucapan Felix baginya ia sangat malas untuk membuka mata apalagi ia sadar setelah pagi tadi berdebat ia melanjutkan tidur agar hatinya sedikit reda..
"Bangun woy..." teriak felix sekali lagi..
"Jika Lo gak bangun terpaksa gue siram Lo dengan air.." dengan nada keras.
Tama yang mendengar itu pun langsung terbangun dan duduk..
"Apaan sih Lo, bukanya gue udah kirim cat kalo gue gak masuk..." dengan muka di tekuk ia duduk bersandar.
"Sekarang Lo bangun siap-siap kita ada pertemuan dengan klien jadi jangan pernah Lo bilang gak hadir.." Felix yang menyuruh Tama untuk siap-siap.
"Gue malas pikiran gue buntu jadi Lo saja yang wakilin atau batalkan saja atau ajukan besok.." Tama yang malas untuk bergerak.
"Gue tahu Lo lagi sedih. Mungkin ko ada masalah tapi jangan Lo campurkan dengan pekerjaan, karena ini adalah klien yang sudah lama bergabung dengan kita jadi Lo jangan kecewakan mereka.."
Dengan malas Tama pun bersiap ia juga tak bisa menyepelekan pekerjaannya.. Walaupun hatinya di landa rasa kekhawatiran dan juga resah ia harus bersikap profesional.
"Baiklah tunggu gue.."
Setelah selesai mereka keluar dari dalam kamar Tama dan juga falinda mereka berpapasan dan saling canggung ia bingung harus berkata apa.. setelah ucapan dirinya yang mentalak tadi pagi..
Felix yang melihat itu sedikit aneh dengan tingkah mereka yang saling diam itu..
keluar berjalan beriringan Felix pun bertanya karena membaut dirinya penasaran..
"Lo gak pamitan gitu sama istri Lo.."
"Buat apa.. Dan lagian juga kenapa tanya, bukanya Lo sudah gak mau ikut campur dengan semuanya.." skak mat Tama..
"Bukan gitu hanya saja penasaran aja, apa masalah Lo dan falinda sudah baikan atau belum.."
"Bukan urusan Lo juga.." entah Tama malas kejelasan kenapa mereka saling diam..
Felix pun tak bertanya lagi, sampai di parkiran mereka pun masuk mobil dan langsung ketempat di mana mereka berhenti klien..
"Lebih baik Lo pelajarin dulu deh proposal ini, nanti jika bertemu mereka Lo gak bingung dan gue udah periksa semuanya tadi.." Felix menyodorkan sebuah map..
"Hemb..." dengan menerima apa yang di sodorkan Felix..
"Mungkin ini Ahir dari kisah kita mas.. Maaf belum bisa menjadi istri yang baik, selamat tinggal aku pulang dulu, jaga kesehatan dan jangan lupa makan, dan semoga bahagia carilah kebahagian yang belum kamu dapatkan bersama diriku..." guman falinda dan keluar apartemen membawa koper. .
"Sudah siap.." tanya aca yang menunggu di luar apartemen..
"Hemb..." falinda melihat sekeliling dan selalu mengenang akan ia yang pernah tinggal di sana,
berjalan menyusuri lorong dengan perasan yang entah..
kl falinda ttp bertahan ya perempuan pling bodoh, bertahan krn cinta pa krn harta, secara kn suaminya kaya.
dinikahi lelaki kaya kl mkn hati tiap hari ya ogah lah, mnding cpt cerai upgrade diri jd wanita sukses, jd nnti bisa dpt jodoh yg lbih keren.
hidup cm sekali dah penyakitan mnding cerai sembuhin diri hidup bhgia paling tidak seandainya gk sembuh bisa menikmati hidup dng bhgia.