Apa yang akan kalian pilih, jika kalian di minta untuk memilih antara menikah dengan pria yang tak lain adalah sahabat kecil kalian, atau dengan pria yang kalian cintai, tapi tanpa adanya hubungan yang pasti?
Pilihan seperti itu lah yang kini di hadapi oleh Alisya, si gadis bodoh perihal cinta. Tapi siapa sangka di cintai dan menjadi hasrat cinta dua pria tampan, kaya dan terbilang incaran para kaum hawa lainnya.
Akankah salah satu dari mereka akan menjadi jodoh Alisyah? atau malah tak dari satupun mereka yang dapat menjadi jodoh Alisya.
*lebih bijak dalam membaca yah kakak*
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifa Riris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 (Pria Brengsek)
Setelah pacarnya yang pergi. Kini teman masa kecilnya pun meninggal kan dirinya. Hancur sudah pertahanan kesabaran Alisya.
"Memang aku yang salah. Tapi, apa kalian harus sekejam ini? Setelah kalian berhasil tidur dengan ku, kalian meninggal kan ku layaknya barang rongsokan." Gumam Alisya.
Tangisan Alisya pun pecah. Semua terjadi karna kesalahannya sendiri. Tapi kini semua itu menjadi boomerang baginya.
"Arghhh...hiks hiks hiks, dasar brengsek, biadab, kurang ajar." Alisya menangis dengan kencang diimbangi dengan rasakan sekaligus umpatan nya.
fikirannya frustasi. Kedua pria tampan yang menyukai dirinya. Kini telah pergi, tanpa adanya penjelasan langsung di depannya.
"Aku emang nggak pantas untuk siapapun. Tapi aku juga bukan wanita gampangan yang bisa dibuang begitu saja. Aku juga butuh penjelasan." Ucap Alisya dengan lirih.
"Arghh.... " Teriak Alisya seperti orang tengah frustasi berat.
Untung saja apartemen nya kedap suara. Jadi tak akan ada yang mendengar jikalau dirinya meluapkan semua rasa sedihnya dengan cara berteriak sekencang mungkin.
******
(Di kampus)
Pukul 13.00
Alisya berjalan melangkah menuju kearah kelasnya.
Belum sempat Alisya sampai di tempat kelas. Tiba-tiba suara kedua temannya terdengar cukup nyaring di indra pendengarannya.
"Alisya!"
Merasa namanya di panggil. Alisya menghentikan langkah kakinya, dan berbalik menatap kearah sumber suara.
"Hay Ali... " Hendak menyapa sang teman, dengan rangkulan terarah pada pundak Alisya, sontak sapaan itu pun terhenti. Lantaran Kiran melihat mata sembab yang nampak begitu jelas dari manik mata Alisya. "Lo habis nangis?" tanya Kiran.
"Hem." Alisya menggangukkan kepalanya.
"Kenapa?" Tanya Ira.
"Habis nonton drakor," jawab Alisya dengan jurus andalannya.
"Beneran? Tapi.... "
Ucapan Kiran pun langsung di selak oleh Ira. "Ok kalau gitu, ayok kita masuk ke kelas."
Kiran menatap penuh kebingungan kearah Ira. Sedangkan mata Ira mengedip agar Kiran diam. Seakan memberi isyarat agar Kiran tak terlalu jauh lagi dalam melontarkan kalimat yang mungkin akan malah membuat Alisya tak nyaman.
Tentu Kiran tak dapat mendebat kalau Ira langsung yang menegurnya, beda lagi kalau Alisya mungki akan malah berakhir dengan namanya pertengkaran.
Mereka bertiga pun masuk kedalam kelas.
Seperti biasa, posisi duduk mereka bertiga. Dimana Alisya yang selalu berada di tengah antara Ira dan Kiran.
Kiran pun tiba-tiba bersuara. "Eh, kalian denger soal tentang pak Adriel nggak sih?"
Mendengar nama Adriel. Tangan yang tadinya menyiapkan buku di meja, langsung Alisya hentikan.Meski tak terlalu ketara kalau ia menyimak akan apa yang ingin Kiran ucapkan, tapi nyatanya telinga Alisya yang tepat di tengah pun dapat leluasa mendengar ucapan sahabatnya itu.
Tapi nyatanya, seberapa Alisya menutupi keingin tahunya tentang Adrian nampak nya terlihat cukup jelas dan disadari oleh Ira dengan mudahnya.
Bahkan kini ra merasa ada sesuatu yang Alisya sembunyikan. Karna melihat gelagat Alisya yang berubah ketika mendengar nama Adriel sang dosen pengganti.
Perlahan Kiran mendekatkan dirinya kearah Alisya dan Ira. "Kalian denger yah, pak Adriel bakalan nikah di London."
"Apa?" Sentak Alisya tak Terima, kedua tangannya meremas dengan kuat buku yang tadinya ia pegang.
'Apa? Menikah? Brengsek! jadi selama ini ternyata aku cuman dijadikan pemuas nafsunya saja.' ucap Alisya dalam hatinya.
Melihat reaksi Alisya yang terlalu berlebihan, dan menjurus kesuatu hal yang membuat Ira maupun Kiran menaruh curiga. Tentu kedua sahabatnya itu pun menerbangkan sebuah pertanyaan pada Alisya gadis cantik yang masih terlihat dengan binar mata kemarahan nya.
"kamu kenapa semarah itu Sya? emang kalau pak Adriel nikah masalah buat kamu?" Ira masih menahan untuk terlihat polos dan belum paham akan situasi mencurigakan yang terlihat dalam diri Alisya.
Tersadar akan sikap nya yang mencurigakan, Alisya terhenti dan kembali untuk terlihat biasa saja. "Hem...aku cuman nggak expect aja kok," jawab nya berbohong kembali.
Berbeda halnya dengan Ira yang masih dapat menahan akan kepekaan nya pada sikap Alisya, dengan gamblang dan terbuka Kiran berlontar dengan mudahnya. "Lo ada hubungan ama pak Adriel?"
"Apa?" Terkejut bukan main, tepat sasaran akan apa yang di tuduhkan Kiran padanya sekarang.
Untung saja keadaan kelas nggak belum terlalu ramai, tapi tetap saja ucapan Kiran terbilang cukup membuat jantungnya ingin lepas dari tempat nya berada.
Sambil mengatur nada bicaranya, Alisya mencoba sesegera mungkin untuk menjawab tuduhan Kiran tadi. Meski aslinya itu semua adalah kenyataan nya, tapi terlalu absurd jika Alisya jujur.
"Kiran lo kalo ngomong jangan ngacok deh, kalok nggak pengen nantinya tuh lidah nggak bisa bergerak lagi." Alisya berusaha untuk santai, perihal agar tak lebih dicurigai oleh Kiran si mata penuh waspada itu.
"Tapi gue kayak nyium bau-bau...."
Belum sempat Kiran melanjutkan ucapannya, dengan cepat Alisya menyela tanpa adanya enggan sedikitpun. "Bau bau bangkek, tuh badan lo yang nggak pernah mandi."
"Idih, enak aja tuh mulut ngomong nya, emang lo pikir gue bangke tikus apa?"
"Mangkanya jangan ngomong ngawur lagi," debat Alisya tentunya itu adalah cara untuk mengalihkan pembicaraan.
"Tapi..."
Ira yang tadi hanya menjadi penyimak, kini ikut angkat suara kembali. "Udah rin, nggak usah di perjelas lagi, diem! Tuh dosen nya udah dateng." memper arahkan dagunya kearah sang dosen yang benar adanya hendak ke dalam ruang kelas mereka.
Dengan kesal Kiran pun mengurungkan niatnya. "Hemm...iyah iyah aku diem," gerutu Kiran.
Disamping itu dalam hati Alisya bernafas lega akan apa yang Ira selalu lakukan dengan membelanya dari mulut julid Kiran.
.
.
.
(1 bulan setelahnya)
Tak ada lagi ucapan Kiran mengenai Adriel dan dirinya. Semua kecurigaan Kiran nyatanya tertimbun akan tugas kuliah yang makin menumpuk hari demi hari.
Sedangkan Alisya menjalani kehidupan nya yang seperti biasa. Meski kesepian melanda. Akan tetapi, setidaknya ia dapat terfokus pada kuliahnya yang sebentar lagi akan memasuki semester 4.
Memilih untuk mengisi waktu liburannya dengan bersantai di rumah. Alisya kini terfokus pada buku novel yang sudah berada di tangannya.
Tak lama tiba-tiba suara bel apartemennya pun berbunyi.
Ting tong ting tong
Mendengar suara bel apartemen. Alisya melangkah kearah pintu.
Pintu pun terbuka.
Nampak pria tampan yang kini telah berada di depannya. Setelan pakaian yang memang terbilang cukup membuat kaum hawa akan rela menjadi budak cinta dari pria itu. Namun berbeda dengan Alisya yang tak tertarik pada Pria itu.
Dan sosok itu adalah.....
"Revan!"
Melihat pria yang hampir saja pernah membuatnya merasa terusik. Alisya pun hendak menutup pintu apartemen nya. Akan tetapi, tangan Revan lebih dulu menghalau tindakan Alisya.
"Aku mau ngomong, cuman bentar nggak bakal lama kok," ucap Revan memohon.
Bersambung.
Like like like dan like sekaligus jangan lupa kritik dan sarannya yah kakak...