Kisah ini bermula ketika JAPRI (Jaka dan Supri) sedang mencari rumput untuk pakan ternak mereka di area hutan pinus. Sewaktu kedua bocah laki-laki itu sedang menyabit rumput, beberapa kali telinga Supri mendengar suara minta tolong, yang ternyata berasal dari arwah seorang perempuan yang jasadnya dikubur di hutan tersebut. Ketika jasad perempuan itu ditemukan, kondisinya sangat mengenaskan karena hampir seluruh tubuhnya hangus terbakar.
Siapakah perempuan itu? Apa yang terjadi padanya? dan siapakah pembunuhnya?
Ikuti kisahnya di sini...
Ingat ya, cerita ini hanya fiktif belaka, mohon bijak dalam berkomentar... 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zia Ni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 32 Kolaborasi Dukun
Karena ingin lebih mengawasi Supri, sejak malam ini, Pak Bedjo tidur di ruang tamu tepatnya di depan TV dengan menggelar 1 buah kasur yang diambilnya dari kamar tamu.
Rumah Pak Bedjo memang mempunyai 2 buah kamar tamu yang biasa dipakai jika kedua orang tuanya dan kedua mertuanya berkumpul di rumahnya pada saat momen-momen tertentu seperti lebaran.
Sementara itu di dalam kamar, Supri sedang duduk bersila seperti bertapa sambil mulutnya komat-kamit sejak jam 9 nan tadi. Dengan menggunakan ilmu sirep si kakek pertapa, Pak Bedjo dan Bu Aminah berhasil dibuat tidur lebih awal karena roh si kakek pertapa ingin melakukan penerawangan.
Bukan tanpa tujuan, si kakek pertapa melakukan penerawangan karena saat memasuki Desa Suka Makmur tadi, dia merasakan adanya energi negatif yang sedang melanda desa itu. Siapa lagi kalau bukan karena ulah dukun bayarannya Burhan.
Hingga tengah malam, roh si kakek pertapa membuat Supri bersemedi dan setelah itu bocah laki-laki tersebut membaringkan tubuhnya untuk tidur sampai keesokan paginya.
Karena Jaka dan Supri baru saja pulang, untuk kesekian kalinya, kedua bocah laki-laki itu ijin tidak masuk sekolah, dan pihak sekolahan pun sangat memakluminya.
"Bagaimana keadaannya Supri, Dik Aminah?" tanya Bu Ida saat berkunjung ke rumah Pak Bedjo.
"Baik Mbak, tapi sejak pulang kemarin, perilakunya jadi berbeda," terang istrinya Pak Bedjo.
"Perilakunya jadi berbeda bagaimana maksudnya, Dik Aminah?" Emaknya Jaka merasa bingung.
"Memangnya setelah pulang kemarin, Jaka gak crita apa-apa, Mbak?" gantian Bu Aminah yang menjadi heran.
"Jaka gak crita apa-apa itu, Dik. Sejak dimasuki khodamnya Mbah Wongso, Jaka berubah jadi tertutup sama kita. Kalau kita gak ngajak ngobrol atau tanya duluan, ya dia gak bakalan ngomong," kata istrinya Pak Rahmat apa adanya.
"Memangnya Supri ngalami apa to, Dik Aminah? Aku kok jadi penasaran," lanjut Bu Ida.
"Jadi begini Mbak Ida, kemarin Mas Bedjo crita, waktu Supri tersesat di hutan, dia gak sengaja jatuh di gua yang ditinggali oleh seorang kakek pertapa. Karena ingin membantu menyelesaikan kasusnya Murni, akhirnya kakek itu numpang di raganya Supri," terang istrinya Pak Bedjo.
"Si kakek pertapa itu bangsa lelembut juga, Dik Aminah?" tanya istrinya Pak Rahmat.
"Iya, Mbak. Kata Mas Bedjo, kakek pertapa itu sudah ratusan tahun tinggal di gua itu dan termasuk salah satu penguasa hutan," jelas Emaknya Supri.
"Aku kok jadi tambah was-was yo, Dik. Jangan-jangan ke depannya nanti Jaka sama Supri bakalan ngadepi masalah yang lebih runyam," Bu Ida mengungkapkan perasaannya.
"Sama Mbak, kita juga begitu. Mas Bedjo kemarin juga ngomong, jangan-jangan ke depannya nanti Jaka sama Supri bakalan perang ilmu sama dukun-dukunnya Burhan," ujar Bu Aminah dengan hati gundah.
"Dukun-dukunnya Burhan? Maksud Dik Aminah dukun yang membantu Burhan lebih dari satu begitu?" istrinya Pak Rahmat langsung ketar-ketir.
"Iyo, Mbak. Menurut penerawangan si kakek pertapa juga begitu," jawab istrinya Pak Bedjo apa adanya.
"Duh Gustii, jantungku kok langsung deg-deg an begini yo... Ujian apalagi ini...," keluh Emaknya Jaka sambil memegang dadanya.
"Kapan itu waktu Jaka dan khodamnya Mbah Wongso perang dengan banaspati saja rasanya sudah campur aduk, apalagi kalau mereka nanti beneran perang dengan dukun-dukunnya Burhan...," nafas Bu Ida tiba-tiba terasa sesak.
"Aku dan Mas Bedjo juga sangat cemas, Mbak... Sejak Supri menghilang dua kali, akhirnya kita sepakat untuk lebih ketat dalam mengawasi dia," kata Emaknya Supri.
"Kita perbanyak doa saja Mbak agar kita bisa menghadapi ujian ini dan kasusnya Murni cepat terselesaikan sehingga hidup kita bisa tenang kembali," tambah Bu Aminah.
"Iyo, Dik Aminah...," sahut istrinya Pak Rahmat gamang.
*
Di suatu tempat terpencil di Kota B, terdapatlah sebuah bangunan rumah berlantai 2 yang cukup megah, yang sekelilingnya dipagari oleh tembok yang tinggi. Adapun di belakang rumah itu masih terdapat sebuah bangunan kecil yang setiap harinya difungsikan untuk melakukan ritual.
Ya, itu adalah rumah milik Mbah Jambrong, yang dikenal banyak orang dengan nama Mbah Mitro, dukun paling tersohor di Kota B. Karena sudah dibooking oleh Burhan dengan harga senilai 5 milyard, untuk sementara waktu, Mbah Mitro alias Mbah Jambrong libur praktek hingga masalah Burhan selesai.
Untuk mengelabui polisi, atas permintaan Burhan, Mbah Mitro bersedia mengubah namanya menjadi Mbah Jambrong, khususnya untuk kalangan anak buah Burhan. Dengan cara seperti ini, tentu jejak Mbah Mitro akan sulit diketahui karena menggunakan nama samaran.
Dalam melakukan aksinya membantu Burhan, pria berumur 68 tahun itu sengaja mengajak adiknya Toyo dan muridnya yang bernama Kusno untuk bergabung.
Agar keberadaan mereka tidak diketahui oleh pihak kepolisian, mereka memasang pagar gaib di sekitar rumah, yang mana Burhan dan Rusdi memang bersembunyi di kediaman si dukun tua tersebut.
Selama bersembunyi di rumah Mbah Mitro alias Mbah Jambrong, Burhan dan Rusdi tidak pernah keluar rumah sama sekali. Untuk masalah kebutuhan sehari-hari, semua diurus oleh pembantu kepercayaan Mbah Mitro yang bernama Sadikin, yang tentu saja Burhan harus mengeluarkan uang lagi.
Sebenarnya, pihak kepolisian sudah pernah melacak lokasi HP Burhan dan Rusdi, namun karena dibantu oleh kekuatan gaib, sampai sekarang kedua pria itu sulit untuk diketahui keberadaannya.
Setelah beberapa kali melancarkan serangan gaib, hingga membuat pihak kepolisian kalang kabut dan ketenangan hidup keluarga Pak Rahmat dan Pak Bedjo terganggu, sekarang ini ke 3 dukun itu menargetkan jasad Murni yang merupakan bukti paling penting bagi pihak kepolisian.
Gagalnya aksi penculikan Supri baru saja diketahui oleh Burhan ketika HP Parman maupun HP Parjo sulit dihubungi. Merasa ada yang tidak beres, Burhan pun meminta bantuan Mbah Mitro untuk melakukan penerawangan jarak jauh.
Karena sudah beberapa kali mengalami kegagalan, akhirnya Burhan pun meminta Mbah Mitro untuk menghilangkan barang bukti penting yang dimiliki pihak kepolisian, yang tak lain adalah jasadnya Murni yang sampai sekarang masih tersimpan di lab forensik sebuah rumah sakit di Kota S.
Sebelum melancarkan aksi tersebut, ke 3 dukun itu melakukan ritual terlebih dahulu selama beberapa hari mengingat jarak dari Kota B ke Kota S sangat jauh. Dan yang nanti ditugaskan untuk mencuri jasadnya Murni adalah genderuwo peliharaan Mbah Mitro yang beberapa waktu lalu pernah disuruh untuk meneror kantor Polsek Suka Maju.
Adapun sebelum mencuri jasad Murni, ke 3 dukun tersebut terlebih dahulu menangkap lalu menawan arwah Murni yang biasa berkeliaran di Desa Suka Makmur. Itulah alasannya mengapa lebih dari 2 minggu arwah Murni sudah tidak menampakkan dirinya lagi.