NovelToon NovelToon
ISTRI YANG TERTUKAR

ISTRI YANG TERTUKAR

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cinta Terlarang / Tukar Pasangan
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Doni arda

Sepasang Suami Istri Alan dan Anna yang awal nya Harmonis seketika berubah menjadi tidak harmonis, karena mereka berdua berbeda komitmen, Alan yang sejak awal ingin memiliki anak tapi berbading terbalik dengan Anna yang ingin Fokus dulu di karir, sehingga ini menjadi titik awal kehancuran pernikahan mereka

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Doni arda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30: Cinta yang Terkurung

Pagi itu, suasana di rumah terasa lebih tegang dari biasanya. Anna terbangun di kamar tamu dengan kepala berat. Pikirannya masih dipenuhi bayangan Erik, sementara rasa bersalah terhadap Alan terus menghantuinya. Langkah kakinya yang pelan menuju dapur terasa seperti berjalan di atas duri—setiap langkah penuh keraguan.

Saat Anna sampai di dapur, Alan sudah di sana, duduk di meja makan dengan secangkir kopi di tangannya. Matanya terlihat lelah, tapi tatapannya dingin. Ia menatap Anna dengan pandangan yang sulit ditebak.

“Pagi,” ucap Alan singkat.

Anna hanya mengangguk, tidak tahu harus berkata apa. Ia membuka lemari untuk mengambil segelas air, tetapi tubuhnya terasa kaku di hadapan Alan. Atmosfer di antara mereka begitu dingin sehingga bahkan suara gelas yang diletakkannya di meja terdengar seperti ledakan.

“Aku mau bicara,” ujar Alan tiba-tiba. Suaranya tenang, tapi ada ketegangan di baliknya.

Anna memutar tubuhnya dengan ragu. “Bicara tentang apa?”

Alan berdiri, mendekat. Ia tidak lagi terlihat marah seperti malam sebelumnya, tapi justru itu yang membuat Anna semakin gugup. “Kita tidak bisa terus begini. Kalau memang ada yang mengganggu pikiranmu, aku ingin kamu jujur. Aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.”

Anna menggigit bibirnya, menunduk. “Aku tidak tahu harus bilang apa, Alan. Aku... aku masih mencoba menata semuanya.”

Alan menarik napas panjang. “Anna, aku sudah berusaha sekuat tenaga untuk memperbaiki semuanya. Tapi kalau kamu tidak mau terbuka, bagaimana aku bisa tahu apa yang kamu inginkan?”

“Aku butuh waktu,” jawab Anna pelan.

“Tapi sampai kapan?” Alan mendekat lagi, suaranya mulai meninggi. “Aku tidak bisa terus hidup dalam ketidakpastian seperti ini!”

---

Setelah percakapan pagi itu, Alan pergi bekerja tanpa mengucapkan sepatah kata lagi. Anna merasa lega, tetapi juga hampa. Ia tahu bahwa sikapnya hanya memperburuk situasi, tetapi ia tidak tahu bagaimana harus memperbaikinya.

Ketika Anna sedang mencoba mengalihkan pikirannya dengan membersihkan rumah, ponselnya kembali bergetar. Nama Erik muncul di layar, membuat jantungnya berdegup kencang.

“Halo,” sapa Erik, suaranya seperti biasa, penuh ketenangan yang membuat Anna merasa nyaman.

“Halo, Erik,” balas Anna dengan nada pelan.

“Kamu sibuk?” tanya Erik. “Aku sedang di sekitar daerahmu. Kalau kamu tidak keberatan, aku ingin bertemu.”

Anna terdiam. Ia tahu bahwa bertemu Erik hanya akan memperumit situasi, tetapi hatinya berkata lain. “Baiklah,” jawabnya akhirnya. “Aku bisa keluar sebentar.”

Mereka bertemu di sebuah kafe kecil yang cukup sepi. Erik sudah menunggu di meja dekat jendela, dengan senyum yang hangat menyambut Anna. Ia tampak santai, seperti tidak ada beban di pundaknya. Sebaliknya, Anna duduk dengan gugup, merasa seperti seorang pelaku kejahatan yang takut ketahuan.

“Bagaimana kabarmu?” tanya Erik sambil menatap Anna dengan penuh perhatian.

Anna menghela napas. “Aku tidak tahu, Erik. Aku merasa terjebak.”

Erik mengangguk, seolah mengerti. “Aku tidak ingin menekanmu, Anna. Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku peduli padamu. Kalau kamu butuh seseorang untuk mendengarkan, aku selalu ada.”

Perkataan Erik membuat hati Anna bergetar. Dalam sekejap, ia merasa dilihat dan dihargai dengan cara yang berbeda. Namun, rasa bersalah terhadap Alan kembali muncul, menghancurkan momen itu.

“Erik, aku tidak tahu apakah aku bisa terus seperti ini,” ujar Anna dengan suara pelan. “Aku mencoba untuk kembali ke Alan, tapi semuanya terasa salah.”

“Kalau kamu merasa tidak bahagia, kenapa kamu tetap bersamanya?” tanya Erik, nada suaranya serius.

Pertanyaan itu membuat Anna terdiam. Ia tahu bahwa jawabannya tidak sederhana. Ada cinta, ada tanggung jawab, dan ada rasa takut yang semuanya bercampur menjadi satu.

---

Malam itu, Alan pulang lebih awal dari biasanya. Anna sedang duduk di ruang tamu, mencoba membaca buku untuk mengalihkan pikirannya. Ketika Alan masuk, ia langsung tahu bahwa ada sesuatu yang berbeda.

“Kita perlu bicara,” kata Alan tanpa basa-basi. Ia berdiri di depan Anna, menatapnya dengan tajam.

Anna meletakkan bukunya, merasa jantungnya berdegup kencang. “Tentang apa?”

Alan menghela napas, mencoba menenangkan dirinya. “Anna, aku tahu ada sesuatu yang kamu sembunyikan dariku. Aku ingin tahu apa itu.”

“Aku tidak tahu apa yang kamu maksud,” jawab Anna, berusaha terdengar tenang.

“Jangan bohong padaku,” kata Alan, suaranya mulai meninggi. “Aku tahu kamu bertemu dengan seseorang.”

Anna terdiam, merasa tubuhnya kaku. “Apa yang kamu bicarakan?” tanyanya akhirnya.

“Jangan pura-pura tidak tahu, Anna!” Alan membentak. “Aku melihat pesan di ponselmu. Kamu masih berhubungan dengan pria itu, kan?”

“Alan, aku... aku hanya...,” Anna tidak tahu harus berkata apa. Ia merasa seperti terpojok.

“Kamu pikir aku bodoh?” Alan menatapnya dengan mata yang penuh kemarahan. “Aku tahu kamu bertemu dengannya. Dan aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi di antara kalian.”

Anna merasa air matanya mulai mengalir. “Alan, aku tidak bermaksud menyakitimu. Aku hanya... aku hanya merasa sendirian.”

“Sendirian?” Alan tertawa pahit. “Kamu merasa sendirian, jadi kamu lari ke pelukan pria lain? Itu alasanmu?”

“Alan, tolong dengarkan aku,” kata Anna, suaranya bergetar. “Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku mencoba untuk mencintaimu lagi, tapi semua ini terlalu sulit.”

“Cintai aku?” Alan mendekat, suaranya penuh emosi. “Kalau kamu benar-benar mencintaiku, kamu tidak akan mengkhianatiku seperti ini.”

---

Setelah pertengkaran itu, Anna mengunci dirinya di kamar tamu. Ia merasa hancur, tidak tahu bagaimana harus melanjutkan hidupnya. Ia mencintai Alan, tetapi cinta itu tidak lagi sama seperti dulu. Di sisi lain, Erik menawarkan sesuatu yang berbeda—kehangatan dan perhatian yang sudah lama tidak ia rasakan.

Pagi berikutnya, Anna memutuskan untuk keluar dari rumah. Ia butuh waktu untuk berpikir, jauh dari Alan dan semua tekanan yang ada di rumah. Tanpa sadar, kakinya membawanya ke taman tempat ia pertama kali bertemu Erik. Ia duduk di bangku, menatap langit biru yang luas.

“Anna,” suara Erik terdengar dari belakangnya.

Anna menoleh, terkejut melihat Erik berdiri di sana. “Apa yang kamu lakukan di sini?”

“Aku hanya kebetulan lewat,” jawab Erik, tersenyum. “Tapi sepertinya takdir membawa kita bertemu lagi.”

Anna tersenyum kecil, tetapi hatinya masih berat. “Erik, aku tidak tahu apakah aku bisa terus seperti ini.”

“Anna,” Erik duduk di sampingnya, menatapnya dengan serius. “Aku tidak ingin memaksamu untuk memilih. Tapi aku ingin kamu tahu bahwa kamu berhak untuk bahagia. Apa pun yang kamu pilih, aku akan mendukungmu.”

Kata-kata Erik membuat Anna merasa lega, tetapi juga bingung. Ia tahu bahwa ia harus membuat keputusan, tetapi keputusan itu akan sulit dan penuh konsekuensi.

---

Hari itu, Anna pulang ke rumah dengan pikiran yang lebih berat dari sebelumnya. Ia tahu bahwa ia tidak bisa terus hidup dalam kebimbangan. Ia harus memilih antara Alan, suami yang sudah bersamanya selama bertahun-tahun, dan Erik, pria yang memberinya harapan baru.

Namun, keputusan itu tidak hanya tentang siapa yang harus ia pilih. Keputusan itu adalah tentang dirinya sendiri—tentang apa yang ia inginkan dan apa yang benar-benar membuatnya bahagia.

1
Erny Manangkari
bru mulai baca ni
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!