Balas dendam seorang perempuan muda bernama Andini kepada mantan suaminya yang pergi karena selingkuh dengan janda muda kaya raya.
Tapi balas dendam itu tidak hanya kepada mantan suaminya, melainkan ke semua lelaki yang hanya memanfaatkan kecantikannya.
Dendam itu pun akhirnya terbalaskan setelah Andini membunuh dan memutilasi semua pria yang coba memanfaatkannya termasuk mantan suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tresna Agung Gumelar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Jaka pun masuk ke dalam kamar lalu langsung mengunci pintu kamar tersebut.
Sontak Fika yang sedang memainkan handphone langsung kaget melihat ada orang yang tak di kenal masuk ke dalam kamarnya.
"Eh eh siapa kamu?"
Tanya Fika dengan paniknya sambil menutupi seluruh badannya dengan selimut.
"Hai mbak cantik, saya di suruh Miko masuk ke sini. Tenang tenang sebelum ke sini saya sudah mandi ko."
Jawab Jaka dengan pedenya sambil perlahan menghampiri Fika.
"Anjing ya si Miko. Heh pergi nggak lo! pergi!"
Fika menunjuk Jaka agar segera menjauh darinya karena kini Jaka sudah duduk di atas tempat tidur.
"Enak saja saya harus pergi. Kalau nggak ada saya si Miko mana bisa kaya gini tadi."
"Sebenarnya Lo siapa anjing hah?"
Fika yang semakin cemas dan bertanya-tanya sebenarnya Jaka ini siapa.
"Mbak nggak perlu tahu saya siapa, yang jelas kalau mbak mau aman mbak nurut saja sekarang. Setelah ini, semua masalah akan selesai kok. Ayo mbaknya jangan marah-marah ya!"
"Bajingan Lo semua. Pergi nggak Lo! Pergi! Atau enggak gue teriak nih!"
Fika dengan usahanya terus menyuruh Jaka untuk keluar.
"Haha.. Kalau mbak teriak semua orang bakalan tahu, Mbak nggak sadar memang tadi si Miko memvideokan kegiatan kalian berdua di kamar ini?"
Ternyata tanpa Fika tahu, Miko tadi memvideokan kegiatan mereka berdua sebagai alat agar Fika tidak mengancamnya setelah ini.
"Anjing Miko! sini Lu bangsat! Miko!"
Fika berteriak memanggil-manggil nama Miko.
"Miko ada di bawah mbak nggak akan kedengeran. Ayo lah mbak nggak akan lama ko. Habis ini, semua masalahnya selesai."
"Pergi Lo pergi!."
Fika menyuruh Jaka pergi tapi kali ini dia tidak teriak bahkan menjadi menangis, dia merasa sudah di jebak tak bisa melawan dan sudah tak bisa melakukan apa-apa lagi.
"Jangan menangis sayang!"
Jaka pun kini berani menarik selimut yang ada di tubuh Fika hingga seluruh tubuh Fika kini terlihat jelas di depan Jaka.
Fika hanya bisa menangis tertunduk dengan posisi memeluk kaki.
Melihat Fika menangis, Jaka menghampiri kemudian memberanikan mencium pipi Fika.
Di sini Fika yang sudah muak langsung meludahi Jaka.
"Cuih, nggak sudi, pergi Lo setan!"
Karena kesal, kini Jaka pun sudah tak bisa meredam emosinya. Dia langsung menampar Fika hingga dia terjatuh di atas kasur.
"Di minta baik-baik malah kurang ajar ya."
Ucap Jaka yang kini sambil membuka seluruh pakaiannya.
Fika sangat ketakutan, terus menangis dan sudah tak tahu harus berbuat apa.
Setelah membuka pakaiannya, Jaka pun langsung menindih tubuh Fika karena birahinya sudah memuncak di tambah rasa kesalnya karena sudah di ludahi oleh Fika.
Fika mencoba berontak untuk melepaskan tindihan tubuh Jaka dengan menggerakkan tangan dan juga kakinya, tapi karena tenaga Jaka begitu kuat bahkan di sini Jaka menampar Fika beberapa kali sampai Fika terlihat lemas.
Setelah Fika sudah tidak berontak, Jaka pun dengan birahinya menikmati tubuh Fika secara perlahan.
Mungkin ini di luar rencananya bersama Andini, tapi Jaka yakin bahwa Andini akan senang bila melihat Fika menderita seperti ini.
Setelah selesai, Jaka pun langsung pergi dan menghampiri Miko yang sudah menunggu di bawah hotel.
Jaka langsung mengajak Miko pergi dengan motornya. Di perjalanan mereka saling bercerita.
"Bro, lu beneran yakin kan kalo ini aman?"
Tanya Jaka yang sebenarnya takut akan rencana ini.
"Haha. Cemen lu Bang, tenang aja kalaupun di penjara pasti nggak akan lama ko, bokap gue kan orang kejaksaan."
"Sue. Bagus lah kalau begitu."
"Gimana Bang puas nggak?"
Tanya Miko sambil mengedipkan mata.
"Mantep Bro, bayar lima juta juga gue mau Bro kalau ceweknya kaya si Fika. Pulen banget rasa gadis."
"Haha. Yaudah Lo bayar aja sini sama gue."
"Jangan lah, ini kan karena gue juga anjir."
"Iya sih, terus rencana Lo apa Bang setelah ini?"
Tanya Miko yang sedikit ingin tahu akan rencana Jaka berikutnya.
"Em, gue juga bingung sebenarnya."
"Ko bingung Bang?"
"Iya kan orang yang nyuruh gue nggak sampe sejauh ini Bro buat terror itu perempuan. Udah kelewat batas gue."
"Lah Bang, Bang, Bos Lu pasti seneng ko, Bos Lu pengeng liat si Fika hancur kan? Dia sekarang sudah hancur tuh, hancur banget malah."
"Iya sih, kalau orang yang nyuruh gue marah gimana ya?"
"Bilang aja khilaf gitu Bang. Haha"
"Ah malah ngeledek Lu sue, hmmm."
"Tenang tenang Bang, Nggak akan marah gue yakin. Malah yang ada Lo bakal di puji pasti."
"Hmm. Ya mudah-mudahan aja lah Bro."
Saat sore Tiba, Jaka yang sedang duduk di bangku taman sambil melamun, Tiba-tiba dia mendapatkan telfon dari Andini.
Sudah beberapa kali dari tadi siang Jaka tidak mengangkat telfon dari Andini karena bingung dengan apa yang sudah dia perbuat kepada Fika.
Dia sangat takut karena Jaka ini orangnya paling tidak bisa untuk berbohong.
Tapi karena tidak mau membuat Andini kecewa, Jaka pun mengangkat telfon tersebut.
"Hallo Mbak?"
Suara Jaka yang sedikit gemetar.
"Jaka, kamu kemana aja?"
"Em ini mbak ini."
Jaka yang jadi sedikit gagap.
"Ini apa Jaka?, kamu dari tadi nggak angkat-angkat telfon saya loh."
"Em, ini mbak."
"Iya ini apa Jaka?"
"Em. Saya mau jujur mbak."
"Hmm. Jujur apa? Kamu baik-baik saja kan Jaka?"
"Saya baik-baik saja ko."
"Ya terus ada apa? Ko kamu kaya ketakutan gitu sih?"
"Em, sebenarnya saya sudah di luar rencana mbak Andin untuk menerror Fika."
"Maksudnya? Saya nggak faham."
"Tadi pagi saat saya di kampus tempat Fika kuliah, saya berkenalan dengan salah satu pemuda di kampus itu dia bernama Miko, dan tanpa di duga dia ternyata adalah lelaki yang pernah Fika sakiti."
"Hmm. Terus?"
"Em, dari situ saya berkenalan dan langsung akrab. Terus kami berdua melakukan rencana yang sangat bejad Mbak."
"Bejat gimana maksudnya?"
"Kami berdua meniduri Fika dengan ancaman Video dan foto yang saya punya."
Di sini Andini sangat kaget dengan pengakuan Jaka yang sangat di luar dugaan.
"Ya ampun, jadi kamu ngilang seharian ini karena melakukan itu?"
"Iya mbak Andin, maafkan saya ya mbak saya nggak minta izin dulu."
"Aduh Jaka jaka."
"Mbak Andin marah ya?"
"Bukannya gitu Jaka, tapi kalau ada apa-apa jangan bawa-bawa saya ya!"
"Kata Miko sih semuanya bakalan baik-baik saja mbak, kalaupun di penjara juga nggak akan lama katanya, soalnya orangtuanya bekerja di kejaksaan."
"Hmm. Jaka, Jaka. Saya nggak nyangka ternyata kamu bisa senekat itu. Saya kira kamu orangnya lugu loh."
"Ampun mbak Andin, saya nggak akan gitu lagi ko, saya mau nurut deh sekarang saya hanya mau melakukan apa yang mbak Andin suruh saja."
"Kamu ini ya dasar. Memangnya saya orang tua kamu pake ampun segala. Ya sudah lah berarti masalah Fika anggap saja sudah selesai. Tapi kamu tetap waspada ya takutnya Fika membalas atau melaporkannya ke polisi. "
"Saya takut Mbak, saya nggak mau di penjara."
"Ah kamu ini. Tapi menurut saya dia nggak akan melakukan itu sih. Udah kamu tenang aja ya kalaupun ada apa-apa saya pasti bantu. Selama ini kan kamu sudah banyak membantu saya."
"Beneran mbak yakin?"
"Iya, tapi kamu masih mau bantu saya kan?"
"Em, iya saya mau ko Mbak."
"Yaudah syukur kalau gitu. Itu kamu lagi dimana sekarang?"
"Saya lagi di taman mbak."
"Kamu pulang gih sana istirahat. Besok saya punya tugas baru buat kamu."
"Em tugasnya apa ya?"
"Besok kamu pantau Sandy saja dulu. Habis itu nanti saya kasih tau rencana selanjutnya."
"Hmm Oke deh."
"Jangan lemes gitu dong, saya transfer deh sekarang biar semangat."
"Hmm tau saja mbak ini."
"Huh dasar giliran duit aja semangat."
"Hehe. Namanya juga manusia kan mbak."
"Hmm. Yaudah saya transfer sekarang ya."
"Oke mbak Andin siap."
Telfon pun mati dan Jaka langsung menerima transferan yang dua kali lipat dari biasanya. Mungkin karena Andini juga senang melihat Fika yang hancur saat ini.