Menikah di usia muda sungguh bukan keinginan ku. Namun aku terpaksa harus menikah di usia muda karena perjanjian kedua orang tuaku.
Aku dengannya sekolah di tempat yang sama setelah kami menikah dan hidup bersama namun rasa ini muali ada tapi kami tidak saling mengungkapnya hingga suatu hari terjadi sebuah kecelakaan yang membuat kami.... ayo simak lanjutan ceritanya di novel Benci jadi cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pelangi senja11, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33. Menginap Di Rumah Mertua
"Ayo sayang, duduk disini!" Vina menepuk-nepuk sofa disampingnya, menyuruh Rena duduk disisinya.
Rangga yang mengikuti kedua perempuan yang sangat dicintainya itu juga duduk disebelah Rena istrinya.
"Hei, sana, kamu jauh-jauh, jangan dekat-dekat dengan menantu Mama, sana pergi kamu!" titah Vina menyeret Rangga agar tidak dekat dengan Rena.
Rangga berdecak kesal pada Mamanya, karena dia tidak bisa dekat-dekat dengan istrinya itu.
"Ma, dia istriku, kalau Mama lupa." Rangga tidak mau pindah, dia mau duduk dengan istrinya.
Rangga tidak mau jauh-jauh dari istrinya, Rangga sudah sangat menyayangi Rena dan mencintainya.
"Mama tau, tapi ini menantu Mama, sana kamu, pergi mandi, tubuh kamu bau sekali!" Vina meledek Rangga.
Rangga reflek mencium tubuhnya saat mendengar Mamanya mengatainya bau. Rangga tidak merasa dirinya bau.
"Masih wangi kok, iya kan sayang?" Rangga bertanya pada Rena, berharap Rena berpihak padanya.
Rena hanya mengangguk, sembari tersenyum dengan tingkah suami dan mertuanya.
"Nah, istriku aja bilang aku masih wangi, berarti Mama yang belum mandi." Rangga balas meledek Mamanya.
Rangga dengan cepat memeluk Vina dan mencium Vina, setelah itu Rangga langsung memegang hidungnya dan mengipas-ngipaskan tangannya seolah Vina benar-benar bau.
"Enak aja, Mama baru mandi tadi, hidung kamu tu sudah tidak betul." Vina langsung menyuruh Rena menciumnya, setelah itu dia bertanya pada Rena.
"Gimana Mama wangi 'kan?" tanya Vina pada Rena. "Iya Ma, sangat wangi." Jawab Rena menyunggingkan senyum.
"Kamu dengar sendiri 'kan, istri kamu aja bilang Mama wangi, itu berarti benar dong kamu yang bau, sama pergi mandi!" Vina langsung menyeret Rangga dari ruangan itu.
"Ma," Rangga berdecak, dia sangat kesal sama Mamanya, namun dia tau kalau Mamanya hanya mengerjainya.
"Sudah sana mandi, by Rangga." Vina melambaikan tangannya mengejek Rangga yang mukanya sangat kesal padanya.
Rangga merengut, dan pergi kekamarnya, Rangga kali ini menyerah dan pasrah, dia mengaku kalah dengan Mamanya kali ini.
Tapi Rangga berniat akan mengerjai Mamanya setelah selesai dia mandi nanti.
"Sayang, gimana, apa Rangga bersikap baik padamu, apa dia bersikap kasar padamu?" Vina penasaran, dia ingin tau apa yang sudah dilakukan Rangga pada Rena, karena mengingat Rangga tidak menerima perjodohan.
"Tidak Ma, Abang tidak berkata kasar, tapi Abang hanya cuek aja saat itu, tapi sekarang Abang sudah tidak cuek lagi, dia bahkan sangat lembut padaku." Rena menceritakan semua tentangnya dan Rangga pada Vina.
Vina tersenyum, dia sangat senang mendengar jawaban Rena. Ternyata Rangga sudah menerima pernikahannya, sekarang Vina tidak meragukan dan takut kalau Rangga akan kasar pada Rena.
Sementara didalam kamar mandi Rangga mandi dengan terburu-buru, pemuda itu benar-benar tidak ingin jauh dari istrinya.
Sedangkan Vina dan Rena menantunya masih asyik mengobrol, Vina bercerita banyak hal pada menantunya itu.
Vina juga bercerita dimana dia dan suaminya hidup susah sebelum bertemu dengan Mama dan Papanya Rena, Vina juga menceritakan bagai mana dia saat melahirkan Rangga hingga dibawa kerumah sakit oleh Azuhra dan Pak Yusran.
Disaat kedua wanita beda usia itu sedang asyik mengobrol, Rangga yang sudah selesai mandi menghampiri kedua wanita yang sangat berarti dalam hidupnya itu.
Rangga langsung duduk ditengah-tengah antara kedua wanita beda usia itu.
Rangga langsung menutup hidungnya dan mengipas-ngipaskan tangannya. "Bau apa ya, kok aku sepertinya mencium bau amis." Rangga menoleh pada Mamanya, Vina sudah tau dan sangat hafal dengan kejahilan Putranya itu.
"Dasar, kamu mau jadi Anak durhaka sama orang tua, masa Mama sudah cantik dan wangi kek gini dibilang bau." Vina menjitak kepala Rangga hingga Rangga mengadu kesakitan.
"Ampun Ma, ampun, Rangga hanya bercanda." Rangga menutup kepalanya dengan kedua tangannya untuk menghindari jitakkan dari Mamanya.
Rena tertawa lepas melihat keusilan Mertuanya Dangan suaminya. Rena merasa sangat terhibur dan senang berada didalam keluarga suaminya.
Sementara dikediaman Azuhra, wanita paruh baya itu yang masih terlihat cantik, memasuki rumahnya.
Sampai didalam rumah, dia melihat rumahnya sangat sepi, kemudian dia memanggil Mbok Marni. "Mbok...Mbok." Panggil Azuhra sembari mendaratkan bokongnya disofa ruang tengah.
"Iya, Nyonya, ada apa Nya?" tanya Mbok Marni saat sudah berada didepan Azuhra.
"Mana Rena dan Nana, kok sepi, Rangga juga, apa mereka belum pulang sekolah?" tanya Azuhra pada Art nya.
"Oh Non Rena... Non Rena ikut Den Rangga, kerumah, dan Non Rena juga bilang kalau dia menginap disana. Kalau Non Nana ada dikamar Nya." Jawab Mbok Marni, Mbok Marni tadi sempat mendengar kalau Rena bilang sama Nana ingin kerumah mertuanya.
"Oh begitu ya? Baiklah Mbok, terimakasih, aku kekamar dulu mau istirahat." Azuhra langsung bangkit dari sofa yang didudukinya tadi dan berjalan kekamarnya.
"Iya Nya," jawab Mbok Marni, dan dia juga kembali kedapur.
"Ini Bang, mobilnya sudah diperbaiki." Ujar Azam pada pemilik mobil yang memperbaiki mobilnya dibengkel mereka.
Azam dan Ilham bekerja dibengkel milik Rangga. Dibengkel itu bukan hanya mobil, tapi mereka juga memperbaiki motor, dan juga memodifikasi.
Tidak jarang para pemuda seusianya dan juga geng motor membawa motornya kebengkel itu, bengkel Rangga juga menyetel motor untuk balapan.
bengkel itu sudah beroperasi selama kurang lebih 4 Tahun. Rangga membangunkan bengkel itu dengan uang tabungannya.
Awalnya Rangga membuka bengkel itu untuk motor, tapi karena Azam dan Ilham ahli dalam memperbaiki mobil, jadi bengkel itu juga. Menerima memperbaiki mobil.
Setelah menyerahkan mobil yang diperbaiki dan menyerahkan kunci mobil pada pemiliknya. Azam menghampiri Ilham yang sedang duduk menikmati teh dingin.
"Eh, Lo merasa gak kalau Rangga aneh dalam beberapa hari ini?" Azam mulai mengutarakan apa yang dia pikirkan pada Ilham.
Ilham mengedikkan bahunya. "Aneh apanya, perasaan Rangga baik-baik saja." Jawab Ilham, dia tidak peka dengan perubahan Rangga sahabatnya.
"Ya aneh aja, soalnya Lo lihat 'kan tadi pagi, Katanya motornya kempes dan dibawa kebengkel, tapi kok waktu pulang sekolah dia meminta kita mengantarkannya kerumah.
"Oh iya juga ya, biasanya Rangga ada disini saat pulang sekolah, tapi tadi diminta diantar kerumah gak biasanya." Ilham membenarkan ucapan Azam. Dia juga bingung dengan Rangga meminta diantar kerumahnya.
Padahal biasanya kalau pulang sekolah ketiganya langsung kebengkel. Tapi hari ini tidak, Rangga hanya meminta Azam dan Ilham mengantar kerumahnya.
"Sudahlah, besok kita tanya aja pada orangnya di sekolah." dari pada penasaran, keduanya memilih untuk bertanya langsung kepada Rangga.
Azam bangkit dan menutup bengkelnya karena sudah hampir magrib. Setelah menutup bengkel keduanya langsung pulang.
Waktu cepat berlalu, hari berganti malam, malam berganti pagi. Matahari mulai terbit di ufuk timur. Semua manusia Muali beraktivitas seperti biasa, begitu juga dengan siswa siswi.
Rangga membonceng Rena kesekolah. Rangga tidak mengizinkan Rena naik taksi atau diantar oleh Vina. Rangga sudah memikirkan alasan jika nanti ada yang menanyakan kenapa satu motor dengan Rena.
Bersambung.