Ranti terpaksa harus mengakhiri pernikahannya dengan lelaki yang ia cintai. Niat baiknya yang ingin menolong keponakannya berbuntut peperangan dalam rumah tangganya.
Lalu bagaimana akhir dari cerita ini?
Yuk kita simak ceritanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaQuin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33. Bukti
Bab 33. Bukti
Pov Author
Napas Ranti terasa berhenti saat itu juga. Namun beberapa detik kemudian berubah menjadi sesak dengan degub jantung yang berdebar-debar luar biasa.
Rasa kecewa dan amarah yang tertahan membombardir dirinya. Tangannya mencengkeram erat gagang sapu yang menjadi saksi bisu atas apa yang Ranti temukan.
Ranti bukan tidak tahu Benda apa yang ia lihat di lantai itu. Sebuah benda yang umum dipakai kaum lelaki ketika mereka ingin bercinta dan mencari keamanan. Dan Ranti juga tahu, kalau suaminya tidak pernah menggunakan benda itu kepadanya selama mereka menikah. Lalu kenapa benda yang terlihat habis pakai meski sudah lama dan berdebu itu ada di kolong tempat tidur suaminya?
Rasanya kepala Ranti sedang dihantam palu besar bertubi-tubi. Segala pikiran jelek pun menghampiri isi kepalanya.
Nafas Ranti mulai memburu, tubuhnya mulai gemetar dan emosi melanda dirinya. Bercampur dengan itu, kesedihan pun menguasai hatinya hingga air matanya mulai jatuh membasahi pipi meski tidak terdengar isak tangis.
Tidak ada wanita yang perasaannya baik-baik saja melihat pengaman bercinta ada di bawah kolong tempat tidur suami meski belum tahu pasti itu milik siapa. Namun tetap saja pikiran buruk langsung tertuju kesana kalau suaminya sedang menduakan dirinya di belakangnya.
Ranti terduduk lemah di tempat tidur. Bahkan ia tidak sanggup lagi menyelesaikan pekerjaannya yang sedang menyapu lantai itu.
Wanita mana yang tidak sakit hatinya meski belum mendapat penjelasan apapun atas apa yang ia lihat.
Perlahan Ranti mulai menghapus air mata di pipi. Kali ini ia tidak akan menunda dan akan bertanya langsung kepada suaminya. Ranti merasa ia sudah cukup sabar menahan rasa ingin tahunya selama ini.
Bertepatan dengan itu, Pram pun pulang membawa beberapa kantong belanjaan. Ia melintas dan melihat istrinya duduk melamun menatap lantai.
Pram kemudian meletakkan semua barang belanjanya di dapur, lalu menyusul Ranti ke kamarnya.
"Ada apa sayang, kamu lelah? Sudah aku bilang kan, kamu istirahat saja. Kenapa kamu malah bersih-bersih padahal baru saja tiba dari perjalanan jauh?" Tutur Pram terlihat begitu perhatian kepada Ranti sambil membelai punggung sang istri.
Namun tiba-tiba Pram terkejut karena Ranti menepis tangannya. Pram menduga sesuatu telah terjadi kepada istrinya itu.
"Kamu kenapa sayang?" Tanya Pram, matanya tak lepas memandang wajah sang istri karena ingin tahu, kenapa Ranti tiba-tiba bersikap begitu kepadanya.
"Itu apa Mas?!" Tanya Ranti, menunjukkan benda menjijikkan di matanya itu dengan tatapan matanya dan dengan nada emosi.
"Loh...!"
Pram pun cukup terkejut melihat benda habis pakai yang sangat ia kenali itu. Pram tertegun sesaat. Otaknya dengan cepat berpikir alasan yang logis yang sekiranya dapat di percaya Ranti untuk menutupi jejak keburukannya itu.
"Kok ada benda seperti itu disini?" Kilah Pram balik bertanya.
"Kamu jangan pura-pura Mas!"
"Loh kenapa mesti pura-pura sayang, aku saja bingung kenapa benda seperti itu ada disini?!" Kilah Pram, sambil memasang ekspresi kebingungan. "Sepertinya ada tikus yang membawanya kesini." Katanya lagi, dan menelan salivanya dengan susah payah.
Pram berharap Ranti akan percaya dengan alibi kebohongannya. Namun Ranti memutar bola mata jengah dan tersenyum getir.
"Aku tidak sebodoh itu Mas! Kamu kira aku akan percaya?! Sejak kemarin-kemarin aku sudah merasakan kalau kamu pasti ada sesuatu di belakang ku! Tapi aku mencoba menutup mata Mas! Dan kali ini mataku di buka kan kembali!"
Pram menghela napas berat.
"Kamu kenapa begitu mudah mengambil kesimpulan seperti itu sayang. Aku benar-benar tidak tahu, bagaimana bisa ada benda kotor seperti itu di kamarku. Bisa saja kan tikus membawanya dari mana saja dan masuk ke Mess ini karena tempat ini hanya ada aku di waktu malam dan pagi saja?! " Jelas Pram panjang lebar menutupi kebohongannya.
"Lalu bagaimana dengan handphone mu yang kamu beri sandi Mas?! Apa yang ingin kamu coba tutupi dari aku?!"
Kali ini Pram terkejut lagi. Namun dengan cepat ia menguasai ekspresi wajahnya agar Ranti tidak semakin curiga padanya.
"Aku hanya ingin saja sayang. Kadang di kantor aku tak sengaja meninggalkan handphone ku di atas meja kerja. Karena itu aku pakai sandi. Dan aku lupa memberi tahu mu."
"Kalau begitu mana handphone mu Mas?! Cepat perlihatkan padaku?!" Perintah Ranti dengan napas memburu.
Pram kehabisan kata-kata.
Tok... tok ... tok ...!
Terdengar suara ketukan di pintu kamar mengalihkan perhatian mereka.
"Om, Tante... kalian bertengkar ya? Maaf kalau aku ganggu. Tapi aku lapar..." Kata Menur tanpa peduli dengan sikon yang terjadi. Ia sengaja melakukan hal demikian agar Pram terselamatkan untuk sementara dari Ranti.
Pertengkaran yang terjadi antara Pam dan Ranti tertentu terdengar di telinga Menur karena ia berada tepat bersebelahan dengan kamar pasutri itu. Apalagi dengan nada suara yang sedikit nyaring.
Saat pertanyaan-pertanyaan Ranti yang diajukan kepada Pram terdengar di telinganya, Menur pun ikut menegang di kamar sebelah. Ia menggigit kuku jempol tangannya dan mencoba memutar otak, bagaimana caranya akan menghindar jika Pram membuka rahasia mereka.
"Sebaiknya nanti kita bicarakan lagi. Kita jangan bertengkar lagi. Tidak enak dengan keponakan mu apalagi dia kelaparan menunggu kita."
Ranti mendengus kasar kemudian beranjak bangun untuk menuju ke dapur dengan raut wajah yang masih di liputi emosi dan amarah. Ia meninggalkan begitu saja sapu tergeletak di lantai kamar.
Pram memungut sapu dan pura-pura menyelesaikan pekerjaan yang di tinggalkan Ranti. Begitu Ranti menghilang dari balik pintu, ia segera mengeluarkan handphonenya dan menghapus semua bukti perselingkuhannya dengan Menur. Mulai dari foto-foto mesra mereka, pesan-pesan serta panggilan telepon yang mereka lakukan.
Pram bernapas lega. Setidaknya saat ini ia bisa berdalih dan menunjukan handphone kepada Ranti. Kemudian ia pun segera menyelesaikan menyapu, lalu menyusul Ranti ke dapur.
"Sudah aman. Terima kasih sayang." Bisik Pram kepada Menur sekilas dengan cepat ketika ia melintasi Menur yang sedang berdiri menunggu untuk memutuskan, apa yang akan ia lakukan setelah ini agar Ranti tidak menaruh curiga kepadanya.
Untuk sementara Menur tidak akan berkirim pesan kepada Pram sampai Ranti dan Pram kembali terpisah oleh jarak seperti biasanya.
"Jangan marah sayang, maaf kalau aku tidak memberitahukan sandi handphone ku kepadamu. Polanya hanya garisan bintang, kamu boleh membukanya kapan saja. Tidak ada yang aku sembunyikan darimu. Itu hanya buat jaga-jaga saja di kantor. Dan soal pengaman itu, sungguh aku tidak tahu apa-apa sayang. Aku hanya sibuk bekerja dan mungkin tikus pun sibuk membawa benda itu kemari." Kilah Pram panjang lebar.
Pram meletakkan handphone di dekat Ranti yang sejak tadi diam dan hanya pura-pura sibuk memotong sayuran. Kemudian lelaki itu sengaja pergi meninggalkan Ranti dan handphone nya agar Ranti lebih leluasa memeriksa handphone tersebut.
Lama Ranti terdiam dan akhirnya melirik handphone tersebut. Dengan marah ia menyambar dan memeriksanya handphone tersebut.
Sayang semua bukti telah di bersihkan dan Ranti pun tidak menemukan apa-apa disana. Namun Ranti pun tidaklah bodoh. Ia segera menautkan aplikasi hijau Pram kepada handphonenya.
Bersambung...
Jangan lupa like dan komen ya, terima kasih 🙏😊
Prqm tdk tabok Menur saja sdh untung.
Nah klo udah di peringati tp masih betulah baru dah...
dan siap" aja lah kau masuk penjara atau kehilangan pekerjaan pram.
dan untuk ranti jangan mau luluh dengan alesan menur adalah keponakan mu, dia keponankan gak tau dirii,
cie cie yang lagi ehem" pgnnya tetus terus yaa pengantin baru nihh