Siapa sangka, Vanya gadis cantik yang terlihat ceria itu harus berjuang melawan penyakitnya. Dokter mengatakan jika Vanya menderita penyakit ALS (Amyotrophic Lateral Sclerosis) yang terjadi akibat gangguan pada saraf motoriknya.
Segala pengobatan telah di upayakan oleh keluarganya, namun belum ada cara untuk bisa mengobati penyakit yang di derita Vanya. Ia yang sudah ikhlas menghadapi penyakit yang ia derita hanya bisa tersenyum di hadapan keluarganya. Walaupun begitu Vanya tetap melakukan aktivitas seperti gadis lainnya agar keluarganya tak terlalu mengkhawatirkan dirinya.
Siapa sangka pertemuannya dengan seorang pemuda bernama Shaka yang memiliki sikap dingin yang jarang berinteraksi dengan teman-temannya jatuh hati saat pertama kali melihat Vanya. Tanpa ia sadari wanita yang ia sukai sedang berjuang melawan penyakitnya.
Mampukah Shaka menjadi penyemangat Vanya di saat ia mulai down? Yuk nantikan kelanjutannya.
Siquel dari Novel yang berjudul "Cerita Kita"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Musim_Salju, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
Vanya telah resmi terdaftar sebagai mahasiswi psikologi di kampus yang sama dengan saudaranya. Namun anehnya, Vanya tak ingin di kenal oleh warga kampus sebagai adik kembar dari seorang Vanka. Apalagi Vanya tahu dari sahabatnya, Vanka, Hasbi dan Hanan begitu populer di kalangan mahasiswa kampus.
Mereka bertiga boleh menjaganya, tapi hanya dari jarak jauh saja. Vanya tidak ingin menjadi perhatian orang-orang jika semua orang tahu bahwa ia adalah anggota keluarga dari ke tiga lelaki populer tersebut. Vanya takut jika dirinya hanya akan di jadikan sumber untuk minta di kenalkan kepada para saudaranya. Karena dulu waktu SMA seperti itulah yang terjadi. Vanya kerap kali menjadi tempat penitipan surat dan hadiah-hadiah mahal dari para penggemar tiga idola sekolah itu.
"Ummah, Anya boleh ya main ke taman. Ummah jangan khawatir, Vanya pergi sama si kembar kok, Zenia dan Zelfa." Ia nyengir menampakkan deretan giginya yang putih dan rapi.
Ya, Zenia dan Zelfa adalah sahabatnya sejak ia duduk di bangku sekolah menengah pertama, bahkan hingga saat ini. Mereka awalnya tidak tahu jika mereka sama-sama memiliki kembaran. Ya walaupun kini si kembar Zenia dan Zelfa telah mengenal saudara-saudara Vanya, justru Vanya sama sekali tidak tahu siapa kembaran Zelfa dan Zenia yang satu lagi, karena mereka mengatakan jika saudara kembar sahabatnya itu sekolah dan kuliah di luar negeri.
Mungkin kalian yang pernah membaca karya author yang berjudul Hidayah Terindah, dan tidak asing dengan nama-nama berikut. Ya, Zelfa, Zenia merupakan anak kembar dari Zayn dan Zahra. Satu lagi saudara kembar mereka bernama Zehan. Dimana mereka kembar tiga. Yang penasaran dengan cerita Hidayah Terindah boleh mampir ya. Author numpang promo dulu, hihi.
"Ya sudah boleh, jadi Anya di jemput kan sayang?" Khalisa yang sedang fokus mengupas buah untuk suaminya hanya melirik sekilas menanti jawaban sang putri.
"Iya Ummah, seperti biasa. Mereka tahu jika Anya tidak akan di izinkan pergi sendirian." Vanya menjawab dengan tenang. Ia pun senang karena penyakitnya sudah jarang kambuh setahun belakangan ini. Paling sesekali, itupun ia pandai menyembunyikannya di hadapan ke dua orang tua dan saudaranya.
Vanya yang sudah mendapatkan izin langsung berpamitan dan mencium pipi sang bunda. Ia pun menemui sang ayah yang sedang menonton berita di ruang keluarga. Daffa memang tidak pernah bisa menolak permintaan putri kecilnya. Ya, sedewasa apapun Vanya, di matanya Vanya tetaplah putri kecilnya.
Vanya yang sudah mendapatkan izin dari dua orang terkasih langsung berlari menuju halaman rumah. Si kembar Zenia dan Zelfa pasti sudah menantikan dirinya. Tak lupa Vanya membawa sepatu roda miliknya dan juga wireless miliknya untuk mendengarkan musik serta menyandang ransel mini di punggungnya.
Vanka muncul dari arah tangga dan menghadang sang kembaran. "Eh, mau kemana sih dek lari-lari." Vanka memang terkadang memanggil Vanya dengan sebutan adek, terkadang juga Anya. Sesuai mood dia saja. Padahal jarak usia mereka hanya selang sepuluh menit saja.
"Mau ke taman bareng si kembar Anka. Tolong jangan melarang Anya kali ini. Anya sudah sangat bosan selalu di pingit di rumah. Anka jangan khawatir, Anya pasti di jagain oleh duo kembar." Vanya menjawab sembari melewati sang kembaran. Namun belum sampai ia di dekat pintu, Vanya kembali dan mengecup pipi kembarannya.
"Muach, Anya pergi dulu ya. Assalamualaikum."
"Wa'akaikumsalam, hati-hati! Kalau ada apa-apa kabari Anka loh!" Vanka berteriak karena Vanya sudah hilang di balik pintu. Ia hanya geleng-geleng kepala melihat semangat sang kembaran. Sejujurnya terkadang Vanka takut jika penyakit Vanya tiba-tiba kambuh seperti dulu. Namun melihat semangat dan senyum kembarannya itu membuat hatinya lebih tenang.
Ternyata di halaman rumah, Vanya bertemu ke dua sepupunya dan juga Ayah dan bundanya. Ya, ayah dan bunda yang di maksud adalah Dhafi dan Humaira. Mereka memang sengaja ingin bermain di kediaman Daffa dan Khalisa. Apalagi rumah mereka hanya berjarak beberapa meter saja.
Sedangkan neneknya si kembar sedang di tanah suci. Tidak menyangka ya Balqis dan almarhum Taqa sudah menjadi nenek saja. Bagi yang memang mengikuti karya author dari awal pasti sudah tahu ceritanya.
Nenek Balqis kemungkinan sekitar dua hari lagi beliau pulang dari kota Mekkah. Ingatkan siapa nenek si kembar? Jika lupa, boleh baca karya author yang berjudul"Kau Hanya Untukku". Ceritanya author promo untuk kedua kalinya nih, hihi.
......................
"Anya, kamu jadi daftar kuliahkan?" Zelfa menanti jawaban Vanya. Mereka memang sangat menantikan untuk melihat Vanya kuliah seperti mereka. Ya walaupun tentu saja mereka beda angkatan, tapi tidak masalah. Yang penting mereka bisa meraih cita-cita secara bersama.
"In Syaa Allah jadi, Alhamdulillah baba sama ummah sudah mengizinkan. Bahkan Anya sudah di daftarkan kuliah. Senang deh bisa kuliah seperti kalian. Oh iya, Anya mau main sepatu roda ke sana dulu ya." Ia langsung memasang sepatu roda miliknya dan memasang wireless di telinga. Penampilannya yang anggun versi muslimah namun tomboy itu menjadi daya tarik tersendiri untuk Vanya. Tanpa mereka sadari, ada yang memperhatikan mereka dari kejauhan. Lebih tepatnya berfokus ke arah Vanya yang selalu ceria dan tertawa.
Vanya meninggalkan si kembar di kursi panjang itu. Ia ingin menikmati suasana taman dengan mengelilingi taman menggunakan sepatu roda kesayangannya. Gerakannya terlihat lincah. Gamis yang ia kenakan ikut terbang mengikuti arah angin. Vanya sangat menikmati waktunya sore itu. Tanpa ia sadari, ia melihat seorang anak kecil tiba-tiba berlari di hadapannya. Dengan gerakan refleks, Vanya langsung menghindar dan hampir saja terjatuh jika tidak di sambut oleh seseorang yang mengenakan topi hitam dan masker.
"Astaghfirullah, maaf dan terimakasih sudah menolong Anya." Vanya langsung memberi jarak. Jika ayah ataupun Vanka melihat ia bersentuhan dengan lawan jenis, sudah pasti mereka langsung memarahi Vanya. Apalagi Vanka, dia bahkan lebih protektif dari pada sang ayah.
Namun si lelaki bermasker pergi begitu saja. Bahkan tidak menjawab ucapan terimakasih Vanya. Vanya hanya bisa terbengong melihat kepergian lelaki tersebut. Lelaki aneh, begitu mungkin fikir Vanya. Si kembar yang melihat dari kejauhan Vanya hampir terjatuh langsung berlari kecil menghampiri sahabat mereka.
"Anya, kamu oke?" Vanya hanya tersenyum, bahkan tak ada rasa cemas di wajahnya.
"Udah santai, yuk kita ke sana. Kita beli ice cream. Anya yang traktir." Memang Vanya suka sekali berbagi. Ke dua orang tuanya memang selalu mengajarkan Vanya dan Vanka sedari kecil untuk berbagi dengan siapapun.
Tiga gadis cantik tersebut berjalan menuju stand ice cream. Si kembar Zenia dan Zelfa berlari kecil, sedangkan Vanya mengenakan sepatu roda kesayangannya. Mereka tiba dalam waktu lima menit. Namun si kembar ngos-ngosan menyeimbangi Vanya.
"Ya ampun An, kamu kira-kira dong. Kamu enak pakai sepatu roda, kita mah lari. Hosh... Hosh..." Si kembar tampak ngos-ngosan. Vanya hanya terkekeh melihat dua sahabatnya. Sebelum memesan ice cream, Vanya membelikan mereka air mineral.
"Nih minum dulu. Maaf ya besti. Yuk ah duduk, aku sudah pesankan menu favorit kalian." Mereka mengobrol banyak hal. Tertawa riang membahas perkuliahan Vanya sebentar lagi. Vanya sendiri tak sabar akan menjadi seorang mahasiswi. Pasti menyenangkan, begitu fikir Vanya.
......................
...To Be Continued...
kalau shaka anak siapa ya thor?