Apakah anda mengalami hal-hal tak wajar disekitar anda?
Seperti suara anak ayam di malam hari yang berubah menjadi suara wanita cekikikan? Bau singkong bakar meskipun tidak ada yang sedang membakar singkong? Buah kelapa yang tertawa sambil bergulir kesana-kemari? Atau kepala berserta organnya melayang-layang di rumah orang lahiran?
Apakah anda merasa terganggu atau terancam dengan hal-hal itu?
Jangan risau!
Segera hubungi nomor Agensi Detektif Hantu di bawah ini.
Kami senantiasa sigap membantu anda menghadapi hal-hal yang tak kasat mata. Demi menjaga persatuan, kesatuan, dan kenyaman.
Agensi Detektif Hantu selalu siap menemani dan membantu anda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eko Arifin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 33 - Masalah II
Pada waktu sekitar jam tujuh malam, terlihat Ardian mengendarai motor supra khas jaman dulu dengan lihai, melewati motor dan mobil sebelum memasuki sebuah gang kecil yang menuju rumah klien. Tak di sangka, setiap meter ia melaju semakin berkurang rumah yang di lewati.
Membuatnya heran, dimana kah rumah klien yang menelponnya.
Rasa herannya pun terjawab saat ia berhenti di sebuah rumah ujung jalan. Di belakang bangunan itu masih terdapat hutan yang sejuk dan asri, membuat Ardian yakin akan padatnya lalu lalang makhluk ghaib di daerah ini.
Tak lama kemudian, keluarlah seorang bapak dengan muka datar namun tersimpan amarah yang besar.
"Permisi pak, apa ini benar kediamannya bapak Bakhri Sumitro?"
"Benar... saya Bakhri. Masnya siapa? Dan mau apa ke sini?"
Menghiraukan nada ketusnya, Ardian berkata dengan kesopanannya, "Saya ketua dari Agensi Detektif Hantu yang bapak telpon tadi. Jadi saya-"
"Masnya ini gimana!? Punya karyawan tidak becus! Bisa kerja yang bener gak!"
"Pak... bapak tenang dulu."
"Tenang!? Enak saja kalau ngomong! Kalau anak saya kenapa-kenapa, akan saya tuntut kalian sesuai hukum!" teriak pak Bakhri dengan mata melotot.
Ardian hanya menghela nafas, mencoba untuk tidak terpancing emosinya. Dalam satu minggu ini, tenaga dan mentalnya sudah terkuras habis mengurusi kasus receh yang masuk.
Bahkan waktu tidurnya pun sangatlah kurang.
"Saya di sini untuk memperbaiki keadaan pak. Kalau bapak tidak bisa tenang, saya juga tidak bisa bekerja dengan baik." ujar Ardian dengan selembut-lembutnya.
"Banyak omong ya kamu!" tuding pak Bakhri.
"Pak... pak, sudah. Kasihan anak kita kalau tidak segera di tangani. Biarkan masnya masuk dan melakukan pekerjaannya..."
Pak Bakhri pun mulai terlihat tenang saat istrinya datang di tengah-tengah panasnya situasi. Ardian menghela nafas lagi saat kondisi mulai kondusif.
Menurut penuturan pak Bakhri di telepon, ada seorang perempuan muda berhijab yang meruqyah anaknya yang kesurupan tetapi, hanya sembuh untuk sehari saja sebelum kumat kembali.
Dan perempuan itu membawa nama Agensi Detektif Hantu.
"Apa mungkin Nur yang kesini?" tanya Ardian dalam hati.
Dugaan Ardian di benarkan setelah dia meminta kuitansi pembayaran yang memang dari Agensi Detektif Hantu dan di berikan oleh istri pak Bakhri. Betul saja, terdapat tanda tangan Nur dengan jumlah uang sebesar satu juta tertera di kertas itu.
Ardian menghela nafas panjang karena ada peraturan yang di langgar, namun dia harus fokus pada kasus ini terlebih dahulu.
"Silahkan mas... masuk dulu."
"Terima kasih bu..."
Saat Ardian memasuki rumah, dia merasakan tipisnya energi positif yang tersebar di setiap sudut ruang, seperti sendang mencoba melindungi dari energi luar meski dalam jumlah yang sedikit.
Area hutan asri yang berada di belakang rumah, sangat cocok menjadi tempat lalu lalang para makhluk ghaib karena jarang terjamah manusia, meski tidak semua bangsa ghaib mengganggu, pasti ada beberapa yang mencoba masuk.
Di tambah kurangnya penerangan di sekitar rumah... menjadi faktor utama tempat berkumpulnya makhluk ghaib.
Tetapi... lamunan Ardian langsung sirna saat mendengar suara wanita menjerit dan meronta keras dari dalam.
"Tuh denger! Karena kalian tidak becus bekerja anak saya kumat lagi!" ucap pak Bakhri dengan nada lantang yang lagi dan lagi, di hiraukan oleh Ardian.
"Sabar dulu pak... biar masnya yang menangani anak kita..." saran istrinya yang mencoba meredam amarah pak Bakhri.
Ardian lalu memasuki sebuah kamar bersama pak Bakhri dan istrinya, ia melihat gadis muda berumur 17-an tahun, berambut acak-acakan, berpakaian putih kusam dan tertawa melingking di pinggir kasur.
Gadis itu duduk sambil melambaikan kakinya maju mundur dan kemudian melihat Ardian dengan tatapan tajam.
"Apa lu lihat-lihat? Pake acara melotot segala... mau gue gampar?" celetukan Ardian mendapatkan reaksi kaget dari pak Bakhri dan istrinya.
Arsian melihat sosok wanita bergaun putih di dalam diri gadis itu, soal rupa dan bentuknya sudah umum dia lihat.
"Hihihihihi!" tawa gadis itu melengking saat tersenyum menyeringai, membuat pak Bakhri dan istrinya mundur ketakutan tetapi tidak dengan Ardian.
"Widih, ada cowok ganteng nih. Kenalan boleh dong? Perkenalken, nama saya Keningsih. Panggil saja saya Kenny. Hihihihi..."
"Dih kegatelan, tapi bodo amat lah. Nama gue Ardian. Langsung aja nih, elu mau keluar sendiri atau di keluarin?"
"Iih, akang ini mesum tapi maunya di keluarin dong, kan lebih nikmat kalau sama cowok ganteng kayak akang..."
Dengan senyuman mesum, gadis itu lalu membuka lebar kakinya.
Namun...
"Oke kalau begitu..."
Dengan cekatan, Ardian meletakan ibu jarinya ke dahi gadis itu dan telapak tangan kirinya di belakang kepala, membuat pak Bakhri marah dan ingin menghentikan apa yang dia lihat.
"Bapak diam dulu atau anak anda akan terus seperti ini! Silahkan pilih!"
Teriakan Ardian sontak membuat pak Bakhri kicep diam, seakan-akan ada aura yang membuatnya terhenti.
Lalu, Ardian membuat gerakan seperti menarik sesuatu ke atas, membuat mata gadis itu menjadi putih dengan mulut menganga.
"Bentar... bentar... kok ini ngeluarinnya beda sama yang ada di pikiranku ya? Bukannya di masukin terus di koc-" ujar sosok di dalam gadis itu.
"Yeuh, pikiran lu tuh yang mesum!"
"Kalau kayak gini caranya, gue gak mau! Udah betah di sini! Gak mau pokoknya! Gak mau keluar!" ujar sosok alam gadis itu sambil meronta-ronta.
"Telat lah kocak!" teriak Ardian yang perlahan menggerakan kedua tangannya keatas, seperti memegang sebuah kepala yang tak kasat mata.
"Bukain jendelannya pak!" teriak Ardian.
"I-i-iya..." jawab pak Bakhri yang terbata-bata, tidak menduga bahwa pemuda di depannya bisa berteriak sekencang itu.
Saat pak Bakhri membukakan jendela, Ardian mulai memanjatkan mantra demi menfokuskan energinya demi menarik sosok yang bersemayam dalam tubuh gadis ini.
..."Dengan nama Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Ku kembalikan ciptaan-Mu ini kembali ke asalnya..."...
Dengan cepat, Ardian memutar dan melempar sesuatu keluar rumah yang membuat pak Bakhri dan istrinya sontak berteriak kecil, saat melihat sosok transparan wanita bergaun putih dengan wajah hancur dan menakutkan.
"Aaaahhhhhhh.... tunggu pembalasanku yaaaaaaaaaaaaaa..." sosok itu berteriak sebelum suaranya perlahan menghilang.
Tubuh gadis itu lemas terkulai dan hampir jatuh ke lantai, tetapi sang ibu dengan cekatan menangkap tubuh putrinya.
Ardian lalu duduk di lantai sembari membuat sigil dan membaca mantra, guna membuat pagar ghaib sementara.
..."Atas nama Tuhan sang Maha Raja dari segala Raja. Berikanlah perlindungan agung-Mu dari makhluk-makhluk yang berbuat kerusakan!"...
Namun, tak di sangka segala upayanya di lihat oleh pak Bakhri dan istrinya sebelum Ardian berdiri lalu menghela nafas panjang.
"Untuk sementara, anak bapak dan ibu tidak akan di ganggu mereka lagi, tetapi saya harus melihat kondisinya setelah dia sadar. Ada sesuatu yang harus saya pastikan terlebih dahulu..."
"Ba-baik nak." jawab pak Bakhri lagi yang kini amarahnya bisa menciut setelah melihat aksi Ardian.
"Bu... setelah dia sadar minumkan air putih hangat dengan sedikit garam demi menetralisir energi-energi negatif dalam dirinya." saran Ardian yang kemudian di jawab dengan anggukan oleh si ibu.
Ardian menghela nafas panjang karena masih ada sesuatu yang menjagal di dalam logikanya...
Pertama, Ardian tidak melihat ada suatu Buhul atau benda ghaib di dalam rumah ini, dengan kata lain makhluk ghaib yang memasuki gadis ini datang dari area luar rumah.
Kedua, teknik eksorsisme atau pengusiran makhluk ghaib milik Nur lebih baik di bandingkan Ardian dan Rendy, yang kemudian timbulah sebuah pertanyaan muncul.
Kenapa gadis ini bisa kesurupan lagi setelah di ruqyah Nur?
Untuk menjawab pertanyaan itu, Ardian harus menunggu karena anak gadis pak Bakhri sedang tidak sadarkan diri.
Tiba-tiba...
Tok! Tok! Tok!
Mendengar suara ketokan pintu, pak Bakhri pun melangkah ke arah suara sebelum membukakan pintu rumah dan di dampingi Ardian untuk berjaga jika yang datang bukan manusia.
"Assalamualaikum..."
Suara gadis memberikan salam dari luar yang Ardian kenali lewat intonasi dan nadanya.
Seorang gadis belia berkulit putih dan mengenakan hijab terlihat oleh pak Bakhri. Gadis itu berpawakan pendek dan bisa di katakan wanita mungil, dengan paras wajah yang terbilang imut.
Namun...
Amarah pak Bakhri kembali meledak saat berteriak, "Kamu lagi! Dasar perempuan tidak becus bekerja! Karena kamu-"
"Pak... sabar dulu pak. Semua bisa di bicarakan baik-baik di dalam. Jika bapak masih marah, jangan di lampiaskan kepada gadis ini, tetapi ini adalah tanggung jawab saya."
Ardian mencoba menenangkan pak Bakhri dengan memegang pundaknya, dan anehnya, usaha tersebut membuahkan hasil.
Mendengar suara lelaki yang tidak asing di kenalinya, gadis mungil itu sontak kaget saat melihat siapa di depannya.
"Loh, kak Ardian? Kenapa bisa disini!?"
"Yo... Nur... ada banyak hal yang harus kita bicarakan setelah ini." ujar Ardian datar yang membuat gadis bernama Nur itu terdiam sambil menundukan pandangan, merasa sangat bersalah.
Tiba-tiba...
"Pak! Anak kita sudah sadar!"
Mendengar hal itu, pak Bakhri, Ardian dan Nur pun masuk kedalam rumah demi melihat kondisi gadis itu.