NovelToon NovelToon
RATU YANG TERBUANG

RATU YANG TERBUANG

Status: tamat
Genre:Tamat / Penyesalan Suami / Fantasi Wanita
Popularitas:2.7M
Nilai: 4.8
Nama Author: Kleo

Bercerita tentang seorang permaisuri bernama Calista Abriella, yang telah mengabdi pada kekaisaran selama 10 tahunnya lamanya. Calista begitu mencintai Kaisar dan rela melakukan apa saja untuknya, namun cinta tulus Calista tak pernah berbalas.

Sampai suatu peristiwa jatuhnya permaisuri ke kolam, membuat sifat Calista berubah. Ia tak lagi mengharap cinta kaisar dan hidup sesuai keinginannya tanpa mengikuti aturan lagi.

Kaisar yang menyadari perilaku Calista yang berbeda merasa kesal. Sosok yang selalu mengatakan cinta itu, kini selalu mengacuhkannya dan begitu dingin.

Akankah sifat Calista yang berbeda membuat kaisar semakin membencinya atau malah sebaliknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kleo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20 - Membunuh permaisuri

...Kilas Balik...

Di hari yang sama, setelah Calista mendapatkan keringanan dari Kaisar, sang permaisuri mengajaknya unuk mengelilingi istana.

“Calista aku tidak pernah berharap kata-kata itu akan keluar dari mulutmu. Tapi aku paham seperti apa perasaamu.”

“Untuk itu aku akan tetap memberimu pelajaran bagaimana caranya menjadi permaisuri yang baik.”

“Lihatlah istana ini, istana putih yang di masa depan akan menjadi milikmu jika kau menajdi permaisuri.”

Calista tetap berjalan di belakang permaisuri sembari mendengarkan perkataanya, meski sang permaisuri menjelaskan segala seluk beluk istana, yang ada di pikiran Calista hanyalah kata-kata kaisar yang menyetujui permintaannya.

Saat hari itu tiba aku tidak akan ragu mengatakan tidak. Ya, aku akan membatalkan perjodohan ini. Calista.

“Dengar Calista, hal yang paling penting saat kau menjadi permaisuri, kau tidak boleh menunjukkan sisi lemahmu sedikit pun, dan kau tidak boleh menunjukkan celah, musuh selalu ada di mana pun.”

Tentang saja yang Mulia aku tidak akan punya banyak musuh, karna aku tidak akan pernah menempati posisi permaisuri, ha, ha. Calista

“Begitu juga dengan caramu berjalan. Kau harus meletakan kedua tangan ke depan dan pertahankan tubuhmu untuk tetap tegap, dan pasanglah ekspresi serius di wajahmu.”

Calista mengikuti arahan permaisuri, ia menegakkan tubuhnya dan memasang ekspresi serius, kini keduanya tampak seperti ibu dan anak karna kemiripan itu.

“Kaisar tampaknya tidak salah memilihmu, Calista kuharap kau dapat mengambil keputusan yang tepat untuk hidupmu,” ucap permaisuri lagi.

Di saat bersamaan, Calista dan permaisuri yang melewati lorong bertemu dengan Leonardo yang kala itu masih menjadi putra mahkota. Saat itulah Calista untuk pertama kalinya bertemu dengan Leon.

Wajahnya tampan tanpa cela, garis rahang yang kuat seolah padu dengan hidung mancung dan mata berwarna merahnya, di tambah dengan rambut hitam itu membuatnya tampak sangat sempurna.

Mata merah itu tampak malas berbicara pada sang ibu, setelah memberi salam dan menanyakan keadaan masing-masing ia kembali melanjutkan langkahnya.

Sedangkan untuk Calista, Leonardo sama sekali tak melihat kearahnya apalagi untuk bertukar salam pun tidak, seolah pria itu tak melihat keberadaan Calista di sana.

Calista tak menanggapi serius hal itu, meski melihat wajah tampan Leonardo hatinya sama sekali tak goyah.

...****************...

Sejak hari itu Calista belajar lebih keras, bukan hanya pelajaran yang ia kuasai tapi juga dasar-dasar menggunakan pedang, sang ayah lah yang langsung ambil bagian dalam mengajarkan Calista menguasai banyak teknik.

“Hei kalian berdua ayo sudahi itu, ini sudah waktunya makan siang!” teriak sang ibu yang sontak membuat ayah dan anak menengok secara bersamaan.

“Istriku, aku sedang mengajarkan putri kita berlatih pedang, kami akan makan nanti.”

“Oh, jadi kalian tidak ingin makan, baiklah aku tidak akan memasakkan kalian berdua makanan lagi.”

Kedrick dan Calista saling pandang, keduanya tak dapat menahan tawa, ayah dan anak itu segera melepaskan pedang dari tangan masing-masing dan berlari menghampiri sang ibu.

“Ibu apa kau marah pada aku dan ayah?” tanya Calista yang langsung memeluk sang ibu.

“Tidak kapan ibu pernah marah padamu, ibu hanya marah pada ayahmu. Dia benar-benar tega membuat putri satu-satunya ini belajar pedang.”

“Kenapa, itu kan bagus untuknya, sehingga nanti jika dia dalam keadaan terdesak, putri kita bisa mengatasinya sendiri tanpa meminta bantuan orang lain.”

“Iya, ibu. Kan ibu sendiri yang mengatakan padaku untuk belajar sebaik mungkin jika ingin menjadi seorang permaisuri.”

“Hei, kalian berdua ini benar-benar,” gerutu sang ibu yang tak menerima kekalahannya.

Waktu terus bergulir, tak terasa Calista hampir berusia 18 tahun, hanya tinggal dua bulan, acara debutnya akan dimulai.

Calista pikir semuanya akan baik-baik saja, tapi nyatanya ia harus kehilangan sosok sang ibu yang begitu disayanginya. Harapan Calista mulai pudar, sejak meninggalnya duchess tak ada lagi rasa semangat dalam dirinya.

Calista selalu berharap hari cepat berlalu sampai acara debutnya tiba. “Ibu maaf, Abela tidak bisa memenuhi harapanmu untuk menjadi permaisuri.”

Sang Ayah yang melihat Calista berdiri diam di jendela lantas menghampirinya.

“Putriku, ayo kita makan. Jangan siksa dirimu seperti ini.”

Calista menoleh ke arah Kedrick sorot matanya sendu dan wajahnya tampak pucat.

“Bagaimana aku bisa makan, bahkan untuk menelannya saja aku tidak sanggup, Ayah.”

Untuk menghilangkan rasa kesepiannya Calista sering kali pergi dari mansion, wanita itu akan duduk di atas pohon sembari melihat pemandangan di bawahnya.

Pemandangan pasar dengan banyak para wanita dan pria berlalu lalang melewati dagangan yang berjejer rapi di pinggir jalan, membuat perasaannya sedikit terobati.

Hampir setiap harinya Calista selalu datang dan duduk di tempat yang sama. Hingga pada suatu hari di antara banyaknya orang-orang yang lewat, padangan Calista tertuju pada satu orang yang ia kenali.

“Putra mahkota?”

Meski kali ini ia menutup dirinya dengan jubah, tapi Calista sangat mengenal sosok berambut hitam dan mata merah khasnya, ya, walaupun ia baru sekali bertemu dengannya.

Calista memperhatikan apa yang dilakukan oleh pria tersebut, awalnya Clista pikir pria itu ingin pergi ke suatu tempat, tapi nyatanya ia hanya berputar-putar di sekitar pasar sembari sesekali membatu orang yang kesusahan si sana.

Karna terlalu sibuk memperhatikan, Calista tanpa sadar kehilangan keseimbangan, yang seketika membuatnya terjatuh dari atas pohon. Saat dirinya mengira akan jatuh ke tanah ia segera menutup matanya.

Dan persis seperti apa yang terjadi kini, kala itu Calista mendarat di gendongan Leonardo yang dengan cepat tanggap membantunya, akan tetapi Leonardo sama sekali tak mengetahui jika orang yang ia tolong adalah Calista – wanita yang dijodohkan dengannya.

...Kilas Balik Selesai...

“Kenapa itu harus terulang lagi sekarang?”

“Kenapa aku tidak bisa membencimu sepenuhnya?”

Tanpa terasa air mata Calista mulai mengalir di pipinya, mengingat sang ibu dan masa lalunya bersama Leonardo membuatnya ingin kembali ke masa itu.

“Ibu andai jika kau masih hidup sampai saat ini, pasti aku dan ayah tidak akan sesepi ini,”

Calista menghapus air matanya dan mulai kembali duduk di meja kerja untuk mengalihakan pikirannya.

...****************...

Seperti yang telah direncanakan, hari itu saat malam tiba sang permaisuri dan pelayannya pergi ke pelabuhan, ia menemui pelayan itu untuk terakhir kalinya.

“Permaisuri terima kasih atas kesempatan yang anda berikan pada saya, bahakn rasa terima kasih ini tak akan cukup untuk membalas kebaikan Anda.

“Sudahlah jangan banyak bicara,” balas Calista singkat dengan wajah datar khas permaisurinya.

“Kau sudah menulis semuanya di surat untuk apa lagi kau mengatakan itu?”

“Ma-maafkan saya yang mulia,”

Calista hanya diam, lengannya kemudian bergerak mengambil sekantong emas dari sakunya.

“Aku tidak bisa membantu banyak, tapi setidaknya ini cukup untuk memulai usaha dan menghidupi adik-adikmu.”

Pelayan itu menatap tak percaya sosok yang berdiri di hadapannya, sudah cukup permaisuri mau mengampuninya dan sekarang ingin memberikannya uang.

Uang emas yang sebanyak itu bahkan dapat menghidupi ia dan adik-adiknya selama 10 tahun ke depan.

“Kenapa kau diam? Kau tidak ingin menerima ini?”

Pelayan tersebut menunduk, “Permaisuri saya sudah sangat senang anda mau mengampuni saya, tapi emas ini? Rasanya saya tak pantas untuk menerimanya.”

“Aku tidak menerima penolakan, ambil ini dan cepat pergi.”

“Jika kau terus di sini, maka nyawamu dan adik-adikmu itu yang akan dalam bahaya,” ucap Calista yang langsung memberikan kantong emas itu ke tangan sang pelayan.

“T-terima kasih Yang Mulia, saya tidak akan bisa seperti ini tanpa permaisuri. Terima kasih Anda mau menolong saya yang hanya perempuan hina ini.”

“Jangan merendahkan dirimu sendiri, sekarang pergi dan mulailah hidupmu yang baru,”

Sang pelayan memberi salam perpisahan untuk terakhir kalinya, dan segera setelahnya masuk ke kapal yang akan segera berangkat. Saat kapal itu mulai berlayar, orang-orang yang melepas kepergian anggota keluarganya itu pun mulai pergi dari pelabuhan.

Begitu pula dengan Calista dan Elisha, keduanya pergi dari pelabuhan menyusuri jalanan kota yang kini sepi dan gelap.

“Yang Mulia aku merasa tidak enak melewati jalanan ini, p-padahal kita sudah sering melewatinya.”

“Tenanglah Elisha, jika kau takut berlindung lah di belakangku,” balas Calista yang melihat tubuh Elisha bergetar ketakutan.

Baru saja Calista berkata seperti itu, tiba-tiba muncul muncul sekelompok orang tak dikenal yang mengepung keduanya.

“Yang Mulia bagaimana ini, p-pasti mereka ingin berniat jahat pada kita.”

“Tenanglah Elisha,” ucap Calista lagi.

“Apa yang kalian inginkan? Aku tidak punya uang yang bisa diberikan pada kalian.”

Salah satu ketua dari kelompok tersebut menertawakan perkataan Calista. “Permaisuri Lezarde, kami tidak semiskin itu sampai harus merampas harta dari wanita yang akan mati,”

Calista tersenyum, “Kalian sepertinya sangat percaya diri, baiklah silakan jika kalian ingin membunuhku.”

“Wah tidak kusangka, ternyata Anda sangat cepat menyerah bahkan tanpa perlawanan sama sekali.” Ketua kelompok itu melangkah maju mehampri Calista.

“Ya, tapi sebelum kalian membunuhku katakan siapa yang menyuruh kalian, agar permaisuri yang menyerah ini tak penasaran sampai akhir siapa yang ingin membunuhnya.”

“Karna Anda akan segera mati, tidak ada gunanya kami menyembunyikan rahasia. Kami ingin Selene—”

‘Craak!’

Belum sempat pria itu menyelesaikan kata-katanya, Calista langsung menusuk pria tersebut dengan pisau tajam yang ia sembunyikan dibalik gaunnya.

Seketika pria itu rubuh, para anggota kelompok pun terkejut melihat ketua kelompoknya yang kalah di tangan seorang wanita.

Calista lalu berbalik menghadap ke arah orang-orang berjubah hitam itu dengan seringai miring, ia masih tampak tenang meski pisau yang ia gunakan berlumur darah. “Ayo, kemarilah siapa yang ingin membunuhku?”

Sedangkan Elisha semakin takut melihat situasi disekitarnya.

“Elisha sekarang pergi, aku akan menangani ini.”

“T-tapi Yang Mulia.”

“Sudah kukatakan cepat pergi,” balas Calista dengan nada yang meninggi.

Elisha menuruti perintah tuannya ia berlari meninggalkan Calista, “Aku akan segara kembali dengan membawa bantuan untuk Anda, Yang Mulia.”

“Hei jangan biarkan wanita itu pergi, cepat kejar!”

Belum sempat salah satu dari mereka mengejar, di tangan Calista orang itu berakhir sama seperti ketua kelompok tersebut.

“Jika kalian ingin mengejarnya, maka langkahi mayatku terlebih dahulu.”

Calista mulai menyerang dengan membabi buta, meski ia tahu tak akan bisa mengalahkan seluruh anggota yang jumlahnya lebih dari sepuluh orang tersebut, apalagi hanya dengan sebilah pisau. Tapi ia tak peduli, Calista pasrah jika ia harus terbunuh.

Aku tidak peduli jika harus mati di sini, lagi pula tidak akan ada yang menangisi kematianku. Calista.

Semakin lama Calista merasa kewalahan, harus melawan para penjahat yang masih saja bisa bangkit meski Calista telah menusuknya, ia merasa ingin menyerah saat itu juga.

Theodore, pikirkan Theodore Calista. Dia kembali kesepian jika kau mati di sini, bertahanlah untuknya. Calista.

Ayo kau pasti bisa, ini demi putramu Calista! Calista.

Dan benar saja hal tersebut tak bertahan lama, satu-persatu para penjahat tumbang dibuatnya. Merasa mereka tak akan bangkit melawannya lagi, Calista melepaskan pisau dan menyesuaikan deru nafasnya yang kini tak beraturan.

“Hah, Hah, Hah, Theo ibu berhasil karnamu.”

Calista tak menyadari jika di belakangnya salah satu penjahat kembali bangkit, ia diam-diam berjalan mendekati Calista dan menikamnya.

‘Craak..!’

.

.

.

.

Sorry, ya, Kleo baru up. Soalnya banyak kerjaan di rl, jadi sampai ketemu di bulan maret, nanti kleo bakal up setiap hari kalo pengajuan kontrak novel ini di terima, see you 😉

1
Rini Astria
Luar biasa
Berlian Nusantara dan Dinda Saraswati
cuma jatoh dari pohon gak bakal koma selama 6 bulan.. pas di kolam gak bisa berenang malah dibiarin gelooo
Berlian Nusantara dan Dinda Saraswati
emang gue pikirin
Julia Juliawati
Luar biasa
Julia Juliawati
ngarep dot com km Leonardo 🤣🤣🤣
Julia Juliawati
saha shazia Thor?
wiga ciwaruga
Luar biasa
wiga ciwaruga
bagussbagusbagusss ceritanyaaaaa...terharuuuu
Alza Nur
sedih banget sampai Q nangis 😭😭 baru ini cerita yg oke
Bzaa
otewe....
Bzaa
terimakasih otot, vote sudah otewe..
Bzaa
kerennnn... happy ending, akhir hidup bahagia dengan hidupnya masing2
Bzaa
senang berakhir dgn bahagia
Bzaa
aih Anastasia mata2 ternyata
Bzaa
fix lah Isabel jodohnya theo 😘
Bzaa
semangat terus ya tor💪
Bzaa
semoga ada kebahagiaan di balik kesedihan
Bzaa
semoga Calista masih bisa merawat ayahny
Bzaa
sedihhh bangett
Bzaa
Aaron biar kena batunya dulu..
sblmnya aku mendukung Aaron, skrg males banget
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!