Pagi itu memiliki embun yang menetes tanpa harus diminta. Kebahagiaan itu memiliki arti ketulusan tanpa di rencanakan. Sama halnya hati yang memiliki cinta tanpa harus diminta meskipun terkadang menyakitkan.
Menerima perjodohan dari keluarganya untuk menikah dengan gus Hilal, yang memang laki-laki pertama dalam hidupnya, membuat Khalifa merasa bahagia.
Walaupun gus Hilal seorang duda, akan tetapi bagi Khalifa yang memang mencintai karena Allah, ia bersedia dan yakin akan sanggup menerima semua konsekuensi nya.
Namun pada malam pernikahan mereka, suaminya mengatakan dia hanya menganggapnya sebagai adik perempuan...
Khalifa mengerti bahwa Hilal masih belum melupakan mantan istrinya yang telah meninggal, mencoba untuk paham, akan tetapi masalah selalu datang silih berganti.
Bagaimana Khalifa melewati pernikahannya dengan ditemani seorang suami yang masih belum bisa melepaskan masa lalunya?
Sanggupkah Khalifa dengan tekat awalnya untuk tetap bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy_Ar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
...~Happy Reading~...
Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama, hampir dua jam. Kini akhirnya sepasang pengantin baru itu sudah tiba di sebuah Hotel bintang 5 yang terbaik di kota itu. Hilal segera mengambil koper nya dan menggandeng tangan Khalifa untuk memasuki Hotel.
Sedikit gugup, akhirnya Khalifah menerima ajakan Hilal dan mulai mengikuti langkah kaki, suaminya. Sepanjang jalan, keduanya hanya diam karena keduanya sama sama dalam kecanggungan yang hakiki.
“Gus, aku—“
“Khalifa!” Hilal melepaskan genggaman tangan nya saat sudah tiba di dalam kamar, laki laki itu berbalik dan menatap Khalifa dengan cukup intens, “Aku tahu, kamu terpaksa menerima pernikahan ini. Dan aku juga tahu bahwa sebenarnya kamu belum siap untuk menikah. Jadi, bagaimana jika buat kesepakatan?”
Deg!
Seketika itu, Khalifa langsung mendongakkan kepala nya dan membalas tatapan Hilal. Kesepakatan seperti apa yang akan di tawarkan oleh laki laki itu. Dan dia salah jika mengira bahwa Khalifa belum siap untuk menikah dengan nya, karena memang sejak awal Khalifa sangat ingin cepat lulus sekolah SMA agar bisa di pinang oleh Hilal.
Hanya saja, takdir tidak semudah yang Khalifa harapkan. Meskipun pada akhirnya, ia dan Hilal tetap menikah, akan tetapi harus melewati beberapa rintangan yang tidak lah sedikit. Termasuk mengenai status Hilal yang sudah berubah, yakni duda beranak satu. Tapi Khalifa masih tetap menyukai nya dan bahkan ia tidak memperdulikan status itu sama sekali.
Lantas, mengapa kini Hilal mengajak nya untuk membuat kesepakatan? Apakah tiu artinya memang Hilal masih begitu mencintai Kirana dan masih enggan untuk membuka hati untuk nya? Sehingga Hilal menolak kehadiran nya dan masih ingin bersama mantan istrinya.
Khalifa menarik napas nya dengan cukup panjang, “Kesepakatan apa Gus?”
“Kita jalani saja seperti ini dulu. Kita tinggal bersama, dan pura pura sudah melakukan hal itu, agar abi dan abah tenang. Kita rahasiakan tentang semua ini bersama, dan tetap bersikap baik seperti biasa di luar.”
Seketika itu, Khalifa langsung tersenyum getir, berpura pura bahwa mereka sudah melakukan hubungan akan tetapi, pada kenyataan nya belum terjadi apa apa di antara mereka. Khalifa berfikir, sia sia sudah koper yang ia bawa, mungkin akan lebih baik jika dirinya tidak membawa apapun, pikir nya.
“Baiklah Gus, aku ikut saja,” jawab Khalifa lembut kembali menundukkan kepala.
“Maaf Khalifa jika gara gara masalah ini sudah menyakiti kamu. Sungguh, aku sama sekali tidak memiliki niat jahat sama kamu, aku sayang sama kamu Khalifa. Aku sudah menganggap kamu sebagai adik ku.”
Jeduaarrr!
Khalifa merasa hatinya seperti tersambar petir berkekuatan sangat tinggi. Hanya sebagai adik, jadi selama ini Hilal baik padanya karena menyayangi nya sebagai adik, dan bahkan setelah menikah, Hilal juga belum bisa menyentuh Khalifa karena masih menganggap nya sebagai seorang adik.
Lucu sekali, pikir Khalifa.
“Iya Gus, terimakasih. “ Gadis itu berusaha memaksakan senyuman nya, walau dalam hatinya memberontak dan sangat ingin berteriak, “Kalau begitu, a—aku izin memakai toilet sebentar ya?”
Hilal menganggukkan kepala nya, mengusap wajah nya dengan cukup kasar dan menghela napas nya berat. Ia merasa sangat berat mengatakan hal seperti itu kepada Khalifa, akan tetapi jika terus dia pendam sendiri juga akan terasa sangat sulit.
Hilal tidak mau memaksa Khalifa, mengingat gadis itu kini masih fokus dengan kuliah nya. Dan sudah harus menikah terpaksa dengan nya, Hilal takut membuat Khalifa semakin tak nyaman dan merasa bahwa hidup nya akan terbebani jika harus melayani nya.
Maka dari itu, Hilal memberikan kesepakatan itu, agar Khalifa bisa lebih memantapkan dirinya, dan bisa menerima pernikahan itu seiring berjalan nya waktu nanti.
‘Halo adik nya gus Hilal?’ Khalifa tertawa getir di dalam toilet sambil menatap dirinya pada pantulan cermin. Ternyata begitu sakit, saat kita mencintai seseorang tapi hanya di anggap sebagai seorang adik.
...~To be continue .......
...🍁...
...🍁...
...🍁...
...🍁...
...🍁...
...Holaaa semuanyaaa... sambil nunggu kamar Aca update. mampir dulu yuk ke profil Mommy. intip kamar baru Mommy yg baru netes 🤭🤭 Bantu ramaikan yaa 🤗🤗🤗...