NovelToon NovelToon
The Marriage Of Moon And Dew

The Marriage Of Moon And Dew

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Nikahmuda / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: dzataasabrn

Terlahir dari orang tua yang membenci dirinya sejak kecil, Embun Sanubari tumbuh menjadi laki-laki yang pendiam. Di balik sifat lembut dan wajah tampannya, tersimpan begitu banyak rasa sakit di hatinya.

Ia tak pernah bisa mengambil pilihannya sendiri sepanjang hidup lantaran belenggu sang ayah. Hingga saat ia memasuki usia dewasa, sang ayah menjodohkannya dengan gadis yang tak pernah ia temui sebelumnya.

Ia tak akan pernah menyangka bahwa Rembulan Saraswati Sanasesa, istrinya yang angkuh dan misterius itu akan memberikan begitu banyak kejutan di sepanjang hidupnya. Embun Sanubari yang sebelumnya menjalani hidup layaknya boneka, mulai merasakan gelenyar perasaan aneh yang dinamakan cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dzataasabrn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Last Letter For Layla

Hari demi hari berlalu dengan tenang. Sedikit demi sedikit Sanu mulai membawa barang-barang pribadinya ke ibukota, ke tempat di mana ia akan tinggal selama masa perkuliahannya nanti.

Sejauh ini, ayahnya tidak pernah sekalipun menolak permintaan yang diajukan oleh Sanu lantaran perjanjian yang telah mereka buat sebelumnya. Semua kebutuhan materil yang diminta oleh Sanu dengan segera dipenuhi oleh Sandika tanpa harus menunggu lama.

Di sisi lain, segala kegiatan yang harus dilakoni Sanu sebagai pelajar SMA telah nyaris menyentuh akhir. Tak banyak yang tersisa dari masa-masa SMAnya yang kini hanya tinggal menyisakan acara prom night serta wisuda yang baru akan digelar dua hari setelahnya.

Tidak banyak yang bisa Sanu ingat dari masa-masa yang ia habiskan di SMA. Memang, ia tak banyak melakukan sesuatu selama menuntut ilmunya di tempat itu. Hanya datang, belajar, kemudian pulang. Siklus tersebut berulang nyaris setiap hari hingga Sanu sendiri tak dapat mengingat dengan pasti kapan ia melakukan sesuatu yang berbeda selain dari tiga kegiatan pokoknya tersebut.

Sementara teman-temannya yang lain sedang asyik dan bersenang-senang di acara prom night yang digelar malam ini, Sanu nampaknya lebih senang duduk berdiam di balkon kamarnya sembari membolak-balik sebuah buku berisikan kumpulan sajak karya dari salah seorang penyair favoritnya.

Membaca puisi membuat Sanu merasa tenang dan tak jarang ikut terhanyut pada tiap kata yang ia baca. Tak sedikit penyair yang kerap menyelipkan makna bias pada karya-karyanya sehingga dengan itu Sanu dapat dengan leluasa menafsirkan makna dari setiap kata sesuai dengan bagaimana perasaan serta kondisi emosionalnya kala membaca bait-bait puisi tersebut.

Malam ini, Sanu sedang merasa sedih, merasa pilu. Ia tahu betul bahwa sebentar lagi ia akan segera meninggalkan tempat di mana semua kenangan serta ingatannya berpusat. Tempat di mana ia menghabiskan waktu-waktu bahagia serta sedihnya.

Sanu menelan ludah. Membalik lagi halaman buku di pangkuannya, lantas menghela napas.

*drrt *drrrt *drrrtt

Sanu menengadah. Ponselnya bergetar.

Diraihnya ponsel tersebut dengan segera. Bola matanya bergetar sesaat sebelum akhirnya ia bersuara, "Halo?"

"S-Sanu, ini aku, Layla. Aku pakek handphonenya Rehan karena punyaku low-bat. Sanu, aku.... Aku lagi sama Rehan. Emm- K-Kamu paham kan maksud aku? Tolong kamu bilangin mama sama papa ya kalau aku nginep di rumah Rena. Ya?"

Sanu menelan ludah. Kenapa Layla memintanya berbohong? Apa yang akan dilakukan gadis itu dengan Rehan? Kenapa pula ia harus menginap di luar? Sanu menggeleng pelan. Bukan urusannya.

"Iya."

*pip

Telepon ditutup.

Sanu mengalah. Ia tidak bisa menolak permintaan Layla. Di sisi lain ia berusaha keras untuk tidak memikirkan apa-apa. Berusaha mengabaikan prasangka yang muncul di benaknya.

"Bukan urusan saya. Bukan urusan saya."

Sanu menggeleng pelan. Tangannya gemetaran, menutup rapat buku di pangkuannya sebelum melangkah pergi ke rumah Layla.

Di sana, Sanu berbicara dengan kedua orang tua Layla. Menyampaikan pesan yang Layla minta untuk ia sampaikan kepada pria dan wanita paruh baya yang baginya sudah seperti orang tua. Lebih layak dikatakan orang tua dibanding ayah kandungnya.

Tidak mudah meyakinkan orang tua Layla. Selepas Sanu mengatakan bahwa Layla tidak akan pulang, ayah gadis itu meradang. Bersiap menelponnya. Mungkin membentaknya dan bergegas menyuruhnya kembali ke rumah. Melihat itu Sanu berusaha mencegah. Dengan panik ia berusaha merangkai kata. Memberikan alasan terbaik yang bisa dipercaya kedua orang tua Layla.

Entah apa yang membuat Sanu begitu berusaha. Ia bukan orang yang suka berbohong. Nyaris tidak pernah. Namun, lihat dia sekarang. Mati-matian menciptakan bualan agar gadis yang dicintainya itu tidak ketahuan sedang berkencan. Berduaan dengan laki-laki yang bukan dirinya.

"Kamu yakin?" ayah Layla menatap Sanu dengan alis terangkat. Rupanya ia percaya dengan alasan yang dibuat oleh Sanu.

"Yakin, Om. Layla pasti baik-baik aja." Sanu tersenyum kaku. Berbohong membuat persendiannya berkontraksi dan perutnya mulas.

"Karena Sanu yang bilang, Layla pasti baik-baik aja, Pa. Nggak usah terlalu dipikirkan. Sesekali kasih dia kebebasan. Hari ini kan hari yang penting buat dia dan teman-temannya," ibunda Layla menimpali. Ia telah sepenuhnya memercayai ucapan Sanu.

Laki-laki berkacamata itu menghela napas, mengusap rambutnya yang seputih perak, lantas menepuk pundak Sanu dengan kuat. Membuat pemuda itu merasa gentar.

"Andai semua anak seperti kamu! Sudah ganteng, anak baik-baik, sopan sama orang tua, nurut pula. Layla itu kebanyakan bergaul sama anak nggak bener makanya kerjaannya main mulu sekarang. Tolong ingetin Layla, ya. Omongan Om sama Tante sudah nggak mempan lagi ke dia!"

Sanu bergeming. Memasang senyum kikuk. Tak enak hati.

Baik apanya? Puluhan kebohongan baru saja meluncur dengan amat mulus dari mulutnya.

"Iya, Om. Nanti Sanu coba bicara sama Layla." Sanu kembali tersenyum. Mencium tangan kedua orang tua Layla, lantas kembali ke rumah.

Selesai sudah misinya. Selesai sudah tugas sepele yang diberikan Layla kepadanya beberapa waktu yang lalu itu. Namun, bagaimanapun juga, Sanu tidak bisa mendapatkan kembali ketenangannya. Hati dan pikirannya gelisah. Layla dan Rehan sedang apa? Kenapa pula Layla sampai harus menginap dan tidak pulang ke rumah? Sanu menggeleng kuat. Menggamit bantal dan membungkam wajahnya sendiri. Bukan urusannya. Apapun yang sedang dan akan dilakukan Layla dan Rehan bukanlah urusannya.

Sanu masih berbaring di atas ranjang sembari mengamati langit-langit kamarnya dalam diam saat pintu kamar terbuka. Sandika berdiri dengan masih berbalut setelan jas. Wajahnya kusut dan kelelahan. Ia melirik Sanu dengan malas. Mendesah singkat sebelum berkata, "Besok kita ke pergi ke ibukota. Bawa semua yang benar-benar penting. Selebihnya beli saja yang baru."

Sanu terlonjak kaget. Ia bahkan tidak menyadari kehadiran Sandika di sana saat suara berat dan jengkel ayahnya itu mendadak terdengar. Lagipula, apa-apaan? Masih ada acara wisuda yang harus ia hadiri sebelum pergi dari tempat ini. Masih ada Layla yang harus ia pamiti sebelum benar-benar pergi dan meninggalkan gadis itu -mungkin untuk selamanya-.

"Kan masih ada wisuda? Sanu masih harus ikut wisuda."

"Halah nggak penting! Yang pasti besok kita ke ibukota. Dua hari lagi akan ada pesta di rumah calon mertuamu. Kita harus sudah ada di sana untuk membahas acara pertunangan kalian. Jangan membantah. Semua permintaanmu sudah dituruti jadi sekarang penuhi janjimu!" Sandika mengakhiri kalimatnya dengan kasar. Membanting pintu kamar Sanu sebelum berjalan menjauh dari kamar putranya tersebut.

Sanu duduk mematung.

Apa pula yang sebenarnya terjadi pada orang-orang hari ini? Bertingkah seolah-olah Sanu bukanlah apa-apa melainkan alat. Bahkan Layla pun bersikap demikian.

Rasa kesal dan sedih yang entah darimana datangnya mendadak menyeruak, memenuhi hati dan pikiran Sanu. Selama ini ia terlalu baik pada dunia, terlalu pasrah pada semuanya. Mungkin sesekali ia harus berontak. Mematahkan batasannya sendiri.

Berbuat baik dapat berupa banyak hal. Bukan hanya dengan menyenangkan hati orang lain, menyenangkan hati sendiri juga sama pentingnya. Sanu sepertinya mulai sadar. Selama ini ia terlalu takut mengekspresikan diri. Ia hanya menerima dari orang lain, melakukan sesuatu dengan banyak mempertimbangkan orang lain.

Sanu menggertakkan rahangnya. Tekanan yang selama ini terus ia terima telah sampai pada batasnya. Hatinya berkobar, tak sabar memulai awal yang baru di tempat baru nanti. Di sana, ia akan sepenuhnya berubah. Ia akan melakukan apa pun yang ingin ia lakukan. Tak perlu lagi menahan diri demi orang lain. Setidaknya begitulah pikirnya saat itu.

Dengan tekad yang terbentuk di hatinya malam itu, Sanu berusaha tidak terlalu memikirkan Layla. Gadis itu telah memiliki kehidupan yang sejak lama menjadi pilihannya. Kini waktunya bagi Sanu untuk memiliki kehidupannya sendiri. Kehidupan yang tanpa Layla. Tanpa senyuman dan gelak tawa sahabat terbaiknya itu.

Sanu mengambil ranselnya, mengemasi buku-buku yang memang menjadi hartanya yang paling berharga. Di antara tumpukan buku itu, terdapat sebuah buku kecil bersampul coklat muda. Di ujung kiri sampulnya tertulis nama Sanu yang kini sudah nyaris tak terbaca. Alih-alih mencampurnya dengan buku yang lain, Sanu memisahkan buku itu dan meletakkannya di meja.

Tak berhenti di sana, Sanu mulai menyisir isi kamarnya. Menimbang-nimbang barang apa lagi yang perlu ia bawa ke kota baru tempatnya akan tinggal. Pilihannya jatuh kepada gantungan kunci berbahan clay yang ia buat bersamaan dengan tugas seni budaya beberapa bulan lalu. Ia berencana memberikan gantungan capung itu kepada Layla. Namun, ia hanya berencana. Tentu Layla telah lebih dulu menerima hadiah gantungan dari Rehan. Gantungan kelinci yang manis dan lucu. Gantungan capung milik Sanu tentu tidak ada apa-apanya, tidak ada artinya.

Puas melamun, Sanu membereskan semua barang yang hendak ia bawa. Mengumpulkan semuanya di sudut kamar sebelum duduk di meja belajar. Sanu mengambil pena dan membuka buku kecil bersampul coklat yang sebelumnya telah ia sendirikan itu.

...----------------...

^^^Untuk Layla,^^^

^^^Lay, mungkin aku sudah pergi saat kamu membaca ini. Maaf karena pergi tanpa mengabari kamu sebelumnya, tapi aku janji aku akan baik-baik saja. Aku akan bahagia di sana dan aku yakin kamu pun akan sama bahagianya di sini.^^^

^^^Kamu punya senyum yang indah, Lay. Senyum yang bisa membuat semua masalahku lenyap begitu saja saat aku melihatnya.^^^

^^^Aku senang kamu mau mempercayai dan mengandalkan aku untuk banyak hal, kamu selalu membuat aku merasa berguna.^^^

^^^Sebenarnya aku ingin terus di sana. Di dekat kamu. Membantumu, mendengarkanmu. Tapi aku sadar aku melakukan itu bukan untuk kamu, tapi untuk diriku sendiri. Aku hanya sedang mencari alasan untuk diriku sendiri agar kita bisa terus bersama. Aku egois ya?^^^

^^^Tapi, sekarang kamu punya Rehan, kamu harus lebih mengandalkannya mulai sekarang.^^^

^^^Kamu punya hidupmu sendiri. Jadi aku juga akan menemukan kehidupanku sendiri, Lay. Aku akan menemukan kebahagiaanku sendiri di sana.^^^

^^^Jaga diri baik-baik, Lay.^^^

^^^Selamat tinggal.^^^

^^^Sahabatmu, Sanu.^^^

1
thieewiee
semangat kk
thieewiee
menyala author Q/Drool/
sisdelb: aaa maacii kaak🥰
total 1 replies
Aisyah Siti
nextt kak
thieewiee
lope lope sebakul buat autor udah crazy up
sisdelb: 😭😭 jadii semangat nulisnya karena pada antusias minta updatee. makasii banyak yaa buat supportnyaaa, lopee sekebon💞
total 1 replies
Culprit Heart
yaampun saras kamu janga Nethink duluuu
Culprit Heart
ya Tuhan😭😭😭 Author beneran isunya tendang pelecehan mulu yaaa
sisdelb: sorryy kaak😭. sejujurnya aku mau bikin reader kita aware aja sama isu sexual abuse karena aku pun pernah ngalamin hal serupa. entah itu orang asing atau orang terdekat, kita pokonya harus selalu aware dan waspada
total 1 replies
Culprit Heart
ati ati kemakan omongan sendiri neng
Culprit Heart
kocak banget😭
Culprit Heart
hahahaha sanuu gemes banget dah
Culprit Heart
wkwk avvvv
Culprit Heart
beneran cowok langka
Culprit Heart
astogenggg naksir ini mah
Culprit Heart
wkwkw jokes bapak bapak bgt jir
..
lanjuut
..
udah lama gk bca cerita author ini. menarik dan bikin penasaran
Culprit Heart
gaya penceritaannya bagus
Culprit Heart
lanjuttt thoorr
Culprit Heart
hahahah ketawanya ang ang ang dong😭😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!