Siapa sangka, Vanya gadis cantik yang terlihat ceria itu harus berjuang melawan penyakitnya. Dokter mengatakan jika Vanya menderita penyakit ALS (Amyotrophic Lateral Sclerosis) yang terjadi akibat gangguan pada saraf motoriknya.
Segala pengobatan telah di upayakan oleh keluarganya, namun belum ada cara untuk bisa mengobati penyakit yang di derita Vanya. Ia yang sudah ikhlas menghadapi penyakit yang ia derita hanya bisa tersenyum di hadapan keluarganya. Walaupun begitu Vanya tetap melakukan aktivitas seperti gadis lainnya agar keluarganya tak terlalu mengkhawatirkan dirinya.
Siapa sangka pertemuannya dengan seorang pemuda bernama Shaka yang memiliki sikap dingin yang jarang berinteraksi dengan teman-temannya jatuh hati saat pertama kali melihat Vanya. Tanpa ia sadari wanita yang ia sukai sedang berjuang melawan penyakitnya.
Mampukah Shaka menjadi penyemangat Vanya di saat ia mulai down? Yuk nantikan kelanjutannya.
Siquel dari Novel yang berjudul "Cerita Kita"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Musim_Salju, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Vanka menarik tangan Shaka, Shaka menurut begitu saja saat di seret oleh Vanka. Ia memang sudah bertekad untuk melamar Vanya menjadi istrinya. Bahkan ia sudah mendapat restu sang kakek. Hanya saja, Shaka belum mengatakan apapun kepada Vanya maupun keluarga Vanya sendiri.
Vanya masih mematung di tempat melihat punggung Abangnya dan Shaka, lelaki yang mengatakan sebagai calon suaminya.
"Maksud kamu apa Ka? Bukannya aku sudah mengatakan, kalau Vanya tak akan menerima lamaran kamu. Kamu ingat, Vanya..."
"Ya, karena itu aku akan memperjuangkan Vanya. Aku mau ada di sisi Vanya. Please, kasih aku kesempatan dan kepercayaan, bahwa aku akan menjadi pelindung untuk adik kamu. Bukankah om dan Tante sudah memberi restu?"
Vanka tampak menghela nafas. Shaka memang lelaki keras kepala. Walaupun ia sudah mengatakan berkali-kali pun, sepertinya Shaka tak akan mendengarkan perkataannya.
......................
Setelah berita mengenai Vanya yang ternyata saudara kembar dari Vanka, seolah-olah dunia terbalik. Yang tadinya hampir seluruh mahasiswa menyudutkan Vanya, kini semua bersikap baik kepada gadis tersebut. Namun, Vanya tak terlalu ambil pusing. Ia tetap bersikap seperti biasa. Sudah biasa baginya dengan pemandangan tersebut.
"Anya, akhirnya mereka bungkam. Aku ikut senang. Ternyata kamu saudara lelaki paling populer di kampus kita."
Vanya terkekeh mendengar perkataan teman baiknya itu. Namun mengingat orang-orang sudah mengetahui identitas dirinya di kampus, Vanya jadi memikirkan kehidupan perkuliahannya kedepannya. Apakah ia akan menemui orang-orang yang benar tulus berteman dengan dirinya atau tidak.
Selepas jam kuliah, Vanya dan Irena berjalan menuju kantin. Mereka masih ada satu mata kuliah lagi. Seperti pagi sebelumnya, semua orang menatap ke arah Vanya. Vanya yang biasanya ceria tak terlalu menanggapi pandangan orang-orang.
Di saat Vanya ingin duduk, Shaka lebih dulu menarik kursi untuk gadis tersebut. Semua memandang iri ke arah Vanya dengan perlakuan Shaka yang tiba-tiba berbeda. Apalagi saat ia mengingat perkataan Shaka tadi pagi yang mengatakan jika dirinya adalah calon istri dari Shaka.
"Assalamualaikum Anya cantik."
"Wa'akaikumsalam."
Anya menahan malu dengan panggilan yang disematkan oleh Shaka. Vanya berusaha memalingkan pandangan, namun Shaka terus saja menatap dirinya.
"Belum mahram, di jaga pandangannya atuh!"
Irena gemas melihat dua pasangan yang ada di hadapannya. Irena yang duduk di hadapan Vanya dan Shaka hanya memperhatikan.
"Ekhem!"
Shaka berdeham. Ia berjalan memesan menu makanan untuk mereka bertiga, dan membawakannya ke meja Vanya. Semua tampak terheran dengan sikap Shaka, lelaki yang biasanya bersikap dingin itu malah terlihat manis dan lembut dengan Vanya. Para wanita terlihat iri dengan Vanya. Bagaimana tidak, semua lelaki yang ada di dekat Vanya memiliki paras yang tampan, terlebih Shaka yang begitu tampan di mata mereka, tapi sayangnya Shaka hanyalah seorang pekerja di salah satu cafe di kota mereka.
"Di makan Anya."
"Em, terimakasih."
Shaka mengangguk tersenyum. Mereka makan dengan keheningan. Tak ada yang bersuara. Shaka tahu jika Vanya pasti tidak nyaman dengan kehadirannya saat ini, namun Shaka hanya berusaha mendekatkan diri dengan wanita yang ingin ia perjuangkan.
Selepas makan, Vanya berjalan lebih dulu dan pamit kepada Shaka bersama temannya Irena, karena mereka masih ada kelas lima menit lagi. Shaka menganggukkan kepala dan juga pamit karena harus bekerja di cafe milik orang tua Zayn.
Di cafe, Shaka bertemu dengan Zayn, Zayn belum mengetahui kabar yang beredar di kampus mengenai Vanya dan saudara-saudara Vanya. Ia yang memang baru kembali dari luar negeri bersama sang papa dan sempat mengambil jatah libur itu langsung pergi ke cafe milik orang tuanya.
"Bro, baru sampai?"
Mereka bersalaman ala pria. Shaka dan Zayn memang sudah berteman dekat. Mereka kembali menjalankan rutinitas masing-masing. Zayn sibuk di ruangannya, sedangkan Shaka sibuk melayani para pelanggan.
Kali ini mood Shaka sedikit berbeda. Ia tampak lebih bersemangat dalam bekerja. Wajahnya menampakkan kebahagiaan, apalagi malam ini ia akan melamar Vanya untuk dirinya.
Zayn yang baru saja keluar dari ruangannya untuk melihat suasana cafe, melihat Shaka terlihat bersemangat dan bersenandung sepanjang mengelap meja.
"Kenapa dengan Shaka? Terlihat bahagia."
"Saya kurang tahu mas Zayn. Sejak Shaka datang, saya lihat Shaka sudah tampak bersemangat. Wajahnya juga menampakkan senyuman mengembang, tidak seperti biasanya, dengan wajah datar dan dinginnya."
Ya, Zayn tahu, jika Shaka memang memiliki sifat yang begitu dingin serta datar. Bahkan di saat awal pertemuan mereka. Ia juga kerap kali melihat Shaka bersikap dingin dengan teman-teman kampusnya yang ingin mendekati Shaka.
"Ekhem! Kamu happy banget Ka. Apa kamu sedang jatuh cinta?"
Shaka tersenyum mendengar pertanyaan Zayn. Ya, Shaka membenarkan perkataan Zayn. Dia memang tengah jatuh cinta. Mengingat tadi wajah malu-malu Vanya, membuat ia kembali tersenyum lebar.
"Do'akan, aku akan melamarnya malam ini."
Zayn ikut bahagia, ia mendoakan agar lamaran Shaka lancar. Tanpa ia tahu bahwa wanita yang ingin di lamar Shaka adalah wanita yang sama dengan yang ia cintai juga. Bagaimana jadinya jika Zayn tahu, bahwa Shaka ingin melamar Vanya? Entahlah, takdir seseorang manusia tidak ada yang tahu selain Sang Pencipta.
................
Sore itu Shaka izin pulang lebih cepat dari cafe untuk mempersiapkan lamarannya. Sebenarnya ia sudah mempersiapkan apa-apa saja yang akan ia bawa untuk melamar Vanya, namun ia ingin memberikan kesan terbaik malam ini.
Saat tiba di rumah, Shaka mengirim pesan panjang kepada Vanya, mengatakan bahwa ia akan datang bersama sang kakek untuk mengutarakan niat baiknya.
"Assalamualaikum Anya cantik, aku harap kamu tidak terkejut dengan kedatangan aku nanti bersama kakek. Seperti yang pernah aku katakan sebelumnya, aku tak main-main dengan perasaan aku Nya. Aku tahu ini terlalu cepat jika di katakan suka, tapi perasaan itu sendiri tak dapat aku hindari. Aku sudah jatuh cinta sejak pertama kali melihat kamu di taman. Mungkin kamu tidak sadar dengan pertemuan kita, tapi aku tak pernah lupa dengan wanita cantik yang mengenakan sepatu roda dan tampak menikmati waktu kamu di sana. See you cantik, dari calon suamimu yang sebentar lagi akan menjadi kekasih halalamu." Shaka
Degh!
Jantung Vanya berdebar kala membaca pesan Shaka. Jadi dia tidak main-main? Apa pantas ia berharap untuk memiliki perasaan di saat ia tak tahu kapan Allah akan memanggil dirinya. Apa ia tidak jahat di saat nanti mereka lagi sayang-sayangnya dan Anya lebih dulu di panggil oleh Yang Maha Kuasa? Bulir bening jatuh membasahi pipi Vanya, tepat saat itu ummah Khalisa memasuki kamar anak gadisnya dan melihat Vanya menangis.
Ceklek!
"Ummah," lirihnya saat mengangkat kepala.
"Kenapa sayang? Kenapa Anya menangis nak?"
"Apa ummah sudah tahu jika Shaka akan datang malam ini untuk melamar Anya?"
Umma Khalisa tampak tersenyum lembut. Tangannya terulur mengelap airmata di wajah putrinya. Ya, Shaka memang sudah mendatangi mereka ke rumah, saat itu Vanya sudah tertidur lebih dulu. Ia datang untuk mengutarakan niatnya melamar Vanya dan menjadikan Vanya istrinya. Awalnya ummah Khalisa dan baba Daffa sama terkejutnya dengan Vanya, begitu pula dengan Vanka, tapi melihat ketulusan Shaka, mereka tak dapat mengambil keputusan. semua keputusan akan mereka serahkan kepada Vanya. Jika Vanya menerima lamaran Shaka, maka mereka pun akan menerimanya, jika sebaliknya, mungkin itu yang terbaik untuk hubungan mereka.
......................
...To Be Continued ...
Mohon dukungannya dengan cara like, komen, and vote, terimakasih 🤍
kalau shaka anak siapa ya thor?