NovelToon NovelToon
Transmigrasi Dewi Pembunuh

Transmigrasi Dewi Pembunuh

Status: tamat
Genre:Tamat / Reinkarnasi / Balas Dendam / CEO / Identitas Tersembunyi / Kelahiran kembali menjadi kuat / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:3.8M
Nilai: 4.7
Nama Author: less22

🥉Juara 3 lomba Wanita Kuat.
IG= Erna Less22
FB= Erna Liasman

EKLUSIF HANYA DI NOVELTOON, JIKA ADA DI TEMPAT LAIN ATAU DENGAN AKUN BERBEDA BERARTI PLAGIAT! LAPORKAN!!

Dewi Maha Putri adalah nama seorang wanita yang jago bela diri, kuat, tangguh dan dingin, ia punya pengikut yang banyak. Ia sudah terkenal di penjuru dunia. Siapa yang tidak mengenalnya?

Ia sering mengikuti kompetisi-kompetisi bergengsi Internasional, bahkan tuan rumah di setiap Negara memanggilnya master. Baik itu preman jalanan, geng kecil maupun besar menjulukinya sebagai Dewi pembunuh, karena ia sangat kejam. Ia bahkan pernah mengusir teroris dari suatu negara di pukul mundur di buatnya dan ia juga pernah membantai bos mafia besar hanya dengan dirinya sendiri.

Sayangnya, ia mati di jebak oleh musuhnya yang tidak ia kenali. Akan tetapi di dalam mobil itu ternyata terpasang bom alarm, di situlah ia mati dengan tragis.

Dewi di beri kesempatan kehidupan kedua dan ia pun berpindah ke tubuh seorang gadis malan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon less22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 3

Keesokkan harinya, Dewi sudah bersiap-siap ingin berangkat ke kampus seperti biasanya, ia duduk di meja makan dan tanpa memperdulikan mereka dan melahap makanannya.

"Dewi, sejak kapan kamu tidak sopan begini?" tanya Surya datar.

"Aku sedang makan, diamlah!" ucap Dewi menancapkan garpunya di meja dengan tatapan membunuh membuat mereka semua yang ada di meja terdiam dan melongo.

"Ada apa dengannya? Kenapa dia tiba-tiba berubah menjadi menakutkan seperti ini?" tanya Anita dalam hati menatap setiap gerak gerik Dewi. Anita mengirim pesan kepada temannya untuk menunggu di persimpangan.

"Lihat saja kamu Dewi, keangkuhan mu akan berakhir nanti," ucap Anita dalam hati tersenyum sinis.

Tiba-tiba saja Dewi berdiri dan berkata. "Aku sudah selesai makan." Ia pun langsung nyelonong pergi.

Anita juga buru-buru pergi. Ia kembali mengirim pesan menyuruh para temannya untuk bersiap-siap menghajar Dewi, kali ini ia tak mau gagal lagi untuk membuat Dewi babak belur dan kembali menyiksanya.

Sesampainya di persimpangan, 6 orang pria menghadang jalannya. Ia menatap para pria itu dengan saksama tanpa rasa takut.

"Minggir," ucap Dewi datar.

"Tidak bisa, kami di mintai seseorang untuk menghajar mu," jawab salah satu pria itu maju ke depan.

"Heh! Datang lagi seonggok sampah menyebalkan. Majulah jika kalian sangat ingin merasakan pukulan ku," tantang Dewi.

"Dasar gadis cupu, terimalah tinju ku!" teriak salah satu pria itu yang langsung mengarahkan tinjunya di arah muka Dewi

"Gerakan sangat lambat," ucap Dewi yang langsung memegang tinju pria itu dan menendang perutnya lalu dan menerjang tulang keringnya dengan kakinya, Dewi menarik kepalanya lalu membenturkan wajah pria itu ke aspal membuat tulang hidung pria itu patah.

"Sial! Dia benar-benar kuat, ayo kita hajar dia bersama-sama," ajak temannya.

Mereka semua maju ke depan mengarahkan pukulannya ke arah Dewi dan dari mereka berusaha meninju Dewi dari belakang, dengan sigapnya Dewi menangkisnya dan mendaratkan tinjunya pas di wajahnya hingga tulang pipinya bergeser. Yang lainnya berusaha menendang di bagian perut Dewi, namun Dewi menangkap kakinya dan memutar lalu membanting ke arah temannya hingga mereka terkapar. Tak habis di situ, Dewi menginjak perut mereka satu persatu dan menghentakkan dengan kuat dan meninju wajah mereka hingga mereka babak belur.

"Katakan kepada orang yang menyuruh kalian, suruh dia melawanku, kalau perlu bawa pasukannya lagi, hanya dengan kalian begini tidak cukup untuk membuat tanganku gatal," ucap Dewi pergi meninggalkan mereka yang sudah terkapar.

"Apa! Sejak kapan dia bisa bela diri?" tanya Anita yang bersembunyi itu terkejut dan tidak menyangka, gadis yang dianggap lemah selama ini ternyata sangat jago dan kejam. Anita langsung menghampiri para teman-temannya yang terluka parah.

Anita mendekati mereka semua lalu dan melihat mereka dengan geram.

"Sial! Kalian yang ada 6 orang ini saja tidak becus hanya melawan 1 orang perempuan, emangnya kalian layak di sebut laki-laki! Menghabisi wanita saja tidak bisa!" omel Anita kesal.

"Dia sangat kuat, dia lebih kuat dari 100 orang," ucap pria yang tangannya patah itu.

"Sial! Benar-benar sial! Awas saja kamu Dewi, aku akan membuat hidupmu tidak tenang!" teriak Anita menghentakkan kakinya ke tanah, dia benar-benar sangat kesal. Ia pun berangkat ke kampus dengan mobilnya, sedangkan Dewi berjalan kaki.

Sesampainya Dewi di kampus, Anita dan teman-temannya mendekati Dewi yang sedang menonton video kematiannya di ponselnya.

"Sepertinya kau baik-baik saja setelah kami menghabisi mu," bisik salah satu wanita yang bernama Ananda dekat di telinga Dewi.

"Kenapa? Apa kalian senang melihatku baik-baik saja?" tanya Dewi dengan senyum mengembang menaikkan sudut bibirnya bagian kiri.

Mereka semua menekuk alisnya, merasa heran dengan jawaban Dewi, biasanya jika mereka mendekat saja, Dewi sudah gemetaran. Tapi kali ini Dewi terlihat berbeda, ia sama sekali tidak terlihat ketakutan. Ia terlihat berani di tambah senyumnya yang mengerikan.

"Kau … kau, apa maksudmu?" tanya Ananda berdelik ngeri.

"Lalu kalian mau apa ke sini? Ingin bermain-main lagi?" tanya Dewi menyengir menampakkan giginya yang putih itu.

"Sepertinya kau sudah berani sekarang, dari mana keberanian itu datang?" tanya Karisa membelalakkan matanya.

"Kamu nanya? Kamu bertanya-tanya," ucap Dewi mengejeknya setengah tertawa.

"Cih, lihat saja pulang nanti, berdoalah agar kau selamat," ucap Luna menatap Dewi tajam.

Dewi berdiri lalu menepuk bahu Luna lalu berkata. "Kalian yakin ingin menghabisi ku? Baiklah jika begitu, aku tunggu kalian pulang kuliah nanti," ucap Dewi merapikan baju Luna sambil tersenyum menyengir.

***

Saat pembagian materi selesai, para mahasiswa berhamburan keluar dari ruangan, terlihat Dewi baru saja bangun mengucek-kucekkan matanya.

"Cih! Materi yang membosankan, aku sudah beberapa kali mempelajari materi ini," ucap Dewi meraih tasnya lalu membawanya ke luar.

Tiba-tiba saja tangan Dewi di tarik, saat itu bisa saja saat itu ia memukul mereka, akan tetapi ikut saja kemana mereka bawa.

Mereka kembali membawa ke toilet yang sudah tidak di gunakan itu lagi, itu adalah tempat aman yang di gunakan untuk membuli, tempat itu juga tidak ada CCTV-nya.

Mereka pun langsung mendorong Dewi ke dalam toilet itu lalu mengunci pintu. Mereka mendekati Dewi dengan tatapan tajam.

"Kamu sekarang makin berani ya! Kamu kira kamu siapa! Sepertinya pukulan kemaren itu membuat kamu berubah, bagaimana jika aku memukulmu lagi dan membuat kamu menjadi idiot," ucap Karisa menatap dengan mata berapi.

Karisa membuka tangannya dan Ananda memberikan sebuah alat sentrum. Sambil menyeringai, Karisa mendekati Dewi lalu menghidupkan alat itu dan mengarahkan ke arah Dewi.

Dewi menangkap pergelangan tangan Karisa dan menatapnya dan terlihat senyum seulas di bibirnya lalu ia menariknya kebelakang menekannya dengan kuat.

"Aduuuhhh!" teriak Karisa kesakitan, Dewi merampas alat sentrum itu.

"Terima kasih, atas alatnya," ucap Dewi tersenyum, lalu menunjang bokong Karisa dengan kakinya.

Karisa terjatuh dan kesakitan. "Kalian … kalian cepat pukul dia, aku tidak percaya jika kalian semua maju dia akan menang," ucap Karisa memegang bokongnya yang sakit.

"Baiklah, kalian majulah, aku tidak akan memakai alat ini dan aku simpan buat kenang-kenangan dari kalian," ucap Dewi menyimpan alat itu ke dalam tasnya.

Meskipun mereka sedikit ada rasa takut, tapi mereka tetap maju menyerang Dewi.

Dewi menarik tangan Ananda lalu menendang kaki kirinya membuat Ananda terhempas ke lantai dan bokongnya terlebih dahulu mendarat di lantai keramik itu membuah itu meringis kesakitan.

"Heh! Dengan begini kalian ingin membuli orang, benar-benar payah," ucap Dewi menendang perut Luna membuat ia tersudut.

Anita melihat teman-temannya terkapar kesakitan, ia sangat panik dan ketakutan karena hanya tinggal dia sendiri yang belum di hajar Dewi.

"Kenapa kamu melihatku seperti itu? Ayo, bagaimana jika kita main Jambak-jambakan, itu adalah permainan yang biasa kalian mainkan?" tanya Dewi mendekati adik tirinya itu.

"Aku … aku tidak takut padamu! Aku … aku … akan …." Anita langsung balik badan ke arah pintu dan berusaha membuka pintu toilet itu untuk kabur.

"He-he-he, mau kemana adikku tersayang, ayo sini dulu main sama kakak," ucap Dewi dengan tatapan membunuh menarik baju Anita kebelakng lalu mendorongnya hingga ia terduduk di dekat toilet.

Dewi mendekati Anita, meletakkan kedua tangannya di samping toilet dan menahannya, ia mendekatkan wajahnya ke wajah Anita membuat Anita tak bisa berkutik. "Kamu kan mengirim para pria berandal itu kan? Aku sudah menebaknya. Kenapa kau sangat membenci pemilik tubuh ini padahal dia sama sekali tidak pernah menganggu mu? Dia selama ini baik padamu, bahkan kasih sayang ayahnya saja ia rela berbagi dengan anak tiri sepertimu, lalu apa lagi yang kau inginkan?" tanya Dewi dengan membelalakkan matanya.

"Aku … aku …."

"Aku aku, katakan!" teriak Dewi dengan suara keras membuat Anita terkejut. Ia menangis hinggap mengompol saking ketakutannya.

"Hu-hu-hu, aku hanya takut Ayah hanya sayang padamu, aku nggak mau kasih sayang Ayah terbagi, karena kau anak tiri, aku takut jika Ayah hanya perhatian padamu dan tidak menyayangiku lagi hu-hu-hu." tangis Anita meledak.

"Cih, mental ikan tri gini mau membuli ku, baru saja ku gertak udah ngompol dan menangkis, mana keberanian mu tadi? dasar pengecut! Oh iya, sebagai tanda kebaikan hatiku, aku akan memberi cap kepada adikku tersayang ini," ucap Dewi dengan menyeringai.

Plak!

Tamparan yang sangat keras mendarat di wajah wajah Anita meninggalkan bekas 5 jari di pipinya.

"Wah wah ... cap ini sangat enak di lihat, apa aku sangat cocok memberi cap kepada wajah orang Ha-ha-ha," Dewi tertawa terbahak-bahak sambil bercekak pinggang.

Dewi melihat ke arah 3 orang teman Anita menatapnya dengan tajam kemudian ia tersenyum.

Plak!

Plak!

Plak!

Wajah Luna, Karisa dan Ananda semua Dewi beri cap, setelah merasa puas, ia pun pergi membuka kunci pintu toilet dan pergi meninggalkan mereka yang mengerang kesakitan.

"Dasar anak-anak nakal, sungguh membuang tenagaku saja," omel Dewi meninggalkan kampus itu.

1
Tri Haryanto
seru sih tapi kurang komplit
Mimi Lingo
Luar biasa
Mimi Lingo
Lumayan
Marda Wiah
Dewi pembunuh di lawan, keok ga tuch....🤣🤣
Marda Wiah
dunia halu..... dunia halu....🤣🤣
Deswita M
Kecewa
Marda Wiah
badass ini yg aku suka ga menye2 mentang kodrat perempuan di bikin lemah terusss padahal masih banyak perempuan yg berjiwa petarung, gigih pantang menyerah
Setya
Enak bener lgsung bisa dikasir gak ditanyain mau kes atau kredit pdhal kalo kredit malah lgsung dilayani tpi kalo kes boro2 dilayani malah di tinggalin dan dilayani nanti stelah org2 yg kredit kelar. Mgkin kalo kes gak banyak untungnya X ya drpda kredit 😋
Setya: Bisa beli cash itupun nabung dulu kak, pengennya biar murah drpda kredit eh taunya malah pelayanan kurang. Ya itu tadi kak karna kalo cash untungnya dikit drpda kredit dan mereka mgkin dapet bonus agak banyak X kalo layani kredit 😅😅
Setya: Iya kak kalo kredit emang ditanyain kerjanya apa dan bulanan kira2 berapa mgkin biar bayarnya gak nunggak kalo bulanan gedhe
total 4 replies
Nor Azleen Ibrahim
Luar biasa
Sagita
karma di bayar tunai bagaimana para saksi...!?..
Marda Wiah: saaaahhhhhh.....👍👍👍🤣
total 1 replies
𝒮🍄⃞⃟Mѕυzу​​​᭄
.
GeBe AW
Luar biasa
A&R
bagus
Yoni Asih
kn udah di belikan mobil Ama zeiro
Yoni Asih
lanjuttt
v taehyung
Luar biasa
Istiqomah Al mahdi
🤣🤣🤣🤣
Istiqomah Al mahdi
🤣🤣🤣🤣🤣
Istiqomah Al mahdi
gie ngakak bacanya 🤣🤣🤣
Istiqomah Al mahdi
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!