Ayuna, seorang mahasiswi berparas cantik dengan segudang prestasi yang pastinya selalu menerima beasiswa setiap tahunnya, sekarang ia duduk di bangku kuliah semester 5 di usianya yang telah masuk 19 tahun. Cerita hidupnya memang selalu dipenuhi kejadian-kejadian di luar dugaannya, seperti menikah dengan salah satu most wanted di kampusnya, Aksara Pradikta.
Aksara, laki-laki yang dikenal dengan ketampanannya yang mempesona, ia adalah orang yang tertutup dan kadang arogan. Ia menikah dengan Yuna tentu bukan berdasarkan rasa cinta, melainkan karena suatu alasan yang dipaksakan untuk diterima oleh dirinya. Dan tentunya setiap pernikahan selalu memiliki jalan terjalnya sendiri, begitupun untuk Aksa dan Yuna. Permasalahan yang awalnya hanya datang dari sisi mereka berdua rupanya tak cukup, karena orang-orang di sekitar mereka hingga masa lalu mereka justru menjadi bagian dari jalan terjal yang harus mereka lewati. Apakah akan tetap bersama sampai akhir?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon andi mutmainna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33>>
Selesai dengan mata kuliah terakhir mereka, Aksa dan Yuna tidak langsung pulang. Laki-laki itu membawa sang istri untuk mampir lebih dulu ke mal.
Aksa memarkirkan mobilnya di basement. Setelah memastikan mesin mobilnya mati, ia keluar dan sedikit berlari untuk membukakan Yuna pintu. Dengan lembut Aksa menarik Yuna turun dari mobil layaknya tuan putri. Dan yang ditarik seketika tersipu malu, tetapi sebisa mungkin Yuna menyembunyikan ekspresinya itu dari Aksa.
Yuna mendongak, menatap Aksa yang berdiri di sampingnya. Belum sempat ia bertanya tujuan mereka ke sana apa, Aksa sudah lebih dulu merangkul bahunya dan membawanya masuk ke dalam mal.
"Wajah kamu asem banget pas di kantin tadi siang. Cemburu, ya, kamu?" celetuk Aksa tanpa menatap Yuna.
"Cemburu? Dih, enggak, ya!" protesnya merasa dirugikan dengan kalimat Aksa barusan.
“Beneran enggak? Tapi kok dari tadi kamu jutek terus sama aku? Pas makan di kantin juga, terus pulang tadi?”
“Dibilang enggak juga!”
Aksa terkekeh geli mendengar bantahan istrinya itu, dan tanpa permisi ia langsung mencium pipinya.
"Aksaaa!" omel Yuna dan langsung mencubit perut suaminya.
"Ini tuh tempat umum tahu! Nggak nyadar apa di sini banyak orang?!" sambung Yuna yang masih mengomel.
Masih tersenyum geli, Aksa perlahan merapatkan rangkulannya di bahu Yuna. Dua sudut bibirnya terangkat, senang sekali melihat Yuna marah-marah seperti ini.
***
"Mau beli itu nggak?" tanya Aksa seraya menunjuk salah satu toko baju yang didominasi baju perempuan.
"Nggak." Yuna menggeleng.
"Make-up?" Aksa beralih menunjuk salah satu toko make-up yang berada di seberang tempat mereka berdiri. Sayangnya Yuna lagi-lagi menggeleng, menandakan penolakannya. Padahal Aksa hanya ingin menyenangkan hati istrinya itu.
Aksa kembali berpikir, apa lagi yang harus ia tawarkan ke Yuna? Setahu Aksa, perempuan paling suka belanja agar suasana hatinya kembali bagus. Aksa mengedarkan pendangannya ke toko-toko yang berjejer di dalam mal, berharap mendapat sesuatu yang disukai Yuna.
"Mau itu nggak?" tanya Aksa seraya menunjuk toko bernuasa pink.
"Aku nggak suka boneka."
Lagi, Aksa menghela napas panjanganya. Percuma saja mengajak Yuna ke sini kalau tak ada yang dia sukai.
"Tapi aku pengen itu!" Yuna menujuk salah satu toko ice cream yang lumayan ramai.
"Ya udah, ayo ke sana. Aku beliin sama tokonya!" seru Aksa langsung semangat.
"Ya, nggak sama tokonya juga kali!" ujar Yuna lalu tertawa receh.
***
"Sesuka itu, ya, sama ice cream?" Aksa menatap takjub pada Yuna yang tengah menikmati ice cream dengan wajah cerianya.
"Hm!" Yuna mengangguk seraya tersenyum menatap Aksa. "Tapi aku lebih suka kamu," sambungnya sukses membuat Aksa langsung terkekeh.
"Siapa yang ngajarin ngegombal?" ujar Aksa lalu mencubit pipi Yuna yang juga ikut terkekeh.
"Kan kamu juga sering digombalin sama fans kamu, kok malah malu-malu?!" ejek Yuna karena melihat ekspresi Aksa yang lucu.
"Mereka, mah, levelnya beda sama kamu."
"Beda apanya?" Yuna menatap menggoda kali ini.
"Ya beda, kamu kan istri."
Yuna kembali tertawa, kenapa jawaban Aksa membuat perutnya geli?
"Istri siapa?"
"Aku lah!"
"Kata siapa?"
"Aku!"
"Masa?!"
"Diem nggak, sebelum ice cream-nya aku balikin lagi ke penjualnya?"
Yuna tertawa puas, senang sekali bisa menggoda Aksa seperti ini. Benar-benar momen langka kalau bisa melihat Aksa yang salah tingkah.
"Ternyata seorang Aksa Pradikta bisa malu juga toh digombalin?"
"Cuma sama kamu doang, Na!" jawab Aksa acuh tak acuh.
"Ah, masa?"
"Siniin ice cream-nya, mau aku balikin!" Aksa hendak menarik mangkuk ice cream Yuna, tetapi dengan cepat Yuna menahannya.
"Ih, jangan dong, Suami, tega banget sama istri sendiri?" ujar Yuna berhasil membuat Aksa mengurungkan niatnya.
Aksa menghela napasnya kemudian menopang dagunya dengan satu tangannya. Matanya terus menatap ke Yuna yang duduk di sampingnya sambil menikmati ice cream-nya dengan bahagia. Ada kebahagiaan tersendiri bagi Aksa saat menatap Yuna yang tersenyum bahagia seperti itu.
Bisa-bisanya lo punya kebahagiaan sesimpel ini ....
"Ya ampun udah gede, masih belepotan," ujar Aksa tiba-tiba mengusap pipi Yuna.
"Kamu manis-manis gini cuma boleh ke aku aja, ya, nggak boleh ke cewek lain. Kalau berani ke cewek lain, aku bilangin Mama!" peringat Yuna seraya menoleh menatap Aksa. Tatapan mereka bertemu cukup lama, apalagi ketika Aksa menepis jarak wajahnya dengan wajah Yuna hingga Yuna bisa melihat jelas wajah tampannya.
”Mundur, Pak!”
“Hah? Mundur?”
“Iya, soalnya gantengnya kelewatan!”
Aksa terkekeh mendengar ucapan Yuna barusan, ia sengaja tak membalas ucapan Yuna. Yang ada ia malah makin mendekatkan wajahnya ke Yuna agar ia bisa melihat wajah Yuna yang kini terlihat canggung dan malu-malu.
Mata mereka kembali bertemu, membuat Yuna seketika mati kutu. Belum lagi Aksa yang perlahan makin mendekatkan wajahnya pada sang istri. Tak lama Aksa malah terkekeh menatap wajah Yuna yang menciut takut, padahal ia hanya bermaksud menggodanya, tetapi sepertinya Yuna terlalu polos untuk hal seperti ini.
"Nggak jadi deh, di rumah aja," ujar Aksa seraya menjauhkan kembali wajahnya dari Yuna.
Dengan takut-takut Yuna kembali membuka matanya, dan langsung melemparkan tatapan tajam ke Aksa. Lain kali ia tidak akan mau lagi termakan permainan Aksa.
***
Jam satu dini hari, Aksa terbangun dari tidurnya saat menyadari tidak ada Yuna dalam pelukannya. Dengan mata yang masih tertutup, ia mencoba meraba kasur di sampingnya dan nyatanya Yuna masih tak ada. Ia membuka matanya perlahan sambil mendudukkan badannya. Tak berapa lama ia sudah bisa menangkap sosok yang ia cari. Yuna tengah duduk di meja belajarnya, entah melakukan apa. Dengan gerakan malas Aksa turun dari kasur dan beranjak menghampiri istrinya itu.
"Lagi apa?" tanya Aksa langsung duduk di samping Yuna.
"Eh, kok bangun? Aku lagi belajar, besok ada kuis," jawab Yuna seraya menggeser posisi duduknya agar Aksa juga bisa duduk dengan nyaman.
"Nggak bosen, ya, jadi anak pinter?" ejek Aksa tersenyum dan memberikan tatapan lekatnya.
Yuna mengedikkan bahu, ia juga tidak tahu kenapa ia bisa menjadi anak yang suka belajar, mungkin karena sudah terbiasa sedari kecil.
"Kamu juga harusnya belajar dong," ujar Yuna kemudian melanjutkan bacaannya yang sempat terhenti.
Aksa terkekeh geli. "Yang pinter kamu aja, Na, kan yang ngajarin anak kita kamu. Aku mah, nyari duit aja," balas Aksa dengan begitu santainya.
"Nyari alesan mulu," ujar Yuna tanpa menoleh dari bukunya, tetapi ia sangat sadar kalau Aksa tengah menatapnya saat ini.
"Kamu cantik," gumam Aksa tiba-tiba.
Yuna mengangguk jengah, sudah sering ia mendengar dua kata itu. Tapi entah kenapa, tetap saja membuatnya tersipu.
Cup!
Bruk!
Yuna refleks mendorong Aksa hingga dia terjatuh ke lantai. Ini buka salah Yuna, tetapi salah Aksa sendiri, kenapa tiba-tiba mencium leher Yuna tanpa permisi?
Ini adalah kali pertama Yuna mendapat ciuman di leher, jadi wajar saja jika ia kaget seperti itu. Suasana hening mulai menyelimuti keduanya, Aksa pun masih tak beranjak dari jatuhnya.
Takut-takut Yuna ingin membuka suaranya, melihat Aksa yang terjatuh di lantai karena ulahnya ia jadi takut menatapnya lama-lama. Yuna hanya bisa menunduk, tetapi masih bisa merasakan tatapan datar Aksa ke dirinya. Entahlah, ia juga bisa merasakan kalau Aksa tengah marah kepadanya. Dan benar saja, tiba-tiba Aksa berdiri dan langsung membelakangi Yuna. Belum sempat Aksa melangkah, Yuna sudah lebih dulu menarik tangannya, tetapi Aksa masih enggan berbalik.
"Udah mau tidur?" tanya Yuna ragu-ragu.
"Iya."
"Yang tadi … aku nggak maksud—"
“Udah ... nggak pa-pa,” potong Aksa dengan nada superdatarnya. Ia perlahan melepas genggaman Yuna dari lengannya. Setelah terlepas, ia pun melangkah kembali ke kasur.
"Aku takut, Sa ...."
“Kita kan udah sah, Yuna.”
Lagi, suasana menjadi hening. Jarang sekali mereka berdua bisa diam dengan suasana seserius ini. Yuna bisa merasakan rasa kecewa Aksa dari tatapannya, perlahan ia mendekat ke Aksa dan memeluknya erat. Memeluk Aksa seerat ini membuat Yuna bisa merasakan dan mendengar detak jantung Aksa yang tak beraturan, begitu pun dengan jantungnya sendiri.
Yuna menenggelamkan wajahnya di dada bidang Aksa. Kali ini ia akan pasrah dengan keadaan, toh Aksa tidak ingin berbuat jahat padanya.
"Nggak usah dipaksain, Na, aku nggak pa-pa." Pelan-pelan Aksa menarik tangan Yuna agar melepas pelukannya, tetapi Yuna malah mempererat dekapannya.
"Nggak."
"Kenapa nggak mau?" tanya Aksa.
"Nggak mau, Sa, aku kan milik kamu," lirih Yuna dengan nada bergetar.
"Terus?" Aksa tersenyum sendu, mendengar suara Yuna yang bergetar membuatnya sedikit tak tega memperlakukannya seperti ini.
"Aku milik kamu, Sa, lakuin apa yang pengen kamu lakuin," lirih Yuna lagi.
"Tapi--"
"Tapi apa lagiiii?!" rengek Yuna menghentakkan kakinya. Suaranya makin gemetar tetapi pelukannya masih sangat erat.
"Kamu yakin mau?"
"Banyak tanya!"
"Ya, nggak gitu, kamu kan tadi bilang taku--"
"Sekarang atau nggak sama sekali?!" peringat Yuna, Aksa heran kenapa jadi Yuna yang memaksa?
“Yakin, nih?” tanya Aksa memastikan dan Yuna mengangguk meskipun masih ragu-ragu.
Melihat respons Yuna, rasanya Aksa ingin berteriak senang saja, jika ia tahu Yuna mudah luluh seperti ini mungkin ia sudah meminta haknya sejak lama. Dan sisa malam itu mereka habiskan untuk hal yang seharusnya sudah mereka lakukan sejak lama.
***
Jangan lupa like dan komen teman-teman🤍