Eric adalah seorang pria yang dingin, dia selalu bersikap dingin dengan semua wanita terkecuali dengan adik dan mamanya. karena rasa sakit hatinya dengan kekasihnya dulu. suatu saat eric bertemu dengan elsa, seorang wanita yang membuatnya penasaran.
Sayangnya elsa sudah mempunyai kekasih, dan Eric terjebak dengan cinta segitiga di antara elsa dia dan kekasih elsa. Apakah elsa dan Eric akan bisa bersatu…? Jika penasaran dengan ceritanya, silahkan baca novel ini…
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Na_1411, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. Ayah sakit.
Emon yang dari tadi bolak balik ke kamar mandi merasa capek sendiri, belum juga lima menit dia menyelesaikan hajatnya, dia kembali lagi ke kamar mandi.
“Masih diare ya yah…?” Ana merasa kasihan dengan suaminya, gara gara ulahnya tadi membuat inovasi sambal terbaru buatannya.
Emon di paksa mencicipi sambal buatan istrinya, sebenarnya dia sudah menolaknya dengan halus, tapi karena dia tidak ingin membuat ana kecewa maka dengan terpaksa Emon memakannya.
“Bu, apa sebaiknya ayah ke bidan aja ya…?”
Ucap Emon yang mengelus elus perutnya yang merasa masih melilit, ana meringis melihat Emon yang terlihat masih merasakan sakit.
“Nanti tunggu elsa pulang aja ya yah.” Ucap ana yang memberi saran ke suaminya, emon yang merasa lemas hanya mengangukan kepalanya.
Hari ini benar benar Emon dibuat menjadi penghuni kamar mandi seharian, gara gara sambal buatan ana.
Ana berinisiatif mengambil kayu putih di dalam lemari tempat penyimpanan obat, dia mengoleskan kayu putih tersebut ke permukaan perut Emon.
“Maafin ibu ya yah… ibu sudah memaksa ayah makan sambal buatan ibu tadi, maaf ya yah..”
Ana merasa sangat bersalah dengan Emon, dengan sentuhan penuh kelembutan ana mengusap usapkan kayu putih yang tadi sudah dia tuangkan sedikit di telapak tangannya.
Terdengar suara deru mobil di luar rumah Emon, dengan tergesa ana berdiri dan melangkahkan kakinya keluar rumah. Saat melihat elsa keluar dari mobil, ana mendekat ke elsa yang sudah berdiri di samping mobil.
“Elsa.. motor mau kemana…?”
Ucap ana sedikit menyerukan suaranya, elsa yang terkejut dengan suara sedikit keras ibunya menoleh ke arah ibunya yang berjalan mendekatinya.
“Elsa tinggal di tempat kerja , ibu kenapa kog seperti panik gitu, apa ada sesuatu yang terjadi.”
Perasaan elsa seketika menjadi kawatir sendiri, melihat raut panik ibunya.
Eric yang turun untuk menyapa ibunya elsa, berjalan mendekati ana.
“Selamat malam bu,” eric mengulurkan tangannya dengan sopan ke depan ana, ana yang melihat uluran tangan eric membalasnya, Eric pun mencium punggung tangan ana yang membalas uluran tangan eric.
“Maaf… boleh saya tahu ada apa ya bu… sepertinya ibu terlihat sangat panik.”
Dengan sopan eric menanyakan situasi yang terjadi saat ini.
“Eh anu gini mas ganteng, eh maaf siapa tadi namanya.”
Ana terlihat sangat panik dengan situasi yang dihadapinya saat ini, sampai dia bingung akan memanggil eric dengan panggilan apa.
Eric yang merasa geli sendiri dengan tingkah ana tersenyum samar.
“Panggil saja eric bu…”
“Eh iya mas eric, ini saya mau minta elsa untuk antar ayah ke bidan, dari tadi ayah sudah bolak balik ke kamar mandi sampai lemes banget.”
Elsa yang mendengar nama ayahnya disebut, dan mengetahui kondisi ayahnya lewat ucapan ibunya barusan langsung berlari masuk kedalam rumahnya, eric dan ana menyusul langkah elsa dari belakang.
“Ayah.. kenapa bisa seperti ini, ayah makan apa tadi..?”
Elsa yang melihat Emon tampak lemas di atas sofa di depan televisi mendekatinya, terlihat wajah sedih elsa menatap Emon yang terlihat lemas tak berdaya.
“Ayah tidak apa apa el, cuma lemas aja.”
Ucap Emon dengan lemas, elsa menggelengkan kepalanya, dia tidak percaya dengan ucapan Emon.
Eric yang melihat ayahnya elsa tampak lemah merasa tidak tega, dia mendekati Emon yang terlihat sangat lemah.
“Bagaimana kalau kita ke rumah sakit saja pak, saya kawatir kalau nanti bapak dehidrasi.”
Emon yang mendengar akan di bawa ke rumah sakit langsung mengerutkan alisnya.
“Apa memang harus ke rumah sakit…?”
Tanya emon memastikan.
“Iya pak, lebih baik di bawa aja ke rumah sakit, agar langsung ditangani secara intensif.”
Emon yang mendengar ucapan eric terdiam sesaat, sebenarnya dia takut kalau seandainya dia akan di rawat dirumah sakit, tapi demi kesembuhannya akhirnya dia mau menuruti ucapan eric.
“Baiklah saya mau dibawa ke rumah sakit,”
Dengan langkah sedikit tertatih karena tubuhnya yang lemas, emon berjalan masuk kedalam kamarnya.
Ana yang melihat suaminya akan masuk kedalam kamar langsung mendekati emon dan menuntunnya, ana membantu Emon bersiap siap.
Elsa menatap Eric yang sudah duduk di sofa menunggu ayah dan ibu elsa keluar dari dalam kamar, eric yang merasa kasihan melihat ayah elsa tadi, dia berniat akan mengantarkan emon ke rumah sakit terdekat.
“Ternyata dia bisa bersikap baik juga.” Elsa tersenyum penuh arti melihat eric yang terlihat sedang melamun.
“Ehem… pak eric…”
Eric yang menyadari kalau elsa memanggil dirinya, menoleh melihat elsa yang ada di sampingnya. Elsa yang melihat eric saat ini sedang melihat ke arahnya, seketika mulutnya berubah menjadi kelu. Padahal tadi dia sudah mempersiapkan apa yang akan dia ucapkan ke atasannya tersebut, elsa terlihat kikuk saat eric menatapnya dengan sorot mata tajam.
“Iya.” Jawab eric dengan menatap wajah elsa yang tampak gugup.
“Anu pak, saya mau mengucapkan banyak terima kasih ke bapak, karena sudah mau membantu ayah saya.” Elsa dengan gugup berterima kasih ke atasannya tersebut.
Eric yang melihat ke gugupan elsa tersenyum samar, elsa bisa melihat senyum manis eric saat ini.
“OMG senyumnya kenapa bisa semanis itu,” batin elsa saat melihat eric tersenyum “andai saja bapak tersenyum seperti itu dan bisa bersikap tidak sedingin es, mungkin saya bisa jatuh cinta dengan pak eric,” ops… elsa menutup mulutnya sendiri, dia menggelengkan kepalanya cepat, bagaimana elsa bisa berpikiran seperti itu, sedangkan dirinya masih menjadi kekasih rio.
“Apa yang kamu pikirkan…?” Eric menatap elsa yang bertingkah aneh, dia heran dengan sikap random elsa yang tiba tiba tersenyum dan tiba tiba menutup mulutnya serta mengelengkan gelengkan kepalanya.
“Eh… tidak pak, saya tidak memikirkan apa apa. Saya lihat ayah dan ibu dulu, apa mereka sudah selesai apa belum,” elsa berdiri meninggalkan eric, dia berjalan masuk kedalam kamar ibu dan ayahnya.
“Ayah ayo kita berangkat sekarang.” Elsa melihat ayahnya yang tampak tiduran di atas tempat tidurnya, sedangkan ibunya berada di samping ayahnya.
“Kenapa belum siap siap ayah, jadikan ke rumah sakit. Pak eric sudah menunggu lama di luar, dia juga harus segera pulang.” Elsa merasa kesal dengan sang ayah yang terlihat sangat lamban, dia juga sedang kesal dengan ibunya kenapa dia tidak membujuk ayahnya untuk segera bergegas ke rumah sakit.
“Iya sebentar lagi ayah keluar, badan ayah lemes banget el.” Jelas ayah yang sudah akan duduk dari rebahannya di atas ranjang.
“Ayo elsa bantu ayah jalan.” Elsa mendekati ayahnya, sedangkan ibunya bergeser menjauh dari suaminya, dia memberi jarak ke elsa agar lebih leluasa membantu suaminya berdiri dan berjalan keluar kamar.
Elsa menuntun tubuh ayahnya keluar dari kamarnya, eric yang melihat emon keluar kamar berusaha mendekat dan membantunya.
“Biar gue aja el yang bantu ayah kamu.” Elsa yang melihat eric akan membantunya, melepaskan pegangan tangannya dari tubuh ayahnya.
Mereka berjalan keluar dari rumah menuju mobil eric yang terparkir di luar rumah elsa, eric menghentikan langkahnya dan emon di depan pintu penumpang bagian belakang, sebelum membuka pintunya eric mengambil remote mobilnya, dengan sekali tekan eric membuka kunci otomatis di mobilnya.
Sesudah eric membuka pintu bagian belakang, dia membantu emon untuk masuk ke dalam mobil, sedangkan ana menemani emon yang duduk di belakang, Elsa duduk di depan menemani eric.
Mereka keluar dari depan rumah elsa, dengan mempercepat laju mobilnya, tidak sampai setengah jam eric sudah sampai di depan IGD rumah sakit.
Eric turun dari mobilnya bersama elsa yang mengikuti eric, dengan sigap petugas dari rumah sakit mengambil brangkar dan meletakkan di samping pintu mobil eric.
Dengan perlahan emon berbaring diatas brangkar yang tadi di bawa petugas rumah sakit, sedangkan ana turun dari mobil eric dan berjalan di samping emon yang ada di atas brangkar.
“Saya tunggu diluar aja ya el, lebih baik kamu masuk.” Eric menyuruh elsa untuk masuk kedalam, sedangkan dirinya akan menunggu di luar.
“Iya pak, sebentar saya akan mengurus semua keperluan ayah,” elsa menyusul masuk kedalam, dia pergi meninggalkan eric yang akan masuk kembali ke dalam mobilnya, dia akan memarkirkan mobilnya di tempat yang telah di sediakan.
Setelah emon di periksa, dokter jaga di IGD menyarankan agar emon di suruh menginap di rumah sakit selama beberapa hari karena emon mengalami dehidrasi, sempat terjadi perdebatan antara elsa dan emon, elsa yang menginginkan agar ayahnya di rawat di rumah sakit sampai kondisinya membaik, sedangkan emon menginginkan rawat jalan. Dan klimaksnya emon menuruti semua perkataan Elsa tapi dengan ancaman terlebih dahulu.
Elsa melangkah keluar dari IGD, dia mencari keberadaan eric. Eric yang dari kejauhan melihat elsa celingukan seperti mencari seseorang, dengan perlahan mendekati elsa.
“Kamu mencari siapa…?” Teguran eric mengagetkan elsa, dia senang melihat kedatangan eric walau tadi sempat terkejut mendengar teguran eric.
“Pak lebih baik bapak pulang saja, kemungkinan besar ayah akan menginap disini selama beberapa hari,” eric yang dari tadi sudah menduga kalau ayah elsa kemungkinan besar akan dirawat di rumah sakit, jadi dia memutuskan akan menunggu elsa.
“Apa sudah dapat kamar.” Sikap eric kembali ke cool mode, elsa menggelengkan kepalanya mendengar pertanyaan eri.
“Baiklah, mana berkas punya ayah kamu yang harus diurus.” Eric meminta semua berkas emon yang saat ini di pegang elsa, setelah menerima nya dia berjalan menuju ke TPPRI (tempat Pendaftaran Pasien rawat Inap), dia yang akan mengurus semuanya.
Elsa terpaku menatap eric, elsa tidak dapat menolak keinginan eric saat ini, keadaan dan pikiran elsa tidak baik baik saja untuk saat ini.
Setelah menyelesaikan semua administrasinya, eric keluar dari ruangan yang di pintunya tertulis TPPRI, elsa yang dari tadi menunggu eric keluar dari dalam ruangan tersebut hanya berdiri mematung.
“Bagaimana pak, apa semua sudah selesai.” Tanya elsa sambil melangkah mendekati eric.
“Sudah, kita tunggu ayah kamu di pindahkan ke ruangan ya..” seketika ucapan eric membuat perasaan elsa tenang.
“Ayo kita temenin ibu kamu didalam,” saat eric dan elsa masuk terlihat dua perawat yang sedang membantu memindahkan emon ke ruang inapnya, elsa berjalan mendekati ibunya yang mengikuti kedua perawat tersebut dan suaminya yang ada di atas brangkar.
“Apa ayah akan di pindahkan ke kamar bu…?” Ana menganguk membenarkan pertanyaan elsa, elsa merasa lega karena begitu cepat dan sigap pelayanan di rumah sakit tersebut.
Dan tanpa elsa sadari sebenarnya eric mengunakan kuasanya untuk mempercepat pemindahan emon pindah ke ruang inapnya.
Eric mengikuti langkah mereka dari belakang, dengan tersenyum samar eric melihat elsa yang terlihat sangat bahagia.
Entah kenapa saat melihat senyum elsa, hati eric merasa menghangat dan ikut merasakan kebahagiaan elsa.