Beberapa bab dalam tahap REVISI
Rania Anastasya, adalah anak yatim piatu yang diangkat menjadi anak perempuan keluarga konglomerat sejak remaja.
Farhan Ananta Putra, adalah anak laki-laki satu-satunya keluarga angkat Rania. Hubungan mereka cukup dekat semenjak Rania bergabung menjadi keluarga Ananta Putra.
Namun siapa sangka, ternyata saat dewasa, Rania malah dijodohkan dengan Farhan, kakak angkatnya sendiri.
Sejak saat itu, Farhan berubah menjadi laki-laki kejam yang tak lagi dikenal oleh Rania. Bahkan di malam pertama mereka, Rania harus menerima rasa sakit akibat kekejaman Farhan.
Mampukah Rania melepaskan diri dari Farhan?
Baca kisah lengkap nya yuk
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melia Andari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 Tempatmu adalah di rumahku
Rania berjalan mencari keberadaan Farhan. Namun karena vila nya sangat besar, ia merasa kesulitan menemukannya. Apalagi ia tidak tahu kamar mana yang Farhan tempati.
Wanita itu pun berdiri di lorong yang mengarah pada ruang tengah. Ia berpikir sejenak. Apakah lebih baik kembali saja ke kamarnya? Namun bersamaan dengan itu, Farhan pun datang dan menghampirinya.
"Sedang apa kau Rania?" tanya Farhan dari arah belakang Rania.
Pria itu datang dengan membawa secangkir kopi di tangannya.
Rania memutar tubuhnya ke belakang hingga berhadapan dengan Farhan.
"Apakah kau yang memindahkan aku ke tempat tidur?"
"Ya."
"Apa kau juga yang menggantikan pakaianku?" tanya Rania lagi.
"Tidak, aku meminta bantuan pelayan untuk menggantikan pakaian mu," jawab Farhan.
"Baiklah," sahut Rania kemudian meninggalkan Farhan begitu saja.
Ia merasa lega karena ternyata bukan Farhan yang menggantikan pakaiannya.
Farhan hanya menatap Rania dengan heran. Wanita itu mencarinya hanya untuk menanyakan hal itu?
Ia pun kembali meneruskan jalannya untuk duduk di kursi ruang tengah yang sudah terlihat dekat.
Ketika duduk di ruang itu, Farhan terpikirkan sesuatu.
"Panggilkan Yatmi ke sini," perintah Farhan pada salah satu pelayan yang ada di dekatnya.
"Baik Tuan," sahut pelayan itu kemudian pergi mencari seseorang yang dimaksud oleh Tuannya itu.
Tak berapa lama, muncullah Yatmi, pelayan yang dimaksud Farhan.
"Ada yang bisa saya bantu Tuan?" tanya Yatmi sopan.
"Ya, mulai saat ini kau adalah asisten khusus untuk Rania. Urusi segala keperluan nya dan pastikan dia tidak bertindak macam-macam," titah Farhan.
"Baik Tuan, akan saya lakukan dengan senang hati," jawab Yatmi.
"Pergi lah kepadanya," perintah Farhan.
"Saya permisi," pamit pelayan itu dengan menunduk, kemudian berjalan menghampiri Rania.
"Nyonya Rania," sapa Yatmi ketika menemukan Rania ada di tepi kolam renang.
"Siapa kau?" tanya Rania bingung.
"Perkenalkan, saya Yatmi. Saya ditugaskan oleh Tuan untuk mengurus segala keperluan anda nyonya," Yatmi menjelaskan.
"Oh baiklah," jawab Rania singkat.
"Sebenarnya aku tidak membutuhkan asisten. Aku lebih membutuhkan ketiadaan Farhan di sisiku," batin Rania termenung.
"Maaf apakah nyonya ingin berenang?" tanya Yatmi karena ia melihat istri tuannya itu tidak bergerak dari tepi kolam.
"Tidak, aku hanya suka duduk di pinggir kolam renang," jawab Rania.
"Baik nyonya, apakah anda sudah lapar? Karena sejak tiba di sini anda belum makan apapun."
"Ya, aku lapar. Bisakah kau memberiku makanan?" tanya Rania.
"Baik nyonya, saya akan ambilkan makanannya. Nyonya mau makan di sini atau di tempat lain?" tanya Yatmi.
"Aku akan ke meja makan," jawab Rania lalu beranjak dari tempat itu.
Rania berjalan menuju ruang makan yang sempat ditunjukkan oleh Yatmi. Tanpa sengaja ia melihat Farhan yang juga duduk di tempat yang akan ia datangi. Pria itu terlihat sedang meminum kopi di meja.
Rania sempat menghentikan langkahnya. Ingin rasanya menghindari Farhan, namun ia sadar vila ini adalah milik laki-laki itu. Kapanpun dan dimanapun ia pasti akan melihat sosoknya.
Farhan menatap Rania intens hingga wanita itu duduk di hadapannya. Namun Rania sedikitpun tidak memandang ke arahnya, ia justru sibuk memandangi meja makan yang ada di hadapannya.
"Kau ingin makan?" tanya Farhan.
"Ya, aku lapar," sahut Rania.
Tak lama, Yatmi pun datang membawa makanan untuk disantap Rania.
"Silahkan makan nyonya."
"Terima kasih," sahut Rania lalu langsung memakannya.
Namun sepertinya Rania tidak menyukai menu olahan udang yang disediakan itu. Farhan memperhatikan Rania yang sedang menyantap makanannya sedikit demi sedikit. Terlihat ketidaksukaan dari raut wajah wanita itu.
Rania tahu saat ini dirinya sedang diperhatikan. Ia pun memanfaatkan itu untuk meminta menu lain.
"Apakah aku boleh meminta menu lain?" tanya Rania.
"Kenapa? Apa kau tidak menyukai makanannya?" tanya Farhan.
"Aku ingin makanan lain, aku tidak begitu menyukai udang," jawab Rania.
"Kau ingin apa?" tanya Farhan lagi.
"Apakah aku boleh makan mie instan?" tanya Rania agak ragu.
Farhan menatapnya dengan tatapan yang tajam setajam silet.
"Kau ingat awal mula aku membawamu ke tempat ini?" tanya Farhan penuh penekanan.
Rania terdiam. Ya, dia hampir lupa. Hanya karena ingin makan nanas, nasibnya berakhir seperti ini.
"Pilih makanan yang lain, mie instan tidak baik untuk Ibu hamil," ucap Farhan tegas.
Rania menghela nafas. "Baiklah, apakah aku bisa meminta menu ayam saja?"
Ayam adalah menu yang sangat normal dan mudah bukan?
"Tentu nyonya, saya akan menyediakannya untuk anda," jawab Yatmi lalu kembali ke dapur.
"Farhan," panggil Rania ketika Yatmi sudah tidak terlihat lagi.
"Ada apa?" tanya Farhan.
"Aku ingin menghubungi mama," ucap Rania.
"Tidak bisa!" tolak Farhan.
"Kenapa?" tanya Rania kesal.
"Kau istriku, tempatmu adalah di rumahku," jawab Farhan.
"Tapi kita akan bercerai," sahut Rania.
"Aku tidak pernah menandatangani surat cerai manapun," jawab Farhan singkat.
"Tapi aku ingin kita berpisah," sahut Rania.
Lagi-lagi Farhan menatapnya dengan tajam. "Apa kau sangat ingin berpisah dariku?"
"Ya, karena kau jahat. Aku juga tidak mau jika aku memiliki madu. Bukankah kau akan menikah dengan kekasihmu? Lebih baik aku menjadi janda," ujar Rania.
"Rania...," suara Farhan terdengar tertahan.
"Jangan sebut namaku!" sanggah Rania dengan nada kesal.
"Lalu kau ingin aku melakukan apa? Apa kau ingin aku langsung membekap mulutmu?" tanya Farhan yang mulai ikut kesal.
Rania menoleh ke arah Farhan dan mendapati laki-laki itu menatapnya dengan tajam seperti ingin menerkam. Tiba-tiba nyali nya menciut, ia mengingat kembali kejadian penyiksaan nya malam itu.
Di sini ia hanya berdua dengan Farhan, kalaupun ada pelayan, semuanya juga tidak akan berani menolak perintahnya. Ia bisa mati jika disiksa kembali oleh laki-laki itu.
"Berhentilah berkata yang tidak perlu, dan jangan memberatkan pikiranmu," ujar Farhan dingin.
Rania hanya terdiam. Hatinya merasa kesal namun juga sedih. Rania memang sangat membenci Farhan, tapi entah mengapa ia merasa sedikit sakit akan hubungan tidak jelasnya bersama laki-laki itu.
"Kemanakah aku harus lari?" Batinnya bimbang.
jodih nya..
😀😀😀❤❤❤❤