NovelToon NovelToon
Peak Of Martial Art : Mortal World

Peak Of Martial Art : Mortal World

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Spiritual / Iblis / Mengubah Takdir / Ahli Bela Diri Kuno / Pusaka Ajaib
Popularitas:77.4k
Nilai: 4.9
Nama Author: YanYan.

Di dunia di mana kekuatan adalah segalanya, Liu Han hanyalah remaja 14 tahun yang dianggap aib keluarganya. Terlahir dengan bakat yang biasa-biasa saja, dia hidup dalam bayang-bayang kesuksesan para sepupunya di kediaman megah keluarga Liu. Tanpa ayah yang telah terbunuh dan ibu yang terbaring koma, Liu Han harus bertahan dari cacian dan hinaan setiap hari.

Namun takdir berkata lain ketika dia terjebak di dalam gua misterius. Di sana, sebuah buku emas kuno menjanjikan kekuatan yang bahkan melampaui para immortal—peninggalan dari kultivator legendaris yang telah menghilang ratusan ribu tahun lalu. Buku yang sama juga menyimpan rahasia tentang dunia yang jauh lebih luas dan berbahaya dari yang pernah dia bayangkan.

Terusir dari kediamannya sendiri, Liu Han memulai petualangannya. Di tengah perjalanannya menguasai seni bela diri dan kultivasi, dia akan bertemu dengan sahabat yang setia dan musuh yang kejam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YanYan., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jalan Keluar dari Jurang

Setelah memanen semua rumput Vitalitas Qi dan menyerap sebagian energinya, Liu Han berdiri di tepi danau jingga, memandang ke arah aliran sungai yang mengalir ke hilir. Meski telah mendapatkan kekuatan baru, dia tahu satu hal pasti: dia harus keluar dari jurang ini.

“Tempat ini penuh dengan bahaya,” gumamnya sambil memandangi air jingga yang kini tenang, seolah menjadi saksi bisu pertempurannya melawan belut kepala dua.

Dia mengalihkan pandangannya ke arah hulu sungai, tempat dia sebelumnya melarikan diri dari kejaran makhluk itu. Jalan ke hulu telah dia telusuri sebelumnya dan ternyata berakhir buntu di dinding batu yang mustahil dilewati.

“Hilir, ya?” pikir Liu Han, matanya menyusuri aliran sungai yang mengarah ke arah lain. Dia memutuskan untuk mengikuti sungai itu, berharap menemukan jalan keluar ke permukaan.

Dengan langkah penuh kehati-hatian, Liu Han mulai menyusuri tepian sungai. Aroma segar air dan dedaunan mulai menggantikan bau mineral aneh dari danau jingga, memberikan sedikit ketenangan setelah pertarungan sengit sebelumnya.

Aliran sungai semakin deras, menciptakan suara gemuruh lembut yang mengiringi perjalanannya. Di sepanjang jalan, Liu Han memperhatikan bahwa jurang ini penuh dengan tanaman dan bebatuan yang memancarkan aura spiritual lemah. Namun, dia tidak berhenti memungutnya. Prioritas utamanya adalah menemukan jalan keluar.

Setelah berjalan beberapa jam, Liu Han akhirnya melihat sesuatu yang membuatnya berhenti sejenak. Sebuah jalur batu kecil terlihat di sisi dinding jurang, membentuk tanjakan curam yang mengarah ke atas. Jalur itu terlihat alami tetapi cukup stabil untuk didaki.

Dia mendekat, memeriksa kondisi batu-batu tersebut. “Curam, tapi tidak mustahil. Dengan kekuatan baruku, ini seharusnya tidak terlalu sulit.”

Liu Han mulai mendaki jalur batu itu. Setiap langkah terasa ringan, bahkan meski jalur itu cukup licin dan sempit. Energi spiritual yang mengalir dalam tubuhnya memberikan kekuatan tambahan pada otot-ototnya, membuat pendakian yang sebelumnya tampak menantang menjadi terasa mudah.

Dengan beberapa loncatan cepat, dia sudah hampir mencapai puncak. Angin segar dari atas permukaan mulai terasa, membawa aroma pepohonan dan tanah yang lembap. Dalam waktu singkat, Liu Han berhasil sampai ke atas, berdiri di tepian jurang sambil menatap ke bawah.

“Kurasa ini pertama kalinya aku merasa dunia tidak terlalu besar untukku,” katanya dengan senyum kecil.

Setelah memastikan dirinya aman, Liu Han mulai mencari tempat untuk beristirahat. Tidak jauh dari tempatnya berdiri, dia melihat sebuah pohon besar dengan cabang-cabang lebat yang memberikan naungan sempurna. Akar pohon itu menonjol dari tanah, menciptakan tempat duduk alami yang nyaman.

Dia meletakkan barang-barangnya, lalu mengambil beberapa potong daging dari belut kepala dua yang telah dia kalahkan sebelumnya. Daging itu masih segar, dan aroma khasnya yang sedikit amis tercium samar.

Dengan sedikit ranting dan daun kering di sekitarnya, Liu Han segera menyalakan api kecil. Dia menancapkan potongan daging itu pada ranting dan mulai memanggangnya di atas api.

Aroma daging panggang segera memenuhi udara. Liu Han menatap api dengan pandangan kosong, pikirannya melayang ke semua yang telah terjadi. Perubahan dalam dirinya, buku emas, pria misterius dalam ingatan, dan taring naga—semuanya terasa seperti mimpi yang tidak nyata.

Namun, saat dia menggenggam pedang peraknya dan merasakan kekuatan baru dalam tubuhnya, dia tahu bahwa ini adalah kenyataan.

“Dunia ini sudah membuangku terlalu lama,” gumamnya, matanya memantulkan api kecil di depannya. “Sekarang giliranku untuk membalikkan segalanya.”

Ketika daging selesai dipanggang, Liu Han mulai memakannya perlahan. Rasanya sedikit kenyal, tapi aroma bakarannya cukup menggugah selera. Setiap gigitan memberi energi baru, mengisi tubuhnya yang lelah setelah perjalanan panjang dan pertarungan sebelumnya.

Setelah makan, dia bersandar pada batang pohon besar itu, menatap langit malam yang mulai muncul di sela-sela dedaunan. Bintang-bintang bersinar terang, mengingatkan Liu Han bahwa dunia ini jauh lebih luas daripada yang dia bayangkan.

“Tapi aku tidak takut lagi,” katanya pelan sambil memejamkan mata. Untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun, dia merasa sedikit damai.

Dengan perut kenyang dan tubuh yang lelah, Liu Han tertidur di bawah pohon besar itu, bersiap untuk langkah berikutnya dalam perjalanannya menuju puncak.

...****************...

Setelah beristirahat cukup lama di bawah pohon besar, Liu Han merasakan tubuhnya kembali segar. Meskipun masih banyak pertanyaan yang memenuhi pikirannya, dia tahu bahwa waktu tidak boleh terbuang sia-sia.

Dia duduk bersila di bawah naungan pohon, mengangkat tangannya dan memanggil buku emas yang kini menyatu dengan tubuhnya. Cahaya keemasan yang hangat muncul di depan dadanya, membentuk buku tersebut dengan ukiran kuno yang memancarkan aura misterius.

Dengan hati-hati, Liu Han membuka buku itu. Namun, alih-alih penuh dengan tulisan atau diagram, hanya satu halaman pertama yang memiliki isi, sementara halaman-halaman lainnya kosong, seperti lembar kertas emas tanpa tinta.

Dia memusatkan perhatian pada halaman pertama yang penuh dengan kata-kata bersinar:

"Jalan beladiri luas dan tak terbatas. Lampaui apapun, dan kau akan tahu kebenarannya."

Liu Han membacanya berulang kali. Pesan itu singkat, tetapi mengandung makna yang dalam.

"Apa maksudnya ‘lampaui apapun’? Apakah ini tentang kultivasi? Atau sesuatu yang lebih dari itu?" gumam Liu Han, mencoba memahami maknanya.

Dia memejamkan matanya, membiarkan pikirannya merenungi kata-kata tersebut. Namun, saat dia mulai merasakan sedikit pencerahan, sebuah suara dari kejauhan memecah konsentrasinya.

Telinga Liu Han menangkap suara logam bertemu logam, disertai teriakan yang menggema di tengah hutan. Dia membuka matanya, mengarahkan pandangannya ke arah suara tersebut. Tidak jauh dari tempatnya, dia melihat kilatan cahaya spiritual yang berasal dari pertarungan sengit.

Dengan hati-hati, Liu Han mendekati sumber suara itu, bersembunyi di balik pepohonan. Ketika pandangannya cukup jelas, dia melihat seorang wanita muda, sekitar usia 20 tahun, sedang bertarung melawan lima orang berjubah hitam.

Wanita itu terlihat gagah, dengan pedang spiritual di tangannya yang memancarkan aura tajam. Meski dikeroyok, dia bertarung dengan sangat terampil, serangannya penuh ketegasan dan kekuatan.

Namun, Liu Han segera menyadari sesuatu yang membuat napasnya tercekat. Semua orang di arena itu, termasuk wanita tersebut, berada di ranah *True Foundation*—tiga tingkat di atasnya.

"Ini bukan levelku," pikir Liu Han, menelan ludah. "Jika aku ikut campur, aku hanya akan mati."

Dia tetap bersembunyi, mengamati dari kejauhan. Wanita itu dengan gagah berani berhasil menyingkirkan empat orang berjubah hitam dengan kombinasi serangan cepat dan cerdas. Namun, dia tidak keluar dari pertarungan itu tanpa luka. Darah segar mengalir dari lengannya, dan napasnya semakin berat.

Orang berjubah hitam terakhir, yang tampaknya adalah pemimpin mereka, maju dengan senyum dingin. Dia mengangkat senjatanya, mengeluarkan aura yang menindas, dan menyerang wanita itu dengan penuh kekuatan.

Wanita itu, meskipun terluka parah, tidak menunjukkan rasa takut sedikit pun. Dengan gerakan cepat, dia mengeluarkan sesuatu dari cincin penyimpanannya—sebuah artefak berbentuk bola kristal dengan cahaya berkilauan.

"Artefak tingkat tinggi," gumam Liu Han, terkejut. "Tapi dia… benar-benar akan menggunakannya?"

Wanita itu memfokuskan sisa energinya ke dalam artefak tersebut. Bola kristal itu bersinar terang, menciptakan tekanan besar yang bahkan bisa dirasakan Liu Han dari tempat persembunyiannya. Dengan satu gerakan, wanita itu mengarahkan artefak itu ke musuh terakhirnya.

Kilatan cahaya terang meledak dari bola kristal, menghantam pria berjubah hitam tersebut dengan kekuatan yang luar biasa. Pria itu berteriak kesakitan sebelum tubuhnya terlempar jauh, menghantam pohon besar dan tergeletak tak bernyawa.

Namun, kemenangan itu datang dengan harga mahal. Artefak tersebut menyerap seluruh energi spiritual wanita itu. Pedangnya jatuh ke tanah, dan dia sendiri ambruk, pingsan akibat kelelahan dan kehilangan energi.

Liu Han yang menyaksikan semuanya dari kejauhan akhirnya keluar dari persembunyiannya. "Ini peluangku," pikirnya.

Dia bergerak cepat ke arena pertarungan. Tanpa ragu, dia memeriksa tubuh lima orang berjubah hitam tersebut, mengambil semua cincin penyimpanan dan barang berharga yang bisa dia temukan.

"Jubah hitam, senjata tingkat rendah... siapa mereka sebenarnya?" pikir Liu Han sambil menyimpan barang-barang itu ke dalam cincinnya.

Setelah itu, dia mendekati wanita yang tergeletak tak sadarkan diri. Dia tampak lemah, tapi napasnya masih stabil.

Liu Han berjongkok di sampingnya, memeriksa kondisinya. Luka-luka di tubuh wanita itu cukup serius, tetapi dengan bantuan obat-obatan, dia mungkin bisa pulih.

"Aku tidak tahu siapa kau, tapi aku tidak bisa membiarkanmu mati di sini," gumam Liu Han.

Dengan susah payah, dia mengangkat tubuh wanita itu ke punggungnya. Meski bobotnya cukup berat, kekuatan baru yang dia dapatkan dari penyatuan buku emas memudahkannya.

Dia membawa wanita itu ke tempat aman, memilih sebuah gua kecil tidak jauh dari tempat pertarungan. Setelah memastikan tidak ada ancaman di sekitar, Liu Han meletakkan wanita itu di atas tanah, lalu mengambil beberapa pil penyembuh dari cincin penyimpanannya untuk merawat luka-lukanya.

Liu Han duduk bersandar pada dinding gua, mengamati wanita itu dengan rasa penasaran. "Siapa dia? Dan kenapa mereka mengincarnya?"

Malam mulai menyelimuti hutan, tapi Liu Han tahu bahwa ini hanyalah awal dari babak baru dalam perjalanannya.

Bersambung...

1
Derajat
Iblis lagi
Derajat
Liu Han... semangat... punya tanggung jawab besar
Derajat
Mcnya terlalu lembek dlm berkata kata
Derajat
Liu Bai jangan iri harus kejar itu Monster
Anom Wibisono
Luar biasa
Boby Simatupang
lanjut Thor seru banget
Derajat
Iblis lagi.... padahal Mcnya belum Kuat
Derajat
Mcnya harusnya mulai lebih dingin dan jangan terjebak dg kecantikan agar Ceritanya semakin menarik
Derajat
Liu Feng... penyesalan pasti ada dan sdh terlambat
Derajat
Kekuatan Mode Ttesenden
Derajat
Shiiiiip pantang menyerah 👍👍
Derajat
Bikin cerita ini seru dan Hidup
Derajat
Apalagi yg akan ditunjukan Liu Han
Derajat
💪💪💪💪👍👍
Derajat
Lucu juga ini cerita
Derajat
Keren dan Keren.. Liu Han mendapat Poin terbanyak
Derajat
Siapa lagi lawan Liu Han
Derajat
Mcnya walau polos jangan terjebak dg Kecantikan
Derajat
apakah Liu Han akan menempati posisi pertama
Derajat
Apakah Liu Han akan menang
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!