WA 089520229628
Sebuah kisah tentang seorang istri yang dikhianati suami juga sahabat baiknya sendiri. Yuk mampir biar karya ini ramai kayak pasar global.
Karya ini merupakan karya Author di akun lain, yang gagal retensi. Dan kini Author alihkan di akun Hasna_Ramarta. Jadi, jika kalian pernah membaca dan merasa kisahnya sama, mungkin itu karya saya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 Dibongkar
Bima dan Mira saling pandang dengan wajah bingung, hal ini sudah diduga Sauza, mereka pasti bakal bingung menjawab. Kali ini Sauza ingin tahu apakah mereka berdua akan tetap menutupi atau berterus terang.
"Sebenarnya bayi kami sudah ...." Ucapan Bima terpotong oleh Mira yang sengaja menyela.
"Bayi kami sengaja kami tinggal bersama pengasuh dan buyutnya. Nenekku tidak ingin cucu buyutnya jauh darinya, jadi dia menahan bayi kami supaya tidak kami bawa," alasan Mira dengan wajah gelisah. Bima menatap ke arah Mira dengan wajah kesal, dia tidak habis pikir kenapa harus berbohong.
Sauza menoleh ke arah Bima yang terlihat kesal dengan Mira yang berbohong.
"Ya ampun, kalian ini tega berbohong demi sebuah harga diri di depanku," balas Sauza membuat Mira dan Bima tersentak.
"Berbohong? Apa maksud Sauza, apakah Sauza sudah tahu kalau bayi kami meninggal?" batin Bima
"Iya, kenapa kamu masih saja katakan kalau anak kalian masih ada? Bilang saja sejujurnya Mira, kamu masih belum ikhlas kehilangan Raja? Kalian masih bisa memiliki momongan, kalian masih muda." Pak Kendra menimpali.
"Papa, Papa tidak usah ikut bicara," cegah Mira sembari mendelik ke arah sang papa.
"Anak kalian sudah meninggal karena kelalaian kamu, kan Mira? Kenapa kamu sudah dipercaya sama Allah tapi justru tidak sepenuh hati menjadi orang tua?" Kata-kata Sauza seketika begitu menusuk jantung Mira, dia merasa tersalahkan dan dipermalukan oleh Sauza. Mira menduga, papanya sudah menceritakan bahwa Raja sudah meninggal.
"Jangan ikut menghakimi aku, Sauza. Kamu tidak tahu hal yang sebenarnya terjadi dalam hidupku," cegah Mira tidak ingin Sauza lebih jauh mengungkit kisah lama diantara mereka. Jika tidak, maka Pak Kendra akan tahu hal yang sebenarnya dan dia akan diusir mati-matian oleh sang papa.
"Aku tidak menghakimi kamu, Mira. Hanya saja, kamu sepertinya masih belum move on dari takdir. Harusnya kamu segera move on dan sebagai penggantinya, kalian bisa merencanakan kembali kehamilan anak kedua, bukan?" singgung Sauza terus menerus membuat Mira benar-benar merasa terancam dan jengah. Sauza sengaja mengulur waktu dengan mengungkit kematian anak Mira dan Bima sebelum ia menceritakan cerita inti dari obrolan di meja makan ini.
Mira lagi-lagi mendengus, dia tidak suka berlama-lama berada di dekat Sauza.
"Sepertinya aku harus segera memasuki kamar, aku sudah ngantuk." Mira mulai bangkit, tapi Pak Kendra menahannya.
"Hargai papa dan mama sambungmu, Mira. Meskipun dia sama-sama seusia kamu, tapi tolong hargain dia. Sesekali kita ngobrol di sini dan membahas masa lalu, itu tidak masalah bukan? Jangan malah menghindar dan ingin pergi," tukas Pak Kendra marah. Mira diam dan terpaksa duduk kembali seraya di dalam hati berharap agar Sauza tidak menceritakan kejadian yang sebenarnya.
"Baiklah, Mas, supaya tidak mengulur waktu dan tidak mengganggu waktu tidur Mira dan Bima, alangkah baiknya Za menceritakan kenapa tadi sore Za bisa kecebur kolam renang."
Mira terbelalak saat Sauza berkata barusan, dia takut kalau Sauza menceritakan hal sebenarnya tentang insiden keceburnya Sauza. Mira cukup gelisah.
"Iya Sayang, ceritakanlah! Mas pun ingin tahu kenapa kamu bisa kecebur dan jatuh, padahal pintu pagar roof top itu tidak mudah lepas kalau tidak ada yang sengaja membukanya?" Pak Kendra tidak sabar mendengar hal apa yang menjadi penyebab Sauza tadi jatuh ke kolam renang.
"Baiklah." Sauza terdiam beberapa saat sebelum memulai ceritanya.
Sedangkan Mira, hatinya sudah dilanda was-was. Tapi dia tidak takut, dia akan menyangkal semua tuduhan Sauza jika Sauza terlanjur menceritakan siapa yang menyebabkan dirinya jatuh ke kolam renang.
"Sebetulnya, Za tadi jatuh ke kolam renang, semua karena ulah Mira. Mira sengaja mendorong tubuh Za ke kolam renang supaya jatuh. Mira sengaja membuka pintu pagar roof top saat tubuh Za sudah berada di bibir pintu pagar. Rencana Mira berhasil, dan jatuhlah Za ke dalam kolam renang, padahal Mira tahu kalau Za sebenarnya tidak bisa berenang," tutur Sauza menjelaskan dengan sejujurnya.
"Tidak, itu bukan sengaja, Papa. Papa jangan percaya begitu saja dengan omongan perempuan ular ini. Dia itu berbohong, hanya ingin mengadu domba aku ke Papa," sangkal Mira menggebu-gebu.
"Mira, diamlah dulu. Papa ingin tahu ceritanya dari istri papa dulu. Kalau kamu tidak merasa, kenapa kamu mesti marah terhadap istri papa?" seh Pak Kendra.
"Sayang, apa kejadiannya benar-benar seperti yang kamu ceritakan barusan?" Pak Kendra menatap Sauza dalam.
"Iya, Mas, itu benar. Za didorong Mira dengan sengaja. Mira membuka pintu pagar roof top dan mendorong tubuh Za dengan paksa, padahal Za sudah memohon jangan mendorong," cerita Sauza lagi tanpa rasa takut.
"Apa!!!! Kamu mendorong istri papa dengan sengaja? Kamu mau mencelakakan istri papa, Mira? Apa alasannya? Kamu iri karena papa menikah lagi dengan perempuan lain selain mama?" pekik Pak Kendra dengan mata melotot.
"Ti~tidak. Mana mungkin aku sengaja, kalaupun iya itu terjadi, itu sudah pasti tidak sengaja. Papa jangan gampang percaya begitu saja perkataan ibu tiri. Bukankah Papa tahu, kebanyakan ibu tiri di negara kita seperti apa? Mereka kejam-kejam dan pandai mendramatisir masalah. Sama halnya yang dilakukan Sauza saat ini, dia mencoba menuduh aku sengaja mendorongnya dari rooftop," sangkal Mira lagi berkelit. Sauza mendengus kesal dengan sangkalan Mira.
"Baiklah, kalau Mira masih menyangkal, kita lihat saja bukti CCTV tadi sore. Mang Damar, tolong ambilkan rekaman CCTV tadi sore!" titah Sauza dengan mata lurus ke arah Mira penuh kemenangan.
"Kalau semua itu benar, maka papa tidak segan-segan mengusirmu dari rumah ini Mira. Tidak seharusnya kamu iri pada istri papa lalu mencelakainya," dengus Pak Kendra marah.
"Tidak hanya itu, apakah Mas Kendra ingin tahu siapa orang yang sudah menghancurkan rumah tangga Za?" Sauza beralih pada suaminya.
"Katakan, Sayang, siapa yang sudah menghancurkan rumah tanggamu yang terdahulu? Aku tidak akan membiarkan mereka hidup dengan tenang." Pak Kendra penasaran.
Mira dan Bima saling lempar tatap, wajah keduanya memperlihatkan rasa takut, terlebih saat mendengar ucapan Pak Kendra barusan.
"Maaf, Pah. Aku ingin ke kamar mandi, kebelet." Mira langsung berdiri dan segera membalikkan badan, seperti ingin menghindar. Sedangkan Bima, meskipun dia sama takutnya seperti Mira, tapi Bima sudah siap jika mertuanya itu marah besar padanya atau mengusirnya dari rumah ini. Semua pernikahan dengan Mira, bagi Bima sudah tidak bisa dipertahankan lagi. Bima pasrah dan tetap bertahan di kursi makan itu.
"Manusia-manusia di depan Mas inilah pelakunya. Mira adalah sahabat aku, yang merebut suami aku dengan sengaja menggoda mantan suami aku dulu. Dan laki-laki di depan kita ini adalan, mantan suami aku yang telah tega memilih Mira lalu menghancurkan rumah tangga kami yang awalnya adem ayem. Hanya karena alasan aku belum bisa memberikannya anak, dia tega tenggelam dalam rayuan Mira, sahabatku," tutur Sauza menggebu-gebu tanpa rasa gentar, membuat langkah Mira tertahan dan membuat Pak Kendra terbelalak tidak percaya.
"Apa? Apakah semua yang kamu katakan serius, Sayang? Mira adalah perebut suamimu dan Bima adalah mantan suamimu?" kejut Pak Kendra menatap Sauza tidak percaya. Sauza mengangguk penuh keyakinan membuat Pak Kendra merasa lemas dan tidak bertenaga, dia shock.
Kini, mata Pak Kendra bergulir ke arah Mira dan Bima bergantian. Sorot matanya tajam menyiratkan kemarahan.
kenapa bisa seperti itu???
lebih baik berobat pak Kendra...
🤣🤣🤣🤣
Mira kau tak berkaca siapa dirimu, berapa lama jadi simpanan Bima, sebelum hamil kau dengan siapa?
Ukur baju orang lain jangan dengan ukuran tubuhmu, ya! Kau ingin memanasi Sauza, kan. Kutunggu, dengan setia.