(INI KISAH ZAMAN DULU DIPADUKAN DENGAN ZAMAN SEKARANG YA)
"Emak sama Bapak sudah memutuskan jika kamu akan menikah satu bulan lagi dengan laki-laki pilihan Bapak kamu, Niah," Aku lantas kaget mendengar ucapan Emak yang tidak biasa ini.
"Menikah Mak?" Emak lantas menganggukkan kepalanya.
"Tapi umurku masih kecil Mak, mana mungkin aku menikah di umur segini. Dimana teman-temanku masih bermain dengan yang lainnya sedangkan aku harus menikah?" Ku tatap mata Emak dengan sendu. Jujur saja belum ada di dalam pikiranku untuk menikah apalagi d umur yang masih dikatakan baru remaja ini.
"Kamu itu sudah besar Niah, bahkan kamu saja sudah datang bulan. Makanya Bapak dan Emak memutuskan agar kamu menikah saja. Lagian kamu juga tidak sekolah, jadi tidak ada masalahnya jika kamu menikah sekarang. Menikah nanti pun tidak akan ada bedanya dengan sekarang karena, sama-sama menikah saja akhirnya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indah Yuliana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 26
ISTRI 13 TAHUN
26
Untungnya dikamar Suniah masih memiliki beberapa peralatan alat tulis yang dulu dia gunakan saat masih bersekolah. Karena sudah sangat bosan hanya berdiam diri saja, akhirnya dia kembali membuka buku tulis tersebut dan mencari sisa halaman yang masih kosong.
Lembar kerta itu terlihat banyak tulisan Suniah yang rapuh tersusun, sebenarnya guru Suniah pun sangat menyayangkan jika gadis ini harus putus sekolah saat kelas 5. Tetapi apa mau dikata, selain banyaknya anak seusianya sudah berhenti dan menikah, sekolah juga sedikit menjadi beban bagi warga kampung yang tidak mampu.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja rasanya itu sangat berat, apalagi harus menempuh pendidikan lebih tinggi dengan peralatan sekolah yang cukup banyak. Rijali dan istrinya tidak sanggup. Apalagi Kasiah juga saat itu bersekolah. Mereka sebagai orangtua hanya bisa membiayai sebisanya.Yang terpenting kedua anak gadis Rijali dan Maimun sudah pandai membaca, menulis, dan menghitung. Itu sudah lebih dari cukup untuk membekali kedua anak itu kedepannya.
Suniah pun menggoreskan pensilnya pada lembaran kertas, menuangkan perasaannya yang gugup tetapi senang karena akan menikah dengan lelaki tampan besok.Dengan lampu yang temaram, Suniah terus menuangkan perasaan dalam bukunya. Sampai dimana dia akhirnya menghentikan tangannya lantaran hidungnya mencium aroma masakan yang langsung membuat cacing diperutnya langsung demo karena merasa lapar.
"Emak, apakah nanti setelah aku menikah akan bisa terus merasakan masakan Emak?" Gumam Suniah sedikit sedih. Dirinya baru menyadari bahwa besok dia sudah akan menjadi istri, tentunya wejangan dan nasehat dari Emaknya kemarin akan berlaku padanya setelah hari esok tiba.
Suniah merasa ragu akan dirinya sendiri, "Apakah nanti suamiku akan menyukai masakan yang aku buat?"
Menahan rasa laparnya, Suniah membaringkan diri di kasur lantainya. Menatap langit kamar yang langsung terlihat atap. Entah kenapa sebelumnya Suniah tidak berfikir jika menikah dan menjadi istri adalah hal yang berat, dirinya hanya merasa belum siap saja. Tetapi saat ini dia menyadari betapa besarnya makna dari label istri.
Suniah mengingat apa saja yang Emaknya kerjakan selama ini, masak di dapur, mencuci pakaian, membersihkan rumah, bertani, lalu menjemput kayu bakar di hutan bersama Bapak. Setiap hari Emaknya selalu sibuk, belum lagi jika masakan yang Emak masak kurang enak dan Bapak sedang marah. Maka piring makanan itu akan melayang bagaikan UFO terbang dan mendarat di tanah dengan nyaring.
'Apakah Suniah nanti juga akan merasakan hal itu?
Karena Suniah juga melihat rumah tangga temannya yang sudah menikah, jika masakan yang mereka masak asin, kurang bumbu, tidak pas di lidah suaminya. Maka pukulan, makian, atau piring melayang akan terjadi.
Suniah menjadi semakin gugup memikirkan hal itu, dia harus menyiapkan diri agar lebih berhati-hati saat memasak, atau bertindak. Dirinya mau tidak mau harus siap untuk menghadapi resiko tersebut.
"Ya Allah ..., semoga hamba bisa menjadi istri yang baik, juga suami hamba menjadi imam yang baik. Aamiin." Suniah berdo'a dalam hatinya.Lalu memilih untuk menutup mata mencoba untuk tidur, karena perutnya menjadi tidak lapar lagi.
Sedangkan di dapur Emak, Bapak dan Kasiah masih sibuk merapikan makanan yang sudah matang.
"Pak, apa nanti Niah bisa menjadi istri?" ujar Maimun terdengar khawatir.
"Emak ada-ada saja, Niah itu perempuan, yaa pasti bisa menjadi istri. Kalau Niah laki-laki baru tuh dia tidak bisa menjadi istri, Mak!!" jawab Rijali menanggapi istri nya dengan santai. Sambil terus mengaduk gulai kambing yang sedang berada di tungku.
"Bapak betul Mak, kak Niah pasti bisa, toh selama ini dia selalu mengerjakan pekerjaan rumah dengan baik Mak. Masakan Kak Niah juga enak." Sahut Kasiah. Baginya masakan kakaknya begitu enak, dan itu membuat Kasiah menjadi malas memasak. Dan mengandalkan kakaknya dalam urusan itu.
TBC