Dendam, cinta, dan kebohongan. Sebuah permainan yang berbahaya dan tak terduga. Amanda, seorang wanita yang memiliki tujuan yang jelas, mendekati suami Selena, Reagan, seorang pria tampan dan sukses.
Namun, Amanda tidak tahu bahwa Reagan memiliki rahasia yang tersembunyi di balik pernikahannya dengan Selena. Amanda terus beraksi tanpa menyadari bahwa dirinya sudah terlibat dalam permainan dan konflik yang besar.
Apa yang sebenarnya tersembunyi di balik pernikahan Reagan dan Selena yang terlihat sempurna itu? Dan apa yang akan terjadi ketika dendam dan cinta berbenturan?
Pleas yang baca dan gak suka skip aja🙏
Jangan tinggalkan jejak buruknya🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MCS. 26 Gunung Emas Carson.
Pria paruh baya itu menarik napas dalam. Menikmati udara pagi yang begitu menenangkan. Ia kembali masuk ke dalam kediamannya setelah merasa cukup menikmati sinar matahari pagi.
Langkahnya terayun menyusuri hunian mewah dengan berbagai barang antik yang menghiasi setiap sudutnya.
"Tuan," sapa salah satu pekerja di kediaman itu. Ia sedikit menunduk seraya menyerahkan sebuah berkas ke tangan Tuan Carson. "Seseorang dari perusahaan baru saja menyerahkannya."
Carson menerima berkas tersebut, ia langsung berlalu masuk ke dalam lift untuk menuju lantai atas di kediamannya. Pria itu membuka berkas yang ia terima. Laporan kondisi perusahaan Carson Holdings terkini. Namun, Carson tak memeriksa secara keseluruhan, hanya sesaat dan menutup berkas itu kembali. Ia akan memeriksa semuanya nanti.
Mengingat perusahaan Carson Holdings yang kini ada dalam genggamannya membuat Carson jadi mengingat sesuatu. Senyuman seketika terukir di wajah pria paruh baya itu. Ia menekan dua kali salah satu tombol lift berwarna merah, membuat lift seketika berubah arah dengan sentakkan kecil.
Carson melangkah keluar setelah lift berhenti dan pintunya terbuka. Ia menyusuri koridor dengan pencahayaan yang hanya akan ada seiring langkah pria paruh baya itu.
Di depan sebuah pintu berlapiskan baja, tangan tuanya menekan beberpa tombol hingga pintu besar itu terbuka. Senyuman puas selalu terukir di wajah tuanya setiap kali bisa menikmati pemandangan apa yang kini tengah ada di depan mata.
Ruangan luas dengan dinding yang terbuat dari batu granit serta lantai yang terbuat dari kayu ek. Tapi, bukan itu yang membuat ruangan ini sangat berkesan dan berharga bagi seorang Carson. Pria itu melangkah masuk lebih dalam, membawa tangannya menyentuh tumpukkan batangan emas yang tinggi dan berkilauan, seakan membentuk sebuah gunung emas yang mengagumkan.
Cahaya yang berasal dari lampu-lampu yang ada, membuat batangan emas itu berkilauan seperti ribuan bintang di langit malam. Suasana di dalam ruangan itu begitu tenang dan damai, seolah-olah tidak ada kekacauan atau kekhawatiran di dunia luar.
Carson tak pernah mengkhawatirkan apa pun lagi. Pria itu merasa jika dunia berada di dalam genggamannya. Apa yang saat ini ada di hadapannya takkan habis bahkan hingga ratusan keturunannya lahir.
Carson meraih satu batangan emas, ia mengusapnya dengan tatapan kagum. "Kerja kerasku," gumam Carson. Setelahnya ia mencium batangan emas itu dan kembali meletakkan pada tumpukkan.
*
*
*
"Siapa pemilik pakaian ini?!!"
Suara Selena melengking memenuhi ruangan office girl. Hanya ada satu office girl di sana, karena yang lainnya tengah bekerja. Wanita itu terkesiap saat tiba-tiba mendengar sebuah teriakan. Dan hal itu ternyata dilakukan oleh istri dari pemilik perusahaan ini.
Maya bisa melihat wajah itu yang memerah, napas Selena bahkan memburu dengan netranya yang begitu tajam. Netra Maya perlahan beralih memperhatikan potongan kain yang berada di dalam genggaman tangan Selena. Ia menelan pelan salivanya ketika menyadari siapa pemilik pakaian itu.
Tangan Maya sampai meraba pelan untuk mencari pegangan. Jadi apa yang dikatakan Amanda tadi pagi benar? Dia...temannya itu sungguh sudah menghabiskan malam bersama atasan mereka, Tuan Slade? Astaga! Maya rasanya ingin pingsan saat itu jua. Gila! Amanda benar-benar sudah tidak waras. Habislah kau, Amanda.
"Jawab?! Siapa yang menggunakan loker itu?!!"
Maya kembali terjingkat saat Selena membentaknya. Dan suara Selena itu ternyata didengar oleh bibi Luna. Ia berlari segera menyusul sumber suara. Bibi Luna bisa melihat jika Selena yang sepertinya sedang marah pada Maya.
"Nyonya Selena? Apa ada yang salah?" Bibi Luna memberanikan diri bertanya. Sebagai karyawan senior, ia berusaha menjaga dan memastikan semuanya baik-baik saja, terutama para karyawan office girl mau pun office boy, meski bibi Luna bukanlah orang yang bertanggung jawab langsung di bagian ini.
"Siapa pemilik pakaian ini?!!" desis Selena pada bibi Luna. Amarah sudah begitu jelas menguasai dirinya.
Bibi Luna memperhatikan potongan kain yang Selena genggam. Ia terlihat bingung karena merasa tidak mengenal pakaian itu, terlebih Selena yang hanya membawa helaiannya. Bibi Luna jadi penasaran kenapa Selena seperti begitu mempermasalahkan perihal potongan kain.
"Jawab!! Jangan diam saja!!"
"Di...di mana Nyonya mendapatkannya? Saya tidak tahu itu pakaian siapa."
Selena langsung menarik tangan bibi Luna dan membawa wanita itu tepat dihadapan loker, yang sudut sisi pintunya masih terdapat sedikit ujung pakaian yang robek. Bibi Luna kini mulai mengerti jika Selena pasti telah menarik kuatnya.
"Katakan, loker pakaian siapa ini, hah?!"
Bibi Luna seketika terdiam ketika menyadari loker pakaian siapa yang Selena tunjuk. Itu milik Amanda. Semua loker memang belum memiliki plakat nama kepemilikan.
"Itu lo...,"
"Loker itu milik saya, Nyonya Selena."
Selena langsung menatap tajam pada pemilik suara yang berasal dari balik tubuh bibi Luna. Bibi Luna juga seketika berbalik dan menatap Maya dengan netra yang membulat sempurna.
"Tapi pakaian itu bukan milik saya, Nyonya," lanjut Maya cepat sebelum Selena mengeluarkan cercaan. Tangan wanita itu sedikit menggenggam celana seragam office girl. Maya berusaha mengendalikan perasaan gugupnya. Maya memilih berbohong dari pada Amanda harus berakhir di tangan wanita kunti di hadapannya ini. "Saya tidak sengaja menemukan pakaian itu saat membersihkan toilet karyawan pagi tadi."
Selena memicing, memastikan apakah office girl ini mengatakan hal sebenarnya.
"Itu... pakaian mahal, Nyonya. Karyawan kecil seperti kami tidak mungkin bisa memilikinya."
Selena meremat kuat potongan kain yang terus berada dalam genggamannya itu. Memang benar, kain ini terlalu halus. Sudah pasti dari butik dan brand ternama.
"Aku tidak mudah percaya. Aku pasti akan menemukan siapa yang memiliki pakaian ini!!" Gemeletuk giginya terdengar. Dengan amarah yang memenuhi isi hati serta kepalanya, Selena meninggalkan bibi Luna dan Maya.