Arman berselingkuh dari istrinya karena cinta masalalu yang hadir ditengah rumah tangga yang mulai dia bina. pernikahan karena perjodohan itu awalnya tak dia terima dengan baik sampai akhirnya dia mulai menyadari kesalahannya dan ingin memperbaiki nya tapi sang Istri Aurora akhirnya menyerah dan pergi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berangkat Kekairo
Mereka berbincang walau penuh dengan ketegangan, Arman tidak bisa menerima keputusan Aurora untuk pergi meninggalkan Indonesia menuju dan hidup di Kairo.
Dia berencana untuk merujuk kembali Aurora saat hukumannya sudah selesai untuk keluarga dan juga anak-anak nya tapi jika Aurora pergi keluar negeri dan menetap disana, dia tidak akan pernah punya kesempatan untuk melakukannya.
"Tolong Aurora pertimbangkan lagi keputusanmu, jika kau membenciku, bencilah tapi tolong jangan orangtuaku, mereka tak salah apapun padamu". Ucap Arman dengan mata berkaca-kaca.
Dia tahu perbuatannya kepada Aurora selama ini salah tapi ketika melihat tangisan dan kesedihan dimata ibundanya dia menjadi tidak tega.
" Seperti perkataanku tadi, tak akan ada yang bisa mengubah keputusanku, dulu aku patuh dan melakukannya dengan ikhlas tapi apa yang kudapat, kini aku hanya menginginkan diriku menjadi lebih baik dan dikatakan egois itu terserah padamu, ingat saya dan kamu sudah tidak ada hubungan kecuali mantan". Tekan Aurora kepadanya
"Tapi Aurora". Ucapan Arman terpotong karena Aurora berdiri dan memasukkan anak-anak nya kedalam stroller dan akan pergi.
" Aku pamit bunda, Terima kasih telah menyayangi aku selama ini, semoga Allah membalas kebaikan bunda selama ini". Ucap Aurora mencium tangan Ibunda Arman itu kemudian keluar mendorong stroller anak-anak nya meninggalkan Arman yang terpaku melihat kepergian Aurora.
"Ini adalah balasan atas semua yang kau lakukan padanya, jadi tidak perlu mengatakan banyak hal, harusnya kau malu memintanya tetap tinggal tapi kau lah orang yang memberinya luka mendalam". Ucap bunda Arman itu dengan sarkas kepada sang putra.
" Bunda, aku". Arman tidak bisa membalas perkataan sang bunda yang benar adanya.
"Bunda pamit, renungi kesalahan dan perbuatanmu kepadanya selama ini". Ucap Bunda Arman meninggalkan Arman yang kini terduduk lesu melihat kepergiannya.
Setelah ibunya pergi Arman masuk kembali ke sel tahanan, pernikahannya awalnya bahagia dan baik-baik saja tapi karena kehadiran Rania menghancurkan segalanya, kini dia tidak hanya kehilangan ibu dan ayahnya sekarang dia juga kehilangan kedua anaknya.
Penyesalan memang selalu datang belakangan, takdir tidak akan bisa berubah kembali karena dirinyalah segalanya hancur.
"Maafkan aku selamat jalan istriku". Walau dia tahu Aurora tidak akan mendengar perkataannya, dia hanya akan mengungkapnya dalam hati, dia menyesal sungguh-sungguh sangat menyesal membuang berlian seperti istrinya dan segalanya sudah hancur hanya tinggal penyesalan tanpa akhir yang dia rasakan.
Aurora melangkahkan kakinya menuju kekediaman orangtuanya karena ini terakhir kali dia akan berhadapan dengan mereka karena setelah dia menetap di Kairo, dia mungkin tidak akan kembali kesini kecuali ketentuan Allah.
Dia tidak ingin punya permasalahan di masa depan karena itu dia akan berpamitan dengan ayahnya walau sebenarnya dia malas.
"Assalamualaikum". Ucapnya mengetuk pintu.
" Waalaikum salam. Ngapain kamu kesini?? Nada sarkas dan tidak bersahabat itu dia terima saat berhadapan dengan ibu tirinya ini.
Sejak dia kecil sampai dewasa bahkan telah memiliki anak, keluarga nya tidak pernah lembut apalagi menyayanginya. Kini dia tidak perduli karena ini bukan tujuannya kesini.
"Ayah dimana?? Tanyanya tanpa menjawab pertanyaan ibu tirinya itu.
Dia tidak punya urusan dengan ibu tirinya tapi dengan manusia yang bergelar ayah untuknya.
" Mau apa kamu kesini?? Tanyanya dengan nada tinggi.
Dia tidak akan membiarkan anak tirinya ini mempengaruhi suaminya yang kini tunduk sepenuh nya kepadanya.
"Dimana ayah, saya bertanya sekali lagi?? Tanyanya tanpa perduli perkataan ibu tirinya.
" Ada apa ini?? Tanya pak Marwan ketika sampai kedepan pintu rumahnya karena mendengar teriakan sang istri.
Dia berjalan tergesa-gesa karena teriakan itu sampai kedalam rumah padahal dia asyik menonton televisi.
"Aurora ngapain kamu kesini?? Tanya nya dengan heran. Tidak biasanya sang anak datang kesini bertamu. Selama ini Aurora tak pernah mau mendatangi rumah ini karena perlakuan mereka padanya selama ini kepadanya.
" Saya hanya ingin berpamitan karena saya akan ke Kairo dan menetap disana, saya kesini karena masih menghargai anda karena bagaimanapun anda masih ayah saya". Ucapnya dengan dingin.
"Kamu mau menetap ke Kairo?? Tanya dengan terkejut, dia tidak menyangka jika anaknya akan pergi sejauh itu.
Ada perasaan tidak menentu dihatinya apalagi mendengar ucapan dingin itu tanpa adanya penghormatan seperti dulu dari anak sulungnya itu.
" Benar, saya hanya berpamitan karena lusa awal bulan, saya akan terbang ke Kairo". Ucapnya tanpa banyak kata.
"Kalau begitu masuklah dulu nak, kita bicarakan didalam". Ucap pak Marwan tiba-tiba melembut.
Dia merasa ada kegelisahan dalam hatinya mendengar anaknya yang selama ini dia sia-sia kan akan pergi. Entah karena apa.
" Maaf tapi saya kesini bukan untuk masuk kerumah tapi hanya ingin menyampaikan ini saja, saya hanya ingin menyampaikan itu karena masih punya ayah yang harus diberi tahu, walau pada kenyataannya saya selama ini seperti yatim piatu" . Sarkasnya kepada sang ayah.
Kehidupannya sejak kecil sangat berat, dia memliki ayah tapi harus berjuang untuk hidup dirinya sendiri sedangkan ayahnya membahagiakan istri baru dan anak barunya tanpa memperdulikannya.
"Tapi nak". Ucapnya terbata-bata. Dia tidak menyangka akan mendengar kalimat sarkas sekaligus buangan yang dia dengar dari anaknya walau perkataannya benar.
" Kalau begitu saya permisi, tolong maafkan saya jika saya selama menjadi anak anda, saya punya dosa dan salah, jadi saya pamit, terima kasih membesarkan saya selama ini walau penuh dengan kesakitan dan luka, permisi". Ucap Aurora yang langsung berbalik meninggalkan ayahnya yang membeku mendengar perkataannya.
Kini dia sudah menyampaikan segala luka di hatinya, dia sudah tak mau mengemis hanya sekedar perhatian lagi, dia sudah tidak perduli, dia hanya melakukannya untuk menghormati orang yang ditakdirkan menjadi ayahnya.
"Ya Allah muluskan dan lancarkan semua urusan hamba didunia ini, hamba hanya berserah padamu karena apapun yang akan aku lakukan tak lepas dari takdir dan ketentuan darimu". Ucapnya dalam hati.
Dia sudah lelah menangis hanya karena kehidupan yang tidak adil baginya.
"Bagaimana sudah selesai?? Tanya Maya kepadanya dengan lembut.
" Sudah". Jawab Aurora dengan singkat.
Maya yang tahu suasana hati sahabatnya pun tidak banyak bertanya, dia mengerti jika tidak semua permasalahan itu bisa mereka ceritakan kepada orang lain termasuk sahabatnya sendiri.
"Kita akan kemana??
" Bisakah kamu menemaniku membeli beberapa keperluan untuk dibawah kesana karena besok aku memutuskan berangkat karena urusanku sudah selesai".
"Kamu yakin?? Tanya Maya dengan hati-hati takut sahabatnya tersinggung.
" Baiklah". Ucap Maya dengan kening mengkerut.
Dia sudah menjual rumahnya dan juga mobilnya karena dia akan berangkat besok dan sudah memberi tahu ibu Arman.
Setelah keesokan harinya Aurora akhirnya bersiap untuk berangkat, didampingi kedua sahabatnya dan beberapa kenalannya Aurora akhirnya sampai di bandara. Setelah sampai dia bisa melihat Arman dan dan keluarganya datang untuk melihat mereka untuk terakhir kalinya.
Arman masih memakai pakaian tahanan dan dikawal oleh polisi.
"Sudah mau berangkat?? Ucap Arman berbasa-basi.
" Sudah pesawatnya akan berangkat sejam lagi". Ucapnya dingin
"Boleh aku memeluk mereka berdua?? Tanya Arman dengan penuh harap.
Aurora tidak menjawab tapi memberikan anaknya itu kepada ibunda Arman dan mereka semua memeluk kedua anak kembar itu dengan tangisan.
Arman hanya bisa menangisi kebodohannya selama ini dan menatap nanar Aurora yang menatapnya dengan tatapan datar walau ditutupi dengan cadar.
Setelah mereka memeluk anak-anak, tidak berapa lama panggilan dari bandara terdengar untuk memasuki pesawat.
"Saya pamit dulu, tolong maafkan saya jika saya punya kesalahan yang disengaja atau tidak disengaja". Ucap Aurora bergantian memeluk sahabatnya dan memeluk ibunda Arman, matanya sudah mengeluarkan air mata sedangkan Arman hanya menangis tanpa henti.
Dia melambaikan tangannya kemudian masuk kedalam ruangan itu untuk bersiap pergi.
"Selamat jalan, tolong maafkan segala kesalahanku kepadamu selama ini". Ucap Arman menangis ketika melihat Aurora beserta anaknya sudah hilang dari pandangan mereka.
Penyesalan selalu datang terlambat, jangan pernah menyia-nyiakan orang yang tulus menyayangimu karena sekuat apapun orang menghadapi badai, dia hanya manusia biasa yang bisa menyerah dan memilih pergi jika dirinya sudah tidak sanggup.
blm tentu klo g ada bukti kbusukan rania.... km bkal nyesel sdh mnghianati istri sholihamu....
gmn sih km arman.... otak klo sdh kebalik y gini nich/CoolGuy//CoolGuy/
Maaf Thor... sedikit kritis jika dirasa ada yg kurang sesuai 😁✌️🙏🙏
Overall.. sukkaaa sekali dengan Cerita nya 👍👍👍👍🤗
Soo ditunggu kelanjutannya lagi yaa 👍🤗🤗🤗🤗