Apa yang kau harapkan dari seseorang yang pergi tanpa pamit?Tidak menyangka Naura bertemu kembali dengan sang mantan suami. Ardan,
saat anaknya menceritakan seorang pria baik yang ia kenal. Namun, di balik kemarahannya pada Ardan, ada perasaan yang sulit di mengerti oleh Naura.
memutuskan untuk menghilang tetapi takdir selalu mempertemukan. Meski masih tidak suka dengan kelakuan Ardan. Rasa bersalah yang di tunjukkan Ardan, membuat Naura mencoba memaafkan kembali.
Dan Ardan juga mencari tahu alasan pergi tanpa pamit yang di lakukan oleh Naura.
Ketika keduanya sudah mendapatkan jawabannya. Apakah dunia akan setuju bahwa itu adalah hal yang tepat?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ylfrna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penyebab Dari Malapetaka
Saat pagi tiba Naura tersenyum mendapatkan pesan dari Arnold, sembari berjibaku memanggang roti tawar dengan mentega. Ia terlihat senang, sampai rasanya kupu-kupu nan cantik berterbangan di hatinya. Hari ini Arnold akan pulang dari Singapura. Rindunya sudah tidak terbendung lagi.
Beberapa menit kemudian, Ardan berdiri di depan pintu kamar dengan senyuman yang manis
"Selamat pagi ibu dari anak-anak ku" Sapanya
"Aduh sialnya" Ucap Naura, rasanya semua kupu-kupu itu langsung mati melihat Ardan yang bak racun mematikan
"Semalam aku tidur sangat nyenyak"
"Aku tidak menanyakannya"
"Iya tapi aku ingin memberitahukannya"
Naura tidak lagi berkomentar melihat kedua anaknya keluar dari kamar
"Pagi Mama, pagi Papa" Sapa mereka secara kompak
"Pagi juga sayang" Balas Ardan mendekat lalu duduk di tengah-tengah anaknya
"Ma, Lana mau sekolah"
"Belum boleh ya sayang, nanti kalau sudah benar-benar sehat kita sekolah"
"Yah" Ucapnya cemberut
Ardan tersenyum "Sabar ya sayang"
Mereka berempat sarapan bersama, Nada masih tidur sedangkan Hana mempersiapkan keperluan sekolah Alan. Hening hanya keheningan yang menemani mereka, kurang dari sepuluh menit Alan berangkat ke sekolah sedangkan Alana kembali ke kamarnya.
Begitu juga Ardan kembali ke kamarnya, ia langsung membuka jendela, sinar matahari menyeruak masuk ke dalam. Kemudian Naura melangkah ke kamar Ardan mendapati punggung laki-laki itu seakan sedang memikirkan hal serius.
Ardan menoleh dan terdiam sebentar menatap Naura, kemudian ia tersenyum
"Ardan"
"Hm"
"Kekasihku nanti akan pulang ke rumahku, kurasa kau tidak bisa tinggal disini lagi. Aku takut ia salah paham"
Ardan terdiam. Ke terdiamannya menyembunyikan rasa cemburu. Sesaat ia tersenyum, senyuman yang berbeda, senyuman yang terlihat sendu
"Benarkah? Kalau begitu nanti aku pulang" Ucapnya
Naura terdiam tentu ia heran ini tidak seperti Ardan yang biasanya. Ardan si tukang protes kini sedikit berubah. Namun, ia menatap Naura seakan ingin menyampaikan banyak hal. Tanpa suara dan kata-kata, Ardan mengambil kopernya.
Naura mengernyit dan menatap Ardan yang berbeda.
"Naura, maaf merepotkan" Ucapnya tiba-tiba
"Apa kau sakit?" Kata-kata yang keluar dari benak Naura
Ardan tertawa lalu kembali menatap Naura "Tidak, kau sudah mengusir ku jadi aku harus kembali ke tempat ku"
"Baiklah" Naura meninggalkan Ardan
Alana keluar dari kamar, ia terlihat bersemangat menuju kamar Ardan.
"Sayang mau kemana?" Tanya Naura yang sedang duduk di ruang tengah
"Mau ke kamar papa" Alana berlari sembari tersenyum
Hal yang paling di tunggu oleh Ardan akhirnya tiba, Ardan tersenyum puas. Tentu Alana tidak ingin ia pulang, Alana menangis ketika Ardan mengatakan akan pulang ke rumahnya
"Lana kenapa?" Tanya Naura menyusul ke dalam kamar
"Mama jahat" Ucap Lana
"Jahat kenapa sayang?"
"Mama usir papakan?"
"Bukan mama usir tapi papa mau pulang"
"Tapikan rumah papa disini"
Kata-kata yang di ucapkan Alana seakan memiliki sihir tersendiri yang membuat Ardan tersenyum penuh kemenangan
"Lana, papa itu punya rumah sendiri, papa itu punya keluarga selain kita jadi Lana harus bisa berbagi, harus bisa mengerti kalau papa tidak bisa sama kita terus" Ucap Naura menghampiri Lana dan menyentuh pipi anaknya dengan lembut
"Tapi ma, papa sudah janji bakal sama kita terus--- iyakan pa?" Tanya Alana mengalihkan tatapan ke arah Ardan
"Iya sayang papa janji itu"
"Kau tidak perlu berjanji kepada anakku!" Bisik Naura sembari melotot
Kemudian Ardan meraih tangan Naura dan menggenggamnya dengan erat. Entah penyebabnya apa, Tiba-tiba jantung Naura berdebar cepat sekali, bahkan lebih gugup dari pada kemarin malam saat Ardan menciumnya.
"Aku Ardan Cakrawangsa laki-laki yang malas berjanji tetapi saat bersamamu aku ingin berjanji bahwa aku akan tetap bersama mu dan anak-anak ku sampai akhir hayat" Ia tersenyum manis sembari mencium kening Naura
Wajah Naura memanas, Naura tidak mengatakan apapun, sedangkan Ardan tertawa ia seperti sengaja melakukan itu.
"Ciee papa sama mama ciuman" Goda Lana sembari bertepuk tangan
Naura menarik tangannya lalu memukul lengan Ardan. Ardan tertawa begitu melihat wajah Naura memerah
"Dasar mesum!" Omel Naura
Ardan kembali tertawa "Tidak apa, kan sama istri sendiri. Iyakan sayang?" Tanya Ardan kepada Alana
"Iya dong pa" Alana memberikan dua jempolnya
Kemudian Ardan menggendong Alana, ia menatap Naura yang masih terdiam
"Naura, tekadku sudah bulat untuk menikahi mu lagi, tidak akan ku biarkan laki-laki manapun mendapatkan mu, aku akan menebus keterlambatan ku dalam memperjuangkan mu dulu" Ucapnya pelan di hadapan Naura dan Alana
Naura kembali terdiam, setiap kata yang di ucapkan Ardan bisa membuat hatinya tenang. Terlebih tatapan matanya sangat hangat, lebih hangat dari biasanya.
"Aku akan keluar dari rumahmu jika Alana dan Alan mengizinkan aku keluar, tentang kekasih mu mau datang aku tidak peduli tetapi kau harus ingat kata-kata ku, tidak akan aku biarkan laki-laki lain menikahi mu"
"Tetapi aku tidak menginginkan mu dan tidak mencintai mu" Ucap Naura, ia tidak peduli lagi jika di antara mereka ada Alana
Ardan tersenyum dan menatap Naura "Aku akan menunggu kau sampai kau kembali ke hadapan ku, dan aku akan memeluk kau erat karena menginginkan ku, dan sampai kau mengatakan betapa aku merindukan mu dan betapa aku mencintaimu" Ujarnya
Entah dari mana Ardan mendapatkan keberanian, ia kembali tersenyum dan memeluk Naura erat, ia juga mencium puncak kepala Naura. Sebenarnya ia juga terus merasakan rasa khawatir, rasa takut jika Naura menghilang lagi. Ia tidak ada pilihan selain melakukan cara ini
"Naura, kau percaya semua akan baik-baik saja" Ucap Ardan begitu yakin
"Naura" Panggil suara yang tidak asing
Naura membalikkan lalu menghembuskan napas panjang melihat keberadaan Arnold yang tiba-tiba saja, rasa khawatir melanda Naura, merasa kalau Arnold akan meninggalkannya
"Kau punya waktu? Aku ingin bicara?" Ucap Arnold terlihat tenang, sedangkan Ardan kembali tersenyum penuh kemenangan
Naura kebingungan "iya" Ucapnya menyusul Arnold keluar
Naura dan Arnold berjalan ke arah kafe di seberang rumah Nada. Sesampainya mereka duduk di sofa. Arnold menarik napasnya dalam, kenapa rasanya berat sekali sekarang mengeluarkan kata-kata
Arnold kembali menarik napas dan menatap lurus mata Naura "Apa yang sedang kalian lakukan di belakang ku?"
"Sayang yang kau lihat hanya salah paham"
"Memelukmu? Mencium keningmu? Seperti yang di lakukan pasangan suami istri di pagi hari?"
"Sayang, no" Tolak Naura kebingungan dengan persepsi Arnold
"Kenapa kau terlihat ketakutan?" Tanyanya bingung melihat Naura
"Aku akan menikahi mu tetapi aku bertanya-tanya apa benar wanita yang bersama ku saat ini benar-benar mencintaiku" Naura terkejut mendengar pengakuan Arnold, matanya mulai berkaca-kaca, bibirnya seperti tidak bisa bergerak lagi untuk berbicara.
siapa yg mo daftar lagi masih dibuka nih😌