Maura gadis 24 tahun, gadis polos yang sangat penurut. Maura wanita yang baik dan tidak pernah macam-macam. Dia selalu mengalah sejak kecil sampai dewasa.
Memiliki Ibu tiri dan adik tiri yang dua tahun di bawahnya. Membuat Maura mendapatkan perlakuan kurang adil. Tetapi tetap dia sangat mencintai keluarganya dan tidak pernah mempermasalahkan hal itu.
Tapi pada suatu seketika Maura dihadapkan dengan kegelisahan hati. Banyak pernyataan yang terjadi di depannya, pengkhianatan yang telah dia terima dengan adiknya Jesslyn yang ternyata menjalin hubungan dengan calon suaminya dan bahkan calon suaminya tidak menyukainya dan hanya menikah dengannya agar bisa lebih dekat dengan adik tirinya.
Maura juga dihadapkan yang menjadi korban fitnah dari sang ibu tiri. Hal itu membuat Maura berubah dan berniat untuk membalas dendam atas pengkhianatan yang telah dia dapatkan.
Maura melakukan hal yang sama dengan merebut calon suami adiknya. Maura terikat kontrak pernikahan untuk membalaskan dendamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 33 fitting
"Apa kau menuliskan sesuatu yang ada di dalam kontrak itu?" tanya Maura panik.
Rafa mengangkat kedua bahunya dengan senyum yang penuh arti.
"Kau tidak menuliskan sesuatu yang aneh bukan?" Maura bertanya kembali.
"Sebelum menandatangani aku sudah menyuruhmu untuk membacanya dan apapun yang aku tuliskan itu artinya kau setuju dan kau tidak bisa protes setelah mendatangani!" tegas Rafa yang membuat Maura menjadi tidak tenang seperti ada sesuatu yang dimasukkan Rafa.
Rafa malah senyum-senyum sendiri yang membuat Maura semakin curiga.
"Istirahatlah! setelah pulang dari rumah sakit kita kan fitting baju pengantin," ucap Rafa yang langsung keluar dari ruangan Maura.
"Apa maksud dari perkataan dia?" apa yang dia katakan? Apa dia menuliskan sesuatu yang aneh!" Maura tidak bisa tenang sebelum melihat kontrak itu.
Senyum Rafa memang membuat dirinya merasa aneh dan wajar saja jika dia kepikiran. Rafa juga sih berusaha usil dengan Maura.
**
Beberapa hari
Butik Cendasi
Bian yang keluar dari mobilnya memasuki butik tersebut dan langsung menghampiri kasir.
"Tuan Bian!" sapa wanita yang berdiri di depan kasir yang mengenali Bian.
"Kedatangan Saya kemari ingin mengatakan jika fitting baju pengantin bersama calon istri saya tidak jadi dan saya akan membayar kerugian atas pembatalan kontrak kami berdua," ucap Bian.
Bian sudah sangat pasrah. Karena Maura yang memang sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi dan dia sudah berusaha untuk membujuk Maura agar mereka menikah. Tetapi Maura menolak keras dan tetap pada pendiriannya.
"Tetapi bukannya Nona Maura sudah melakukan fitting baju pengantin," ucap wanita itu heran.
"Maksud kamu?" tanya Bian heran.
"Nona Maura baru saja tiba dan sudah memilih beberapa baju pengantin yang akan dia gunakan," jawab wanita itu.
"Apa! Maura melakukan fitting baju pengantin. Apa itu artinya Maura mengurungkan niatnya untuk membatalkan pernikahan dengan Kau dan Dia diam-diam ingin melanjutkan pernikahan itu dan ingin memberiku surprise," batin Bian dengan tersenyum yang tiba-tiba raut wajah datar itu berubah menjadi berseri-seri.
"Akhirnya pernikahanku dan Maura tidak batal. Aku sangat yakin Maura memang tidak akan bisa jauh dariku. Dia Mana mungkin bisa kehilanganku. Maura hanya mencintaiku dan hanya aku satu-satunya laki-laki yang dia inginkan," Bian terlihat begitu percaya diri yang sejak tadi senyum-senyum terus yang membuat pelayan itu benar-benar heran.
"Tuan!" agar wanita itu.
"Hah iya, baiklah kalau begitu saya tidak jadi membatalkan fitting hari ini .... Di mana calon istri saya?" tanya Bian yang benar-benar sudah sangat tidak sabaran.
"Ada di ruangan sebelah tuan?" ucap pelayan.
Bian yang begitu semangat melanjutkan langkahnya dengan menemui Maura.
Sampai akhirnya Bian bertemu dengan Maura yang benar-benar sedang mencoba gaun pengantin. Dari kejauhan 5 meter Bian berdiri di depan pintu dan melihat Maura yang berdiri di depan cermin. Maura tampil begitu cantik dengan gaun pengantin yang mewah yang dia gunakan.
"Kamu ingin memberiku surprise Maura?" Maura dikagetkan dengan suara itu dan langsung membalikkan badannya.
"Kau!" pekik Maura dengan menautkan kedua alisnya.
"Aku sangat yakin jika kemarin kamu marah hanya karena kamu sensitif saja. Ternyata dengan aku mendiamkanmu membuat kamu bisa menenangkan diri dan kembali melanjutkan fitting baju pengantin untuk pernikahan kita yang sudah kita tunda beberapa hari," ucap Bian dengan santai yang melangkah menghampiri Maura.
"Apa yang kau katakan?" tanya Maura bingung
"Kamu memang tidak pernah berubah Maura. Kamu tidak pernah berhasil untuk memberikan surprise kepadaku," Bian terus aja masih sibuk dengan kepercayaan dirinya dan senyum-senyum dan Maura malah heran melihat laki-laki di hadapannya itu seperti orang gila.
"Kamu cantik sekali hari ini Maura. Kamu akan menjadi pengantinku dan kamu akan menjadi pengantin yang paling cantik," ucap Bian.
"Apa yang kau katakan. Sepertinya kau salah paham," sahut Maura.
"Maksudnya?" tanya Bian.
"Bagaimana mungkin kau bisa mengatakan jika aku adalah pengantinmu. Bian kita berdua sudah putus dan aku sudah memutuskan untuk menikah dengan laki-laki lain dan aku bukan pengantinmu!" tegas Maura.
Barulah senyum Bian memudar dengan wajah yang kusut.
"Apa kau bilang?" tanya Bian.
"Justru aku yang bertanya kenapa kamu bisa punya pikiran jika aku adalah pengantinmu," sahut Maura.
"Jadi kau di sini....!
"Benar sekali. Biar aku tegaskan kepadamu aku memang memakai gaun pengantin tetapi aku bukan pengantin. Aku melakukan fitting baju pengantin bersama calon suamiku yaitu Rafa dan sama sekali ini tidak berkaitan denganmu. Jadi kau jangan terlalu percaya diri dan mengatakan Aku adalah pengantinmu. Bian kita berdua sudah putus dan daripada kau terus mengharapkan diriku lebih baik kau ajak saja wanita yang kau cintai untuk mencoba gaun pengantin di tempat ini dan menyusulku menikah bersama dengan Rafa!" tegas Maura dengan tersenyum miring.
Wajah Bian terlihat kesal dengan kata-kata Maura dan bahkan dirinya sudah sangat malu yang menyangka jika Maura akan mengubah keputusannya.
"Jadi kau sengaja memilih butik ini untuk fitting baju pengantin?" tanya Bian.
"Apa maksud mu?" tanya Maura.
"Ini adalah butik di mana kita berdua akan mencoba gaun pengantin. Kita berdua sudah masuk dalam list pertemuan dalam bulan ini dan kau malah datang bersama pria lain. Apa kau sengaja melakukan semua ini?" tuduh Bian.
"Masalah butik ini bukan aku yang menginginkannya dan calon suamiku yang menentukan tempatnya!" tegas Maura membela diri.
"Sudahlah Maura. Aku bener-bener melihat orang lain di dalam dirimu. Aku tidak tahu apa yang membuatmu sekarang berubah menjadi wanita yang seperti ini. Kau sudah merebut calon suami Jesslyn dan sekarang kau dengan sengaja ingin mencoba gaun pengantin di butik yang seharusnya kita berdua ada di sini. Pikiranmu benar-benar sudah sangat kotor!" kecam Bian memberikan penilaian buruk kepada Jesslyn.
"Jaga bicaramu!" tegas Maura yang tidak terima dengan perkataan Bian sampai tangan Maura bergetar memegang erat gaun pengantinnya.
"Ada apa? kau masih mengelak dengan apa yang aku katakan. Maura aku sangat mengenalmu dan aku mengenalmu sejak kecil. Lihatlah kau begitu sombong mengatakan kau akan menikah dengan laki-laki lain, kamu makai gaun pengantin itu dan berbicara seperti ini di depan kok. Seolah kalau begitu sangat bahagia dengan pernikahan. Tetapi Maura aku bisa melihat sendiri jika kau tidak bahagia. Kau terlihat terpaksa melakukan semua itu dan aku tidak tahu kenapa kau harus melakukan pernikahan itu," ucap Bian.
Maura terdiam. Dia seakan tidak bisa berkata-kata, mulutnya tiba-tiba membisu dengan perasaannya yang tidak. Mungkinkah apa yang dikatakan Bian benar. Jika dia memang tidak akan bahagia dengan pernikahannya. Bagaimana bisa dia mencerminkan kebahagiaan dalam pernikahannya jika pernikahan itu hanya secara kontrak dan untuk niat balas dendam
"Maura hentikan semua ini dan kembalilah menjadi dirimu sendiri. Menjadi wanita baik, wanita yang tidak jahat, kau sudah menyakiti keluargamu sendiri dengan kau melakukan semua ini. Maura Apa kau tidak peduli dengan keluargamu yang selama ini sangat kau cintai. Kau adalah wanita yang mencintai keluargamu. Jangan seperti ini Maura dan kembalilah seperti dulu..." Bian berusaha untuk mempengaruhi pikiran Maura.
Ekspresi Maura yang terlihat tidak tenang sudah menunjukkan jika dirinya sangat gelisah dan termakan omongan oleh Bian.
Bersambung
begitulah Rafa menghadapi istri yg lagi hamil
uda lebih baik kamu berubah lebih baik lagi, minta maaf ke maura n minta dia cabut gugatan. biarin bian tenangin diri dulu sampe dia mau tanggung jawab ma bayi mu