NovelToon NovelToon
TABIB KELANA

TABIB KELANA

Status: tamat
Genre:Tamat / Kebangkitan pecundang / Masalah Pertumbuhan / Dokter Ajaib
Popularitas:2.7M
Nilai: 4.8
Nama Author: Muhammad Ali

Mencari nafkah di kota Kabupaten dengan mengandalkan selembar ijazah SMA ternyata tidak semudah dibayangkan. Mumu, seorang pemuda yang datang dari kampung memberanikan diri merantau ke kota. Bukan pekerjaan yang ia dapatkan, tapi hinaan dan caci maki yang ia peroleh. Suka duka Mumu jalani demi sesuap nasi. Hingga sebuah 'kebetulan' yang akhirnya memutarbalikkan nasibnya yang penuh dengan cobaan. Apakah akhirnya Mumu akan membalas atas semua hinaan yang ia terima selama ini atau ia tetap menjadi pemuda yang rendah hati?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Ali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24.

Mumu adalah orang yang cepat terenyuh jika melihat orang yang sedih. Ia juga cepat marah jika melihat teman atau kenalannya disakiti. Ia juga tak tahan melihat penderitaan orang lain jika ia memang punya kemampuan untuk membantu.

Apa lagi ia sudah berniat untuk menggunakan kemampuannya untuk kemaslahatan ummat.

Tapi Mumu juga menyadari batas kemampuannya. Ia tidak akan bersikap gegabah dan sok pandai jika memang ia tak yakin akan kemampuannya.

Menurut Pak Parmadi, tulang punggung mertuanya mengalami keretakan sehingga obat sensei pun belum menunjukkan reaksinya. Menurut hasil rontgen keretakan itu bukan hanya satu dan menyebar sepanjang tulang punggung menuju tulang ekor.

Tapi demi melihat raut kesedihan di wajah Pak Parmadi, Mumu tak sampai hati. Apa lagi kesedihan di wajah pak Parmadi bukan lah sekedar akting belaka, oleh karena itu untuk menyenangkan hatinya berkatalah Mumu, "Kapan Bapak punya waktu untuk pergi ke rumah mertua bapak? Tapi saya hanya sekedar periksa tidak menjanjikan pengobatan."

Menurut Pak Parmadi, rumah mertuanya berada di desa Telaga Baru kecamatan Rangsang Barat.

Mendengar pernyataan Mumu, sontak wajah Pak Parmadi berbinar gembira.

Walaupun Mumu mengatakan tidak mampu mengobati, tapi entah mengapa, asalkan Mumu bersedia untuk memeriksa mertuanya saja rasanya dadanya jadi plong gitu.

Walau pun masih muda tapi Parmadi percaya akan kemampuan Mumu.

'Tak dapat mengobati banyak, mengobati sedikit pun sudah syukur,. Pikir Pak Parmadi.

'Kita tak perlu ke sana, Mumu. Kebetulan mertua saya ada di sini. Mari saya antarkan ke kamarnya."

Sambil masih tersenyum senang Pak Parmadi menuntun Mumu berjalan ke bagian rumah bagian tengah.

Kamar itu lumayan besar. Berukuran 3x3 meter. Jauh lebih besar jika dibandingkan dengan kamar kost Mumu.

Terdapat dua orang wanita yang menjaga di sana. Seorang wanita paruh baya yang berumur sekitar lima puluh enam tahun yang Mumu duga pasti ibu mertua Pak Parmadi. Sedangkan wanita yang seorang lagi pasti istrinya. Cantik dan berjiwa keibuan. Aisyah namanya. Berumur dua puluh tujuh tahun. Berbeda delapan tahun dengan umur Pak Parmadi.

"Buk, Dik, ini Mumu teman Mas. Dia paham sedikit tentang ilmu pengobatan. Jadi dia ingin coba memeriksa Bapak. Apakah dia nanti bisa mengobati atau tidak yang penting kita usaha. Perbanyak do'a."

Pak Parmadi mengenalkan Mumu kepada mertua dan istrinya.

Mereka berdua serentak memandang ke arah Mumu dan tersenyum ramah.

"Terima kasih karena sudah mau datang ke sini untuk mencoba mengobati Bapak." Ucap ibu mertua Pak Parmadi dengan suara pelan dan serak.

"Sama-sama, Mbah. Kita kan sama-sama saudara sudah semestinya tolong menolong." Jawab Mumu dengan sopan. "Ilmu saya belum ada apa-apanya jadi mohon maaf sebelumnya jika nanti saya tak mampu mengobati Bapak."

"Tidak masalah, Nak. Seperti yang dikatakan Mas Parmadi tadi, yang penting kita berusaha. Masalah hasil, kita serahkan saja kepada-Nya."

"Kalau begitu izinkan saya untuk memeriksa Bapak." Mumu mendekati bibir pembaringan.

Mbah Mulyono terbaring miring dengan posisi yang serba salah dan tidak nyaman karena penyakitnya. Jika begerak sedikit dia akan meringis kesakitan.

Sebuah infus dan slang kenc*ng terpasang ditubuhnya.

Mumu mulai memeriksa nadinya. Seperti yang ia duga, sakit tulang Mbah Mulyono berbeda dengan sakit tulang rapuh yang pernah diidap oleh Mala.

Sakit Mala murni berkenaan dengan urat dan saraf.

Sedangkan sakit Mbah Mulyono campur antara saraf dan tulang.

"Bagaimana, Mumu?" Tanya Pak Parmadi tak sabar ketika melihat Mumu membuka mata.

Walaupun dia tak paham seperti apa cara pengobatan Mumu, tapi dia tahu bahwa Mumu sudah selesai mendiagnosa penyakit mertuanya.

"Tulang punggung memang tak bisa saya obati, Pak, Mbah." Ucap Mumu sambil menyapu pandangan ke arah mereka bertiga. Tidak nampak kekecewaan di wajah mereka. Mungkin mereka bertiga sudah menyiapkan mental terhadap hasil pengobatan Mumu. Walau bagaimana pun kemampuan pengobatan Mumu belum terkenal ditambah lagi sosoknya yang masih sangat muda.

"Saya hanya bisa mengurangi rasa sakit dan membetulkan urat saraf di sekitar tulang tersebut serta membetulkan tulang pinggangnya."

"Benarkah?!!!" Tanya mereka serempak seakan tak percaya dengan pendengaran mereka.

Mumu mengangguk, "Insya Allah."

Pak Parmadi maju dan langsung memegang bahu Mumu dengan tangan sedikit gemetar. "Itu semua merupakan anugrah bagi kami. Tolong lakukan yang terbaik, Mumu! Jasamu tak akan kami lupakan."

"Baik, Pak." Mumu tersenyum.

Setelah merendam jarum akupuntur dengan air hangat selama lima belas menit agar seteril, Mumu mulai mengobati pinggang Mbah Mulyono terlebih dahulu.

Setelah menonaktifkan saraf perasa, Mumu segera memperbaiki titik-titik saraf sekitar pinggang setelah selesai ia langsung membetulkan letak tulang pinggulnya agar posisinya kembali ke tempat semula.

Jarum akupuntur menancam di titik-titik tertentu seperti bulu landak.

Mereka yang menyaksikan tampak tegang tanpa berani berkata-kata takut menganggu konsentrasi Mumu.

Tanpa terasa satu jam telah berlalu.

Mumu menyeka keringat yang menganak sungai di wajahnya.

Ia menghirup dan melepas nafasnya untuk menghilangkan rasa lelah. Rasanya nikmat sekali.

"Sudah selesai, Mbah, Pak. Mudah-mudahan sudah tidak apa-apa. Cuma obat sensei itu dilanjutkan saja biar tulang belakang Mbah Mulyono bisa menyatu kembali."

"Terima kasih banyak, Mumu." Wajah Pak Parmadi berseri-seri.

Dia sangat takjub dengan metode pengobatan Mumu yang di luar nalarnya.

"Yuk kita ngobrol di serambi saja, Mumu." Ajak Pak Parmadi. "Dik, tolong siapkan makanan untuk kita ya. Mas ke depan dulu." Ucapnya kepada istrinya.

"B..baik, Mas." Jawab istrinya dengan terbata-bata.

Jantungnya masih berdegup kencang melihat keajaiban di depan matanya.

Jika tidak melihat dengan mata kepala sendiri, dia tak akan percaya jika pemuda yang nampak sederhana dan bersahaja ini ternyata mempunyai ilmu pengobatan yang luar biasa.

Tapi bukti terpampang di depan matanya.

Bapaknya sekarang tidur dalam keadaan tenang, wajahnya tidak lagi nampak kesakitan jika harus begerak. Tanpa sadar mata Aisyah berkaca-kaca, terharu melihat Bapaknya sudah tidak menderita lagi.

...****************...

Sintia Shella yang sedang hamil besar menangis sesenggukan di atas sebuah kasur yang empuk.

Bantalnya basah karena air mata sebagai pertanda bahwa dia sudah menangis dalam jangka waktu yang lama.

Sintia Shella tidak tahu atau mungkin tidak mau tahu bahwa menangis karena stres tidak baik bagi bayi dalam kandungan karena hal ini akan meningkatkan bayi lahir prematur. Jika hal itu sampai terjadi akan berdampak pada paru-paru dan organ vital si bayi karena belum sempurna pembentukannya tapi sudah dilahirkan duluan.

Entah berapa lama Sintia Shella menangis. Akhirnya dia tertidur dengan wajah yang masih menyisakan air mata.

Menangis merupakan pekerjaan berat. Semakin lama menangis maka pasokan oksigen ke otak akan semakin berkurang. Otak akan menangkap sinyal tersebut sehingga membuat tubuh bereaksi dan timbulah rasa kantuk.

Jika dilihat dari keadaanya, sungguh berat masalah yang menimpa Sintia Shella sehingga jiwanya terkejut dan tak mampu mengendalikan perasaannya.

Entah apa masalah yang sedang dia hadapi sehingga Sintia Shella benar-benar terpukul seperti itu.

1
🍾⃝ Wͩᴀᷞɴͧɢᷡɪͣ
duh itu my real named Thor
🍾⃝ Wͩᴀᷞɴͧɢᷡɪͣ: hehehe iya Thor👍
Muhammad Ali: Wah..wah...
Kalau begitu izin ya, Kak
total 2 replies
Husni Aliby
Luar biasa
Mas Uan
wah wahhh...
Ikhwatul Jannah
lah, kok
Ikhwatul Jannah
alaaah, plot baru lagi, ngilangin keseruan plot yg udh ada
Ikhwatul Jannah
author nya wanita ini🥲
Ikhwatul Jannah
gak pas kali potongannya, kayak kepotong gaje ceritanya, coba deh gini, klo mau buat alurnya loncat pake kalimat, beberapa hari berikutnya, beberapa hari setelahnya, jdi di kasih info time skripnya dlu, Bru jelasin latar lainnya, soalnya kalo kek gini lebih terasa ke skip chapternya, tdi sempat liat ch brp yg atas sama yg bawah
Arjuna Singit
bahasa inggris kan bahasa munafik 🤭🤭🤭
Mas Uan
gusdurian tood..
Mas Uan
iya..kasian bapaknya..ndak pernah kamu kasih kalimat bicara tood...
Mas Uan
wah..jahat kali kau tood
Mas Uan
mbak kuntiiiii...
Mas Uan
wkkkkk
Mas Uan
si autood kelahiran 80an yaa.. tulisannya jaman kuno2..
Ajna dillah
pukuli saja mu
Arjuna Singit
nah gitu dong.. jangan Cemen MC nya.merendah boleh Cemen jangan 👍👍👍
Muhammad Ali: Siap, Bang....
total 1 replies
Aku Dia
bagus banget
Muhammad Ali: Terima kasih banyak, Kak
total 1 replies
Mas Uan
apaan tood...bkin salah tafsir aja...
Muhammad Ali: Maaf, Mas Uan
total 1 replies
Mas Uan
cukup anii..cukup...
Muhammad Ali: He he....
total 1 replies
Mas Uan
Wkkkkk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!