Mita Diandra Putri adalah gadis berusia 19 tahun, seorang anak tunggal yang terkenal cerdas dan berprestasi. Dia juga terlahir dari orang tua yang kaya raya, namun dia terlalu larut dalam pergaulan bebas yang pada akhirnya ia terpaksa harus menikah diusia muda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mvin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Raka berjalan keluar dari apartemen dengen sangat terburu-buru Eko merasa kelelahan karena mengikuti langkah Raka yang begitu terburu-buru. Ia juga merasa bingung dengan tingkah Raka yang selalu pulang dalam keadaan tergesa-gesa.
" Raka berhenti dulu, cape nih buru-buru banget si. Kamu mau kemana toh? ".
" Saya buru-buru mau jemput Mita kamu bisa kan pulang sendiri?".
" Enak aja, kamu yang ngajak saya kesini ya kamu anterin saya pulang dong".
" Bukannya kostan kamu deket dari sini? ".
" Ya deket si tapi kalau jalan kaki pegel toh".
" Ya udah saya bayarin ojek kamu aja".
" Raka, kamu tenang dulu. Saya yakin Mita juga pasti udah pulang mana mungkin dia nunggu kamu sampai jam segini".
" Huuufft terus gimana dong? Mita pasti ngambek lagi sama saya". Raka membuang nafas panjang lalu tertunduk lesu.
" Anterin saya pulang dulu, nanti di jalan saya kasih tips biar Mita ga marah sama kamu".
" Beneran ampuh ga? ".
" Ya di coba dulu toh kalau belum di coba mana tahu".
" Ya udah ayo".
Raka dan Eko masuk ke dalam mobil menuju kostan tempat Eko tinggal.
" Akhir-akhir ini saya sering ribut sama Mita, salah satunya ya karena ini tapi saya juga tidak tega kalau membiarkan Haura berjuang sendirian".
" Memangnya mba Haura ini siapanya kamu? ".
" Haura teman baik saya waktu kuliah, dia udah ga punya siapa-siapa lagi. Belum lama ini suaminya meninggal dan bisnisnya bangkrut. Saya ga tega lihat dia begitu jadi tanpa sepengetahuan Mita saya membatu Haura secara diam-diam tapi kita malah jadi sering berantem".
" Hoalah begitu ya, malang sekali nasib mba Haura padahal orangnya cantik dan baik sayang sekali".
" Kamu jangan macem-macem ya, gimana pun saya akan jagain Haura dari laki-laki yang ga jelas" .
" Wah maksud kamu saya ga jelas, enak aja".
" Ah sudah lah, udah mau sampe nih jadi gimana tipsnya? ".
" Oke baiklah, tips yang pertama kamu jujur sama Mita, tips yang kedua kamu harus sering bawain hadiah buat Mita dan tips yang ketiga kamu mikir sendiri. Hahah". Eko tertawa terbahak menggoda Raka yang terlihat serius mendengarkannya.
" Cuma itu tipsnya? Kamu ngerjain saya ya".
" Yang penting saya udah kasih tipsnya, udah pak Raka tolong berhenti di sana. Makasih ya atas tumpangan nya".
" kamu ini ya".
Raka meminggirkan mobilnya kemudian Eko turun dan Raka langsung menancapkan gasnya menuju rumahnya. Di sepanjang perjalanan Raka memikirkan tips dari Eko, ia jadi teringat jika ia jarang sekali memberi Mita hadiah tapi ia tidak tahu hadiah apa yang Mita sukai. Tiba-tiba Raka melihat sebuah toko bunga yang ada di pinggir jalan, ia pun akhirnya meminggirkan mobilnya dan berniat membelikan bunga untuk Mita.
" Silahkan mas mau pilih bunga yang mana? ".
" Hmm kalau bunga buat perempuan biasanya bunga apa ya mba? ". Raka bertanya pada penjual bunga yang melayaninya, ini pertama kalinya ia membeli bunga jadi ia tidak tahu harus memilih bunga apa.
" Untuk pacarnya mas? ".
" Bukan mba, buat istri saya".
" Oh, kebetulan kami punya mawar merah sudah di rangkai berbentuk love tapi mas juga bisa pesan dulu kalau mau bentuk yang lain".
" Saya beli yang tadi aja mba".
" Baik mas, saya siapkan dulu pembayarannya di sebelah sana ya mas".
" Terimakasih ya mba".
" Sama-sama mas".
Raka pergi ke tempat kasir lalu membayarnya. Dan tak berselang lama buket bunga mawar berbentuk love itu pun sudah bisa ia bawa pulang. Raka keluar dari toko bunga dengan membawa buket bunga untuk Mita. Ia tersenyum lebar membayangkan bagaimana ekspresi Mita saat ia berikan bunga ini. Tak ingin berlama-lama Raka pun segera masuk ke dalam mobil dan melajukan mobilnya menuju rumah.
...******...
Di lain tempat, Mita baru saja keluar dari mini market. Perutnya terasa sangat sakit dan melilit, setiap datang bulan Mita selalu seperti ini namun kali ini keadaannya sangat tidak tepat dan sangat memalukan baginya. Andaikan Raka yang menjemputnya pulang, mungkin ia tidak akan merasa malu pada Rangga. Apalagi dia baru kenal dengan Rangga tapi sudah sangat merepotkannya. Mita keluar dari mini market sambil memegang perutnya yang terasa tidak nyaman. Dan disana sudah ada Rangga yang menunggunya.
" Udah selesai? Ini minum dulu".
" Apa ini? ".
" Air hangat".
" Kamu dapet ini dari mana? ".
" Kamu ga perlu tahu, minum aja dulu". Rangga melihat Mita yang ragu-ragu meminumnya.
" Kamu ga perlu khawatir aku beli dari warung kopi sebrang sana, dan itu aman ga aku kasih apa-apa".
" Hmm makasih ya". Mita meminum air hangat itu, lalu ia meminta untuk segera pulang karena ia merasa tidak nyaman dan selain itu ia takut jika Raka salah paham dan marah padanya.
" Kita jalan lagi yu, aku pengen istirahat. Maaf ya aku jadi ngerepotin kamu. Aku juga sebenernya malu sama kamu".
" Haha kamu santai aja, aku ngerti ko. Aku juga punya adik cewek jadi sedikit banyaknya aku tahu tentang cewek".
" Oh gitu ya". Mita hanya manggut-manggut dan tak menyangka jika Rangga yang di kenal sombong di kampus ternyata orang yang begitu hangat dan lembut.
" Ya udah yu aku anter kamu pulang. Ini helm nya pakai ya".
" Oke".
Mita memakai helm lalu naik ke motor gede milik Rangga dan kemudian motor itu pun melaju ke arah yang Mita tunjukkan. Karena mereka mengendarai motor jadi perjalanan macet pun bisa di lalui dengan mudah dan sampai lah mereka di depan cluster rumah Mita dan Raka. Mita meminta Rangga untuk menurunkannya di sana, karena ia takut jika Raka sudah tiba lebih dulu di rumah. Ia juga tidak ingin Rangga mengetahui dimana rumah Mita berada jadi ia memaksa Rangga untuk menurunkannya di depan cluster.
" Rangga, aku turun disini aja. Udah deket ko".
" Kamu yakin? Aku antar sampe rumah aja ya".
" Ngga, ngga, orang tua ku bisa marah kalau aku dianterin cowok. Jadi aku turun disini aja ya".
" Oh gitu, ya udah".
Rangga menghentikan motornya lalu Mita turun dari motor Rangga dan memberikan helm milik Rangga.
" Ini jaketnya? ".
" Kamu pakai aja dulu"
" Ya udah nanti aku balikin di kampus ya. Makasih ya".
" Sama-sama Mita".
Mita melambaikan tangannya kemudian berjalan menuju ke arah rumahnya yang sebenarnya masih lumayan jauh jika berjalan kaki. Begitupun dengan Rangga yang langsung melajukan motornya. Rangga sempat berpapasan dengan mobil yang dikendarai oleh Raka. Tiba-tiba Rangga merasa tidak tega pada Mita. Ia seharunya tidak meninggalkan Mita begitu saja dalam keadaan Mita yang sedang sakit. Jadi ia memutuskan untuk berbalik arah dan mencoba memaksa Mita untuk diantar sampai rumah. Namun dari jauh Rangga melihat mobil yang berpapasan tadi berhenti lalu Mita naik ke mobil tersebut. Karena rasa penasarannya Rangga pun mencoba mengikuti mobil yang di kendarai Raka tersebut.