Luna Shang Yuan adalah Ratu dari Kerajaan Shang Yuan, sebuah negeri yang makmur dan kaya raya. Di bawah kepemimpinannya, Shang Yuan mencapai puncak kejayaan, dengan rakyat yang sejahtera dan perdamaian yang terjaga. Namun, meski berada di puncak kemakmuran, hati Luna merindukan petualangan dan kebebasan. Dia memutuskan untuk melepaskan diri dari tugas kerajaan dan berkelana mengelilingi dunia.
Dengan mengenakan hanfu yang anggun dan membawa seruling serta belatinya, Luna memulai perjalanannya. Dia melintasi berbagai negeri, dari hutan belantara hingga pegunungan yang tertutup salju, bertemu dengan berbagai suku dan bangsa. Sepanjang perjalanan, Luna menggunakan suara merdunya untuk membawa kedamaian, menyembuhkan hati yang terluka, dan mengusir kegelapan yang mengancam.
Luna segera menyadari bahwa takdirnya lebih besar daripada sekadar berkelana. Luna menginspirasi banyak orang dan menciptakan legenda yang akan dikenang sepanjang masa.
[Soundtrack mp3: Indila Instrumental]
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Setsuna Ernesta Kagami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjamu Sang Ratu
Malam turun dengan tenang di Desa Feng Hua. Cahaya bulan menyinari desa dengan lembut, menciptakan bayangan panjang dari pepohonan yang berjajar di sepanjang jalan. Hanya beberapa penduduk desa yang masih terlihat dan bekerja diladang, sebagian besar telah kembali ke rumah.
Hawa dingin malam membuat desa semakin sepi dan sunyi.
Luna dan Ning Long berdiri di depan gerbang desa yang megah. Suasana sepi menyelimuti mereka, hanya suara gemerisik dedaunan yang terdengar. Luna menatap ke kejauhan, ke arah hutan yang gelap, seolah-olah hatinya tertarik untuk pergi jauh dari desa tersebut.
"Nona, kau telah menyelamatkan desa ini. Tanpamu, aku mungkin tidak akan kembali dengan selamat. Sebagai ungkapan terima kasih, izinkan aku menjamumu di kediamanku malam ini. Aku akan menyiapkan makanan terbaik yang kami punya, meskipun desa kami sederhana."
Luna tersenyum tipis, tetapi ada keraguan di matanya. "Aku menghargai tawaranmu, Ning Long. Namun... aku merasa lebih baik jika aku pergi sekarang. Ada sesuatu yang membuatku ingin menjauh dari semua orang, ini adalah takdirku."
Suara Luna tenang namun terdengar sedikit berat, mencerminkan pergulatan batinnya. Dia tidak ingin terlalu terlibat dalam urusan desa ini, mungkin karena takut membawa lebih banyak bahaya, atau karena merasa bahwa dia harus tetap berada dalam bayang-bayang, jauh dari sorotan.
Ning Long menatap Luna dengan penuh perhatian. Dia bisa melihat ada sesuatu yang tidak diungkapkan Luna. Meski begitu, Ning Long merasa bahwa Luna tidak perlu merasa khawatir akan keberadaannya di desa.
Ning Long mendekat, berbicara dengan lembut namun penuh keyakinan untuk tetap mengajak Luna. "Nona, aku mengerti. Kau mungkin merasa bahwa kehadiranmu bisa membawa masalah. Tapi percayalah, semua orang di sini akan berterima kasih atas apa yang telah kau lakukan. Mereka akan menganggapmu sebagai pahlawan, dan... mungkin juga sebagai teman mereka. Kami hanya ingin menunjukkan rasa terima kasih kami. Selain itu, mungkin kau bisa beristirahat sejenak. Malam ini, desa sepi, dan suasana tenang. Kau bisa merasa aman di sini."
Luna terdiam sejenak, matanya tetap menatap Ning Long. Ada kekhawatiran di hatinya, namun dia bisa merasakan ketulusan dalam kata-kata Ning Long. Dia tahu, dalam hatinya, dia sebenarnya merindukan kedamaian yang ditawarkan desa ini, meskipun hanya untuk sesaat.
Luna menghela napas dalam, lalu tersenyum tipis. "Kau terlalu pandai, Ning Long. Baiklah, aku akan menerima tawaranmu. Tapi hanya untuk malam ini. Aku tidak ingin menjadi beban atau membuat desa ini terlibat dalam masalah yang tidak perlu."
Ning Long tersenyum lega, matanya berbinar. "Kau tidak akan pernah menjadi beban, Nona. Kehadiranmu adalah kehormatan bagi kami. Ayo, mari kita ke rumahku. Di desa ini, kau akan selalu diterima dengan hangat."
Luna mengikuti Ning Long menuju kediamannya, langkahnya pelan. Dia masih merasa ragu, namun ada sedikit kehangatan di hatinya. Malam itu, desa Feng Hua begitu tenang dan sepi, angin malam berhembus lembut, seolah menyambut kedatangan Luna dengan menyisipkan sedikit kesedihannya terhadap shang yuan.
Di dalam rumah Ning Long yang besar dan nyaman, suasana terasa hangat. Sebuah tungku kayu membara di pojok ruangan, memberikan kehangatan di malam yang dingin. Meja makan sederhana di tengah ruangan sudah dipenuhi dengan hidangan khas desa, makanan sederhana namun terlihat lezat dan menggugah selera. Ning Long mempersilakan Luna duduk di kursi kayu yang diukir halus.
'dengan kekuatan bulan, akan menghukummu'
semangat terus