NovelToon NovelToon
Takdir Cinta Allah

Takdir Cinta Allah

Status: tamat
Genre:Tamat / Dosen / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:10.6k
Nilai: 5
Nama Author: ell lestari

Kehidupan Nazela begitu terasa sesak. Iya,dia bisa menajali hidup sesuai keinginan nya namun,tak ada hari tanpa berdebat dengan sang mamah yang ingin anaknya menjadi dokter. Keputusan Nazela menjadi seniman membuat sang mamah murka setiap harinya,hingga membuat Nazela sesak setiap kali melihat mamahnya.


Namun kehidupannya mulai berubah ketika sang sahabat mengenal kan nya pada Islam. Nazela memang seorang muslim namun ia cukup jauh dari kata taat karna background keluarga nya. Pola pandang Nazela mulai berubah ketika Sabrina mengenalkan nya pada tempat bernama pesantren. Ia mulai belajar mengenal Islam lebih dalam hingga ia merasa nyaman dengan hijab dan baju baju panjang yang tak membentuk lekuk tubuh nya. Ia akhirnya ia harus menghadapi berbagi macam ujian hidup termasuk ujian percintaan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ell lestari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Luka hati

"Assalamualaikum wa rahmatullah. Assalamualaikum wa rahmatullah"

Nazala menolehkan kepalanya ke arah kana kiri, ia menadahkan tangannya memohon ampunan kepada sang Khaliq. Kini Nazela mulai taat akan sholatnya walau sedang tidak bersama Nazela. Dia memejamkan matanya begitu khusyuk, seakan ia sedang bertatap muka dengan tuhannya.

"Permisi, paket!!"

Tiba tiba suara asing terdengar dari luar rumahnya, mengganggu kekhusyukan Nazela yang sedang menikmati momen indah dengan tuhannya.

"Paket, mba! Ibu! Mas! Pak"

Ulangnya lagi suara sang kurir, membuat Nazela mendengus kesal namun nampak tenang.

"Iya sebentar!"

Ujar Nazela dari dalam rumahnya, dengan masih mengenakan mukenanya, ia berjalan keluar untuk menemui orang yang menunggunya namun terasa mengganggu.

"Sore mba!"

"Ia mas"

"Opo bener niki umah e mba Nazela?"

"Iya saya sendiri"

"Punten mba, niki ono paket buat mba Nazela dan ibunya"

Sang kurir dengan sopan memberikan barang yang di bawanya

"Dari siapa ya mas?"

Dengan sedikit bingung, Nazela menerima barang yang di maksud kurir. Barang berupa parsel buah dan sekantung buah Naga segar.

"Pengirim e ndak bilang mba, tapi dia pesen mba e suruh ambil buah Naga dan parsel buah e buat ibu e mba!"

Ujar sang kurir dengan jujur

"Ok, makasih mas"

"Enggih mba, kalo gitu saya permisi dulu. Assalamualaikum"

"Waalaikumussalam"

Dengan mengendarai motornya, sang kurir meninggalkan barangnya tepat di alamat yang di tuju nya. Sambil melihat setiap sisi parsel yang di pegang nya, Nazela terus berpikir siapa orang yang mengirimkan nya itu.

"Afkar?"

Ucapnya menebak

"Kan cuman dia yang tau mamah kecelakaan, terus dia juga yang tau gue suka buah Naga. Ah, mas Faiz juga tau"

Gumam Nazela terus menebak nebak. Ketika ia membuka plastik pembungkus buah Naga, ia tak sengaja menemukan secarik kertas penuh tulisan tangan, tanpa ragu Nazela langsung mengambil nya.

Jaga mamah mu yo!! di potongin buah nya! terus iki aku beli buah naga buat kamu , biar kamu ndak iri sama mamah mu. Di makan!

^^^*ADZ*^^^

"ADZ? siapa ya?"

Raut wajah bingung nya nampak begitu jelas ketika Nazela membaca sebuah inisial sang pengirim parsel.

"Mas Faiz? tapi di sini gak ada konsonan F. Ini Afkar sih pasti, gue tanya aja kali ya? tapi kan gue gak punya nomer nya Afkar. Gue gila sih, selama ini gue kerja, tapi gak punya nomer atasan gue sendiri"

Umpat Nazela pada dirinya sendiri, bibirnya nampak menyiratkan kegembiraan saat ia melihat buah Naga yang ada di genggaman nya itu. Tatapan matanya seakan menjelaskan betapa senang hatinya mendapat perhatian dari pengirim anonim yang hanya bisa ia tebak namun penuh keyakinan.

Nazela berjalan menuju dapur rumah nya, ia melepas mukena yang masih menutupi setengah tubuhnya itu. Dengan penuh ke ikhlaskan, ia mengambil sebilah pisau lalu menyingsingkan lengan bajunya. Dengan perlahan ia memotong beberapa buah dalam parsel dengan penuh ke hati hatian, Nazela memotong nya begitu cantik dan rapih, lalu di letakan nya di atas piring putih nan bersih.

Nazela membuka pintu kamar mamahnya dan mendapati mamahnya yang sedang berbaring merintih kesakitan. Ungkapan wajah Nazela mengatakan bahwa ia khawatir akan keadaan mamahnya itu, namun rasa egonya masih menguasai hati dari pada rasa ibanya. Seketika raut wajahnya berubah masam saat ia mulai berjalan ke arah ranjang tidur mamahnya.

''Ada kirima buah''

Ujar Nazela cetus saat Farah (mamahnya) menatap kedatangannya

''Dari siapa nak?''

''Afkar kali''

''Anaknya bu Zulfa tadi?''

Tanya Farah dengan wajah penuh senyuman

''Hemm''

Jawab singkat Nazela

''Buahnya udah aku potongin, jadi mamah gak usah ganggu aku, aku mau istirahat di kamar"

Sambung Nazela lagi dengan cetusnya

''Makasih ya nak''

''Ya''

Nazela mungkin nampak tak berekspresi di hadapan mamahnya, namun sorot matanya menggambarkan tanda kasih sayang yang besar. Tanpa basa basi, Nazela hendak meninggalkan mamahnya lagi. Namun langkahnya terhenti saat Farah memanggilnya lirih.

''Zel!!''

''Apa lagi?''

Respon Nazela ketus

''Makasih ya nak. Maafin mamah!''

Tanpa terasa air mata Farah mengalir lembut, memancing kesenduan pada mata Nazela

''Mamah masih tau kata maaf? setela kehancuran yang aku rasain selama ini?''

''Mamah sadar itu, dan di saat mamah kecelakaan pagi tadi, kamu yang mamah pikirkan. Mamah takut kalo Allah memanggil mamah sebelum mamah dapet kata maaf dari kamu, sebelum mamah melihat......''

''Melihat apa? kelulusan aku? kesuksesan aku? aku juga gak berharap mamah untuk melihat itu. Dan aku juga gak berharap mamah mati, jadi aku mohon, bertahan! sampe aku tunjukin ke mamah kalo aku bisa jadi diri aku sendiri tanpa mamah''

Dengan emosi yang tak tertahankan, Nazela memotong ucapan mamahnya. Air matanya mengalir begitu deras, selama ini ia tak pernah menunjukkan tangisnya di hadapan sang mamah. Wajahnya yang memerah, menahan semua amarah dalam jiwanya selama ini, nafasnya terdengar tak beraturan, ingin rasanya ia berteriak kencang.

''Jangan pernah mamah berpikir untuk pergi ninggalin aku dulu, sebelum mamah menyaksikan kesuksesan yang aku dapat dari kesakitan yang mamah kasih ke aku selama ini''

Tangis keduanya pecah, dengan perasaan yang berbeda mereka mengungkapkannya dalam tangisan.

''Zel!!''

Panggil Farah lirih

''Mungkin kalo aku gak punya Sabrina, aku gak akan lagi panggil mamah dengan sebutan mamah. Karena keimanan yang Sabrina tumbuhkan dan Sabrina ajarkan dalam diri aku, mamah masih bisa dapet gelar terbaik mamah, dengan semua keegoisan yang mamah kasih ke aku''

Dengan suara bergetar, Nazela mencoba mengungkapkan isi hatinya yang selama ini ia pendam dalam dalam. Bendungan air Matanya tak kuat lagi menahan emosi hatinya, Nazela yang tak ingin menangis keras di hadapan mamahnya langsung pergi berlari dari dalam kamar mamahnya.

''Maafin mamah sayang, maafin mamah''

Ujar Farah dengan deraian air mata penyesalannya, ia meringkuk mengeluhkan semua kesalahannya dalam tangis dan lukanya di atas ranjang tidur.

*****

Sambil memeluk beberapa buku dalam dekapannya, Sabrina berjalan menuruni anak tangga gedung kampusnya itu. Tingkahnya yang selalu ceria, membuat siapa saja yang di dekatnya ikut bahagia.

''Sabrina!!''

Terdengar seruan memanggilnya, dengan spontan sabrina menoleh dan mendapati seorang laki laki tampan berwibawa berdiri menghadapnya dengan sentuhan senyum tegas di wajahnya.

''Pak Malik''

Tutur Sabrina, ya dia Malik. Melihat Sabrina yang sudah berhenti karena panggilannya, Malik langsung berlari untuk menghampirinya.

''Kamu udah mau pulang?''

''Iyo pak''

''Mau bareng lagi? kamu kan gak bawa mobil''

''Yo piye aku nek bawa mobil? wong pak Malik maksa aku tok?''

Ungkapan Sabrina itu membuat Malik tersenyum tipis

''Jadi gimana? mau pulang bareng lagi?''

''Loh pak Malik ndak ono kelas meneh tok?''

''Gak ada, soalnya jadwal bimbingan saya di majuin jadi saya bisa balik lebih awal''

''Pak Malik ndak ono rapat? opo kumpul kumpul gitu sama dosen lainnya? opo tugas tugas gitu?''

''Kamu tuh kenapa sih Sab? kaya gak mau banget pulang sama saya''

''Oh, oh, bukan e gitu pak. Cuman aku ndak enak aja, moso pulang karo pak Malik meneh''

Ujar Sabrina terbata bata

''Gak papa Sab, saya seneng kok, di mobil saya jadi punya temen ngobrol''

''Bener yo, ndak popo?''

''Iya bener Sab''

''Ok, tapi sebelum pulang aku nek makan dulu. Pak Malik nek anter aku?''

''Boleh, saya juga laper''

''Ok, kalo gitu biar aku sing bayar. Sebagai tanda terimakasih ku, karena pak Malik dah mau jadi supir pribadi ku hari ini''

''Ok, deal ya?''

Dengan acungan jempolnya, Sabrina menyetujui apa yang Malik katakan, dan Sabrina langsung mengikuti Malik menuju mobilnya.

''Jadi kamu mau makan rawon?''

Tanya Malik pada Sabrina yang mengajaknya berdiri di depan pintu masuk sebuah warung makan tradisional di tepi jalan yang terlihat cukup padat pelanggan.

''Iyo, pak Malik harus coba! rawon nang kene uwenak pol''

Jawan Sabrina dengan ekspresi cerianya. Tanpa pikir panjang, Sabrina langsung masuk dan memilih tempat duduk yang belum terisi. Dengan kepercayaannya, Malik mengikuti tiap jengkal langkah Sabrina dengan pandangan yang terus melihat lihat tiap sudut yang ada tempat makan pilihan Sabrina itu. Sabrina yang sudah biasa datang ke tempat itu, tanpa ragu langsung memesan makanannya dan Malik yang baru pertama kali datang hanya menyetujui apa yang Sabina tawarkan.

''Kamu baisa ke sini sama siapa Sab?''

''Sama Nazela, tapi dia ndak pernah mau makan rawon''

''Kenapa?''

''Katanya aneh, soale kuah e hitam. Belum tahu aja roso ne muantep pol''

''Terus dia kalo ke sini makan apa?''

''Yo bakso Malang tok, jadi yo aku males ngajak dia lagi. Wong aku iku, sengojo ngajak dia ke sini biar nek iso nyobain rawon, tapi ndak pernah mau. Dari podo aku berantem gara gara rawon''

''Kalian sering berantem?''

Tanya Malik sedikit terkekeh mendengar ulasan yang Sabrina beberkan

''Yo pasti''

''Emang kalian udah temenan berapa lama sih Sab?''

''Udah, nek masuk empat tahun kali yo, solae dari awal kita masuk kuliah. Dan aku jadi deket sama Nazela iku pas bareng nang kelas bahasa Inggris''

Malik mengangguk paham apa yang Sabrina terangkan, sorot matanya seakan ingin tahu lebih banyak tentangnya, tentang Sabrina? atau justru Nazela?. Hanya Malik yang tahu maksud hatinya.

''Pak Malik suka karo Nazela?''

Tanya Sabrina tiba tiba, membuat Malik terkejut dan salah tingkah. Namun fitur wajahnya yang tegas dapat menutupi kegelisahannya.

''Kok kamu tiba tiba nanya gitu Sab?''

''Yo soale pak Malik terus mancing aku buat ngomongin Nazela. Ohhhhhh, aku paham saiki''

''Paham apa?''

''Pak Malik sengaja tok? maksa aku buat berangkat dan pulang bareng, supaya iso dapet informasi tentang Nazela?''

Tanya Sabrina dengan tatapan penuh kecurigaannya.

''Kamu tuh pasti laper ya?''

Ujar Malik mengalihkan pembicaraan, dengan kesal Sabrina menatap Malik sinis tanpa menjawab apa yang Malik tanyakan.

1
Alisa AlfaMadda
masa udah ending aja sihhh🥺🥺
Musdalifa Ifa
bagus sekali Thor ceritanya 👏
Alisa AlfaMadda
ikut bahagia 🥰
Alisa AlfaMadda
lanjuuttt kak
Alisa AlfaMadda
suka part ini....💐💐💐💙
Alisa AlfaMadda
lanjuutttt
Alisa AlfaMadda
😭😭😭
Alisa AlfaMadda
💐💐💐
Alisa AlfaMadda
♥️♥️♥️
Alisa AlfaMadda
lanjut.....
Indah Lestari: tunggu update nya ya kak!! mungkin malem ini baru bisa di up😊😊
total 1 replies
Alisa AlfaMadda
semangat kak...
laelathul munawaroh
kerenn 👏
laelathul munawaroh
semangattt author ku 💪👏👏
Alisa AlfaMadda
semangat kak....update yg banyak lagi...☺️🥰❤️❤️
Nick and Judy
Suka banget sama karakter dalam cerita ini, semoga terus berkembang 🌟
Rukawasfound
Romantisnya cerita ini bikin saya ingin merasakan kisah seperti ini😊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!