Karena takut dikeluarkan dari sekolah dan dicabut beasiswanya, Dara terpaksa menyembunyikan kehamilan dan melahirkan bayinya di sekolah.
Dara tidak sendirian tapi dibantu oleh ayah sang bayi dan anggota geng motornya. Bisakah mereka menyembunyikan dan membesarkan bayi itu sampai mereka semua lulus sekolah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DHEVIS JUWITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menemui Adam
Sepulang sekolah, Galang ingin melihat Dara. Pemuda itu menunggu Dara keluar dari kelas seperti yang biasa dia lakukan dulu.
Namun, Dara tidak muncul yang membuatnya merasa cemas.
"Di mana Dara?" gumam Galang. Dia akhirnya bertanya pada teman sekelas gadis itu dan ternyata setelah pelajaran olah raga Dara tidak mengikuti pelajaran selanjutnya.
Galang semakin cemas, dia ingin menyelinap ke kamar asrama Dara tapi aksinya diketahui oleh Fiona.
"Mau apa kau?" tegur Fiona ketika Galang akan naik ke atap asrama.
"Akh!" Galang terjatuh karena kaget.
Pemuda itu memegangi bokongnya, Galang mendengus kesal pada Fiona yang membuatnya terjatuh.
"Kau pasti mau mengganggu Dara, 'kan?" lanjut Fiona seraya mengacak kedua tangannya di pinggang. "Tidak akan aku biarkan!"
"Apa hakmu? Kau itu bukan siapa-siapa, sementara aku pacarnya Dara," balas Galang tidak mau kalah.
"Pacar?" Fiona rasanya ingin tertawa terbahak-bahak di sana. "Pacar toxic?"
"Apa maksudmu? Kau itu tidak tahu apa-apa jadi lebih baik diam!" Galang semakin kesal. Dia ingin melanjutkan memanjat tapi Fiona lagi-lagi menghalangi langkahnya.
"Aku sudah tahu semuanya," ucap Fiona. Dia tidak akan membiarkan Galang mengganggu Dara yang suasana hatinya baru saja tenang.
Galang terdiam sejenak tapi dia berusaha tidak menghiraukan gadis itu.
"Dara sedang tidak baik-baik saja, apa kau ingin terjadi sesuatu pada bayi kalian?" tambah Fiona.
Mendengar itu, Galang langsung turun dan langsung menutup mulut Fiona, dia menarik tangan gadis itu untuk mencari tempat aman.
"Apa Dara memberitahumu tentang kehamilannya?" cecar Galang.
Fiona mengambil sesuatu dari tas selempang yang dia pakai sekarang. "Aku baru saja dari sekolah untuk mencari ponsel Dara!"
Ponsel Dara sudah dalam keadaan hancur dan Fiona memberikannya pada Galang.
"Kau mau tahu, apa yang terjadi?" Gadis itu memperlihatkan potret Dara yang tertidur dengan lebam di wajahnya. "Ini semua karena ulahmu!"
Galang tentu saja semakin terkejut, bagaimana mungkin Dara seperti itu karena dirinya.
Namun, semua itu terjawab ketika Fiona menceritakan perundungan yang dialami oleh Dara dan semua itu terjadi karena postingan dari Galang.
"Dara sudah cukup menderita jadi jangan buat dia semakin menderita lagi, bahkan dalam keadaan seperti ini, Dara tidak bisa memperjuangkan keadilan demi bayi kalian," ucap Fiona setelah selesai bercerita.
"Lebih baik kau jangan melakukan apapun," lanjutnya.
Galang tidak bisa membalas perkataan Fiona karena sangat menyesali apa yang terjadi. Air matanya sampai menetes, rasanya sudah lama dia tidak menangis.
Dengan keadaan menyedihkan seperti itu, hanya satu orang yang terlintas dipikiran Galang, kakaknya Adam.
Membuang harga dirinya yang tinggi, Galang menemui kakak laki-laki yang selalu dibandingkan dengan dirinya itu.
Berbeda dengan Galang yang masih tinggal di kediaman keluarga Bamantara, Adam tinggal sendirian di sebuah penthouse.
"Galang?" lelaki itu tidak percaya ketika melihat layar interkom sebelum membuka pintu.
Galang tidak pernah mau berbicara dengannya, pasti ada sesuatu yang penting.
Buru-buru Adam membuka pintu, kebetulan dia baru saja pulang dari kantor.
"Apa kau berkelahi dengan mama dan papa lagi?" tanya Adam. Dia tahu kalau Galang tidak suka pertanyaan basa-basi.
"Pinjami aku uang," balas Galang.
Adam semakin terkejut mendengar tujuan Galang menemuinya, walaupun tidak makan seminggu sepertinya adiknya itu memilih mati di jalanan daripada meminjam uang darinya.
"Masuklah terlebih dahulu!"