MENIKAHI ANAK BOS PAPAKU

"Kenapa ?" tanya Alka saat melihat Giska yang masih termenung di depan pintu masuk.

Deo dan April baru saja pulang dan itu yang membuat hati Giska resah.

"Tidak." Giska menggeleng. Ia kemudian membalikan badannya dan langsung masuk. Sedangkan Alka, menutup pintu yang ada di belakangnya lalu menyusul Giksa yang duduk di ruang tengah.

"Besok aku harus masuk kerja. Ada rapat penting yang harus aku hadiri." kata Alka yang duduk di depan Giska.

"Pergilah. Aku juga harus masuk kampus. Walaupun sebenarnya hatiku rasanya masih sakit namun aku tak mungkin harus berdiam diri terus di sini."

"Baguslah."

"Alka, dari tadi ponselmu berdering. Nggak mau diangkat?" tanya Giska saat melihat ponsel Alka yang ada di atas meja kembali berbunyi.

"Biar saja."

"Kayaknya yang menelepon namanya Rihana."

"Aku tahu."

"Pacar mu ya?"

"Mantan pacar."

"Wah, cinta lama bersemi kembali dong."

"Tidak juga. Aku menjalin kerja sama dengan perusahaan dari Singapura, ternyata itu perusahaan orang tua Rihana."

"Rihana itu, pacar kamu yang di Amerika kan?"

Alka mengangguk. Ia ingat pernah menceritakan itu pada Giska.

"Dia tahu kalau kamu sudah menikah?"

"Yang tahu kan hanya Rudi."

"Dia pasti cantik."

Alka terkekeh. "Mana pernah sih aku pacaran dengan yang nggak cantik?"

"Kalau menikah dengan yang nggak cantik?"

Alka mengerutkan dahinya. "Maksudmu, kamu tidak cantik? Kamu cantik tapi terlalu imut. Tinggi badanku saja 180 cm. Kamu?"

"162 cm. Itu sih kalau nggak salah ingat."

"Aku suka cewek yang tingginya nggak beda jauh dariku. Aku juga suka yang lebih dewasa."

"Kalau Rihana?"

"Usianya satu tahun lebih tua dariku. Tingginya 175cm."

"Waw."

"Dulu saat papa dan mama ke Amerika, aku pernah kenalkan Rihana dengan mereka. Papa langsung suka dengan Rihana karena selain cantik, dia juga sangat pintar. Hanya mama yang terlihat biasa saja."

"Kalau dia calon yang disukai papamu, kenapa nggak diteruskan?"

"Ada Kelly."

Giska menarik napas panjang. "Terkadang orang bilang, selingkuh itu lebih manis dari pasangan sah. Tapi, aku bersyukur, ayah tak pernah menikah lagi walaupun banyak wanita yang menyukainya. Ada sepupu ibu, usianya 7 tahun lebih muda dari papa. Ia janda, anaknya satu dan suaminya meninggal karena sakit. Aku juga suka padanya. Namun ayah selalu berkata bahwa tak ada wanita yang bisa menggantikan ibuku. Aku juga ingin punya kisah manis seperti mereka."

"Papa juga tak menikah lagi setelah mama meninggal. Memang waktu istri pertama papa meninggal, papa menikah lagi dengan mamaku. Tapi papa mengatakan, hanya dengan mamaku papa merasakan apa itu cinta. Karena istri pertama papa dijodohkan dengan papa."

"Aku ingin memiliki kisah seperti ayah dan ibuku. Walaupun maut sudah memisahkan namun masih setia. Semoga Deo bisa menjadi lelaki yang ku impikan."

"Deo baik. Hanya saja belum begitu dewasa."

"Kan kami masih bocil."

Alka tertawa. Ia berdiri. "Tidur yuk!" ajak Alka.

Giska mengangguk.

Keduanya melangkah menuju ke kamar masing-masing.

Giska kembali memeluk foto ayahnya. Ia merasa sangat merindukan sosok lembut ayahnya itu.

************

Saat Rihana turun dari mobil, semua mata langsung tertuju padanya. Perempuan itu begitu cantik dan elegan dengan sepatu hak tingginya. Ia memegang tas merk ternama yang harganya sudah pasti selangit. Rambutnya yang panjang bergelombang mengingatkan orang pada bintang telenovela legendaris yaitu Thalia.

Rihana tersenyum manis pada semua yang ada di lobby. Ia tahu kalau dirinya menjadi pusat perhatian. Asistennya, seorang wanita yang berusia sekitar 40an, menatap tajam ke arah para pria yang menatap bosnya.

Rihana hanya tersenyum. Ia melangkah dengan begitu anggun membuat pinggulnya bergoyang.

Rudi menyambut Rihana dan asistennya Dona di depan lift.

"Selamat datang nona!"

Rihana menyambut tangan Rudi dengan hangat. "Apakah hari ini Alka sudah masuk?" tanya Rihana.

"Sudah. Tuan Alka baru saja tiba. Ia sudah menunggu di ruang rapat. Mari saya antar." Rudi melangkah lebih dulu ke ruangan rapat yang ada di lantai itu juga.

Geo Almando menatap Rihana yang cipika-cipiki dengan Alka. Nampak jelas wanita itu dengan sengaja menempelkan dadanya pada Alka. Namun Geo Almando masih bernapas lega melihat Alka yang bersifat biasa saja.

Rihana pun dengan lancarnya membeberkan rencana kerja sama mereka. Ia memang sangat menguasai masalah ekonomi dan apa yang menjadi kebutuhan pasar.

Mall yang akan mereka bangun merupakan mall dengan hotel yang ada di bagian belakangnya.

"Kamu hebat!" Geo mengangkat jempolnya ke arah Rihana. Gadis itu tersipu malu. Ia senang kalau sang pemilik saham terbesar itu menyukai rancangan kerja sama yang ia ajukan.

Selama kurang lebih 4 jam mereka terlibat dalam rapat dengan perbicangan yang lancar.

"Akhirnya selesai. Papa, mau makan siang di mana?" tanya Alka.

"lunch? Aku juga sudah sangat lapar. Boleh ikut bareng?" tanya Rihana. Gadis itu memang mengerti bahasa Indonesia namun ia belum terlalu fasih dalam berbicara.

"Sure why not? Sekalian Rihana kita ajak saja ke restoran milik kakakmu. " ujar Geo.

Alka pun langsung menelepon manager yang ada di restoran milik kakaknya. Ia memesan tempat.

Di tempat yang lain, Giska baru saja menyelesaikan kuliahnya.

"Giska.....!" April mengejarnya.

"Ada apa?" tanya Giska.

"Kamu lupa ya?"

"Maksudnya?"

"Hari ini aku ulang tahun." kata April dengan wajah cemberut. "Biasanya kamu menjadi orang pertama yang memberikan ucapan selamat untukku."

"Maafkan aku ya? Karena terlalu sedih atas kematian ayahku, aku melupakan hari ulang tahun mu." Giska memasang tampang wajah sedih.

"Aku maafkan. Sekarang temani aku makan siang ya? Aku sudah pesan tempat di sebuah restoran."

"Tapi aku....."

"Semalam aku sudah mengajak Deo. Katanya, jika kamu tak pergi, dia pun tak mau pergi."

Mendengar nama Deo, Giska pun merasa harus menjaga kekasihnya itu. "Baiklah. Tapi apakah hanya kita bertiga saja?"

"Beberapa teman sekelas juga kuajak."

Singkat cerita, sampailah mereka di sebuah restoran mewah. Seorang resepsionis mengantarkan mereka ke sebuah meja yang sudah dipersiapkan bahkan ada kue ulang tahun di sana.

"Aku ke toilet dulu ya..." Giska yang memang sudah kebelet buang air kecil bergegas ke toilet.

Ia merasa lega ketika keluar dari ruangan itu. Saat akan mencuci tangan, ia melihat seorang perempuan cantik dengan postur tubuh yang tinggi. Perempuan itu menatap sekilas ke arah Giksa lalu tersenyum. Giska pun membalas senyumannya.

Perempuan itu keluar lebih dahulu barulah Giska.

Namun, saat gadis itu melewati sebuah meja.

"Giska.....?"

Giska menoleh. "Papa? Alka?" Ia juga melihat perempuan tadi yang ditemuinya di toilet ada di sana.

"Siapa dia?" tanya Rihana sambil menunjuk Giska.

"Dia......!" Alka menatap papanya.

"Giska...., kok lama sekali sih?" April yang muncul secara tiba-tiba membuat Alka tak melanjutkan kalimatnya.

"Eh aku...." Giska juga bingung harus bicara apa.

"Eh....ada paman Giska di sini. Apa kabar?" sapa April pada Alka.

"Paman?" Geo menatap Alka.

Alka menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia bingung harus menjawab apa.

"Kalian kok lama sekali. Yang lain sudah pada lapar." Deo muncul. Ia langsung memegang tangan Giska. "Sayang, ayo kita makan!"

Giska menatap papa mertuanya. Tubuhnya bergetar melihat aura tak menyenangkan dari pandangan tuan Geo Almando.

********

Apa yang akan terjadi selanjutnya ?