WA 089520229628
Sebuah kisah tentang seorang istri yang dikhianati suami juga sahabat baiknya sendiri. Yuk mampir biar karya ini ramai kayak pasar global.
Karya ini merupakan karya Author di akun lain, yang gagal retensi. Dan kini Author alihkan di akun Hasna_Ramarta. Jadi, jika kalian pernah membaca dan merasa kisahnya sama, mungkin itu karya saya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 Pernikahan Sauza dan Pak Kendra
Akhirnya pernikahan sederhana itu digelar. Tamu undangan yang hadir hanya kalangan terbatas, yakni saudara dekat Pak Kendra, teman bisnis, serta kolega. Tidak seorangpun teman atau saudara dari pihak Sauza. Terlebih, Sauza memang sudah tidak memiliki saudara dekat dan teman dekat.
Para tamu undangan mulai surut setelah mereka menikmati hidangan. Kini hanya tinggal kedua mempelai dan beberapa saudara dan kerabat dekat.
Beberapa saat mereka bercengkrama, sembari menikmati hidangan yang tersaji. Beberapa jam kemudian, baik saudara maupun kerabat, satu per satu mulai pulang dan berpamitan, termasuk Asmi.
"Za, selamat menikmati belah duren bersama mantan duda keren, ya," bisik Asmi di telinga kanan Sauza sebelum ia melangkahkan kaki dari kediaman Pak Kendra, membuat bulu-bulu kuduk Sauza meremang.
Sauza tersipu malu mendengar godaan Asmi, ditambah lagi Pak Kendra yang kini sudah sah menjadi suaminya sudah menatap Sauza sejak tadi.
"Sayang, sekarang kita sudah sah menjadi suami istri. Alangkah bahagianya saya hari ini," ungkap Pak Kendra seraya meraih tangan Sauza lalu diciumnya. Sauza menjadi terharu, ia tidak berani menatap wajah suaminya ini.
"Sayang, anak dan menantu saya, saat ini sedang dalam perjalanan ke rumah kita, dia ingin memberikan selamat atas pernikahan kita," berita Pak Kendra.
Jantung Sauza tiba-tiba saja berdetak kencang. Bagaimana tidak, tepat dihari pertama pernikahannya, kini dirinya harus berhadapan dengan dua orang pengkhianat sekaligus.
Detakan jantung itu kembali tenang, setelah Sauza berhasil menguasai diri, ia justru senang karena pembalasannya akan dimulai dihari ini. "Aku bisa membalaskan dendamku tanpa aku harus gontok-gontokan melabrak kalian atau ngamuk-ngamuk lagi seperti dulu. Saatnya pembalasan ini berjalan dengan sangat elegan dan cantik, hahahaha," dengusnya dalam hati.
"Benarkah, Pak? Apakah anak Bapak sungguh ingin memberikan selamat terhadap saya? Bukankah anak Bapak tidak setuju kalau Bapak menikah lagi?" kejut Sauza pura-pura tidak tahu siapa anak dan menantu suaminya itu.
"Tidak seorangpun akan saya biarkan jika orang itu mengusik kehidupan saya atas pilihan hidup saya, termasuk anak saya. Jadi, kamu tidak perlu merasa takut atau terancam. Kamu mulai saat ini sudah menjadi tanggung jawab saya, jadi siapapun yang mengancam hidupmu, maka saya yang akan turun tangan, menjaga dan melindungimu," tegas Pak Kendra seraya mencium jemari Sauza sekali lagi.
Sauza tersenyum lega, bahkan sebelum suaminya bicara seperti itu, ia sudah sangat siap dan tidak akan merasa takut dengan Mira. Justru Sauza siap memberi perlawanan jika nanti ia bertemu langsung dengan dua pengkhianat itu.
"Aku ingin lihat seperti apa mereka saat ini. Dan bagaimana reaksi mereka saat melihat ternyata istri dari Pak Kendara adalah aku?" Sauza berkata-kata dalam hatinya sambil membayangkan seperti apa reaksi Mira dan Bima nanti.
Sementara itu, di tempat berbeda, Mira dan Bima kini harus terjebak macet di pintu masuk tol. Entah ada apa gerangan di depan sana. Yang jelas perjalanan yang terhambat ini membuat Mira sewot.
"Apaan sih, macet segala. Katanya jalan tol, tapi macet?" rutuknya sembari mencak-mencak dengan kepala mendongak ke depan.
Bima menjadi sakit kepala mendengar ocehan Mira sejak tadi. Tapi ia tidak mau berdebat dengan Mira. Lantas Bima keluar dari mobil dan menyalakan sebatang rokok untuk mengisi senggang.
"Huh, dasar lelaki tidak berguna. Apa yang bisa aku pertahankan dari lelaki seperti dia? Aku sudah muak sebenarnya berada di samping dia, kalau bukan karena ingin membuat si Sauza kepanasan, aku sudah pergi dari sisinya sejak Raja meninggal. Tapi, kapan aku harus bertemu si Suaza? Sampai kini aku belum melihat batang hidungnya, pasti dia dipelihara om-om berduit sehingga dia tidak berkeliaran bebas," gumamnya dengan perasaan kesal.
Kembali ke kediaman Pak Kendra. Sauza kini sudah berada di dalam kamar pengantin yang dirias sedemikian rupa. Pak Kendara membantu Sauza membuka gaun pengantin adat yang dikenakannya.
"Kamu sangat cantik dengan pakaian pengantin adat Sunda ini, Sayang. Biar saya bantu buka, ya?" usul Pak Kendra seraya berdiri di belakang Sauza untuk membuka sleting gaun.
Sauza tidak membalas, dia tersipu malu dengan perlakuan Pak Kendar. Akhirnya Pak Kendra membantu membuka pakaian adat pengantin yang digunakan Sauza. Tapi, Suaza menolak dibukakan yang lain, cukup gaun atasnya saja.
"Biarkan yang lainnya saya yang buka, Pak," cegah Sauza masih sangat malu-malu.
"Baiklah. Bukalah. Sayapun akan membuka pakaian pengantin ini. Setelah ini, bersiaplah untuk makan malam. Kita akan makan malam sebelum pertempuran dimulai."
Sauza tertegun dengan ucapan Pak Kendra, dia paham ke mana arah pembicaraan suaminya itu. Jantung Sauza kembali berdetak, hatinya mengatakan, ia sesungguhnya belum siap menyerahkan hati, jiwa dan raganya untuk Pak Kendra.
kenapa bisa seperti itu???
lebih baik berobat pak Kendra...
🤣🤣🤣🤣
Mira kau tak berkaca siapa dirimu, berapa lama jadi simpanan Bima, sebelum hamil kau dengan siapa?
Ukur baju orang lain jangan dengan ukuran tubuhmu, ya! Kau ingin memanasi Sauza, kan. Kutunggu, dengan setia.