Anna tanpa sengaja menghabiskan malam panas dengan mantan suaminya, Liam. Akibat pil pe-rang-sang membuatnya menghabiskan malam bersama dengan Liam setelah satu tahun mereka bercerai. Anna menganggap jika semua hanya kecelakaan saja begitu pula Liam mencoba menganggap hal yang sama.
Tapi, semua itu hilang disaat mendapati fakta jika Anna hamil setelah satu bulan berlalu. Liam sangat yakin jika anak yang dikandung oleh Anna adalah darah dagingnya. Hingga memaksa untuk menanggung jawabi benih tersebut meskipun Anna sendiri enggan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34
Dengan gerakan cepat Liam menangkap tangan Emma yang terus berusaha menyakiti dirinya. Memberikan tatapan penuh ketajaman dan ada kilatan kemarahan disana. Liam menarik tangan Emma untuk berdiri di sampingnya berhenti menghakimi Anna yang masih berlutut memohon ampunan.
"Lepaskan aku, Liam!" Emma terus memberontak, ia ingin memberi pelajaran pada Anna yang telah mengacaukan semuanya.
"Aku akan beri pelajaran padamu, Desainer tidak berguna. Bagaimana bisa kau menghancurkan gaun klienmu? Kau tidak berguna!" Emma terus mencaci dibelakangnya tubuh Liam, meskipun tangan Liam tetap memaksa Emma berdiri ditempatnya.
Anna tetap berlutut dengan posisi wajah menunduk, air matanya ia tahan susah payah agar tidak terlihat lemah. Setiap jari jemari tangan Anna juga meremas ujung dressnya, seolah kekuatan besar ada disana. Disaat ini Anna teringat dengan posisinya saat menjadi istri Liam, cacian dan hinaan yang selalu saja ia dapat setiap hari tanpa henti. Dan kini Anna merasakannya lagi disaat ada Liam dihadapannya.
"Maafkan aku, Nona Emma.. Secepatnya aku akan memperbaiki gaun itu, kau juga tidak perlu bayar semua ini. Anggap saja sebagai bentuk maafku karena telah mengacaukan gaun yang kau impikan." Ucap Anna setulus hati, ia memberanikan diri mendongak menatap kearah dua orang itu.
Emma yang masih menatapnya penuh kemarahan sementara Liam tidak terbaca. "Tidak perlu perbaiki apapun," Ucap Liam sangat tegas, ia menarik tangan Emma untuk pergi dari ruangan tersebut.
"Hentikan, Liam! Dia akan bertanggung jawab atas ulahnya sendiri, kenapa kau malah menolaknya?" Emma terus saja protes pada Liam, ia tidak mau melanjutkan langkahnya tetap memaksa melepaskan diri dari Liam.
"Kau masih punya banyak gaun, Emma. Soal kerusakan kecil tadi tidak sepantasnya kau malah menindas seseorang." Jelas Liam dengan ekspresi wajah menahan kesal, ia sudah tidak ada kesabaran lagi menghadapi Emma yang kekanakan.
Kedua tangan Emma berkacak pinggang seolah menghakimi Liam sekarang, menatap penuh rasa curiga. "Kau adalah orang yang paling tidak perduli dengan orang tidak dikenal, Liam. Lalu kenapa kau mengkhawatirkan wanita miskin itu?!"
Liam menatap sekelilingnya, terlihat semua orang menatap kearah mereka semua. Terlebih lagi Nora yang ada di bagian kasir, menatap Liam penuh kebencian.
"Jawab! Kenapa kau diam saja, apa kau ada hubungan dengan desainer ceroboh itu?!" Emma semakin menaikan nada bicaranya, ia akan terus seperti itu sampai mendapatkan jawaban yang sangat ia inginkan.
"Aku tidak mengenal dia dan semua ini bukan urusan kita, Emma. Biarkan saja gaun itu, ayo kita pergi dari sini." Liam mencoba lebih lembut kali ini semua murni agar Emma tidak terus menyerang Anna.
Tapi, Emma adalah Emma si wanita keras kepala yang tidak pernah patuh dengan Liam. Ia berbalik badan untuk menuju ruangan Anna kembali, sementara Liam hanya berdiri menarik napas berat saja.
"Emma!" Liam tetap mengejar wanita keras kepala itu, karna terus saja ingin memberikan pelajaran pada Anna maka Liam tidak mau hal buruk terjadi pada wanita itu.
Tanpa permisi Liam langsung menarik tangan Emma dengan kekuatan penuh, lalu memaksa wanita itu tetap pergi dari sana.
"Dengar, kalian semua akan kena suatu hari nanti Boutique ini akan hancur, kalian akan menyesal!" Teriak Emma sambil terus mengikuti langkah kaki Liam yang mengajaknya pergi.
Anna mendengar semua teriakan itu dari dalam ruangan, ia menangis melamun menatap gaun yang sudah kacau akibat ulahnya. Bahkan Anna pasrah sekarang apa yang akan terjadi pada karirnya, ia tahu semua ini karna kesalahannya tidak bisa menyesuaikan perasaan hati disaat bertemu dengan Liam secara tiba-tiba dan harus tetap berpura-pura.
"Liam masih sama bukan? Dia masih tetap diam disaat kau dihina oleh orang terdekatnya, dia masih sama, An!" Ucap Nora penuh emosi, ia menutup rapat ruangan Anna agar tidak ada orang yang dengar apa yang mereka bicarakan.
Sementara Anna masih tetap diam mencerna apa yang dikatakan Nora, ia tidak menyangkal sama sekali. "Dia tidak pernah tau posisiku seperti apa, Ra. Dia hanya tahu aku kuat bisa menghadapi semuanya, ternyata Liam masih tetap sama." Gumam Anna pelan, jatuh sudah air matanya tanpa diminta.
Nora menguatkan sahabatnya itu, sekarang mereka harus memikirkan apa yang harus dilakukan jika Emma tetap nekad menghancurkan reputasi Boutique mereka. Famour Emma sebagai model terkenal tentu saja sangat berpengaruh pada masyarakat, setiap hal yang dikatakan akan langsung dipercaya oleh masyarakat.
"Aku yakin pasti Emma tidak akan melakukannya, kita harus mengganti rugi saja pastinya dia akan memaafkan kita, An." Nora mencoba berpikir positif meskipun itu sangat tidak mungkin terjadi.
Anna menyeka air matanya, ia mengangguk setuju dengan apa yang Nora katakan. "Sekarang, pikirkan.. apa kau tetap mau melahirkan anak itu? Atau menunggu anak itu lahir dengan Liam?" Tanya Nora, setelah apa yang terjadi seharusnya Anna sedikit berubah pikiran bukan.
"Aku bingung, apa Liam akan menerima semua keputusan ku?"
"Lihat cara dia melindungi Emma tadi, kau mau merasakan kejadian yang sama lagi, An?" Nora tetap menyerang Anna, ia terus mengguncangkan tubuh Anna agar sadar dengan semua posisi saat ini.
"Emma belum tahu apa yang sebenarnya terjadi antara kau dan Liam, sempat dia tahu mungkin saja kau akan dibunuh oleh keluarga kaya itu!"
"Cepat, selesaikan urusanmu dengan Liam. Ntah itu menggugurkan kandunganmu atau membesarkan anak itu sendiri."
Anna mengangguk mantap, semua perkataan dan saran dari Nora sangatlah benar. Setelah Nora pergi dari ruangannya maka Anna memikirkan semua secara keseluruhan. Semua perjanjian yang telah mereka sepakati sangat bisa untuk dibantah, Anna sangat berhak atas hidupnya sendiri tidak Liam atau siapapun.
Tangan Anna mengelus perutnya tapi hanya sebentar karena elusan itu perlahan berubah menjadi pukulan pelan. Anna sangat benci dengan anak yang ada di perutnya, karna hal itu membuat Anna bertemu lagi dengan Liam malah ada sebuah ikatan yang menyulitkan.
"Tidak sudi! Aku tidak akan sudi membesarkan anak dari pria seperti Liam, selamanya tidak akan!" Teriak Anna sambil meremas pinggiran meja, ia menatap tajam pada bayangan dirinya melalui kaca besar didepannya.
aaiiss..dn sampai d bab 30 ..gini2 aja jln cerita nya...