📣Mungkin kalian akan mengalami keram perut, bengek, diabetes, dan gangguan Bucin akun lainnya....
---Niat lari dari perjodohan, justru terjebak dalam Penthouse milik calon tunangan.
Queen masuk menjadi PRT tunangannya setelah lari dari rumah orangtuanya dengan alasan tak mau dijodohkan.
Sama-sama tak mengenal, Queen dan Dhyrga Miller tinggal di atap yang sama... Yok intip keseruan mereka yang bakal bikin kamu senyum-senyum sendiri.(Musim pertama)
---Raja tumbuh menjadi makhluk yang tampan, ia pandai meretas, lompat kelas, bahkan menduduki kursi Presdir di usia muda. Terlebih, ia memiliki tunangan super cantik bernama Kimmy Zoya.
Namun, hidup tak semulus wajah cantik kekasihnya, ia harus menghadapi bagaimana lika-likunya hubungan mereka.(Musim ke dua)
Yok, baca selengkapnya di sini...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sarapan
Dhyrga menatap wajah Queen yang masih ia anggap Murni, tidak asing sebab sering ia fantasi kan di setiap malam kesepiannya.
Dhyrga menyingkirkan sejumput rambut yang menutupi sebagian wajah cantik gadis itu.
Bibirnya, hidungnya, pipinya, semuanya sangat mirip dengan Queen. Bedanya, gadis ini lebih gelap kulitnya dari warna asli kulit Queen yang bercahaya.
Apa dia sedang berhalusinasi saat ini?
Dhyrga menyapu pelan matanya, mencoba membuat netra bak kucing Persia nya terang benderang.
Seberapa pun ia mengamati, wajah Murni semakin jelas seperti Queen. Yah, benar Queen.
Demi memastikannya Dhyrga meraih ponsel yang masih ia simpan pada saku celananya.
"Ahh." Saat meluruskan kakinya, ia mendapati pusaka nya tertekan kepala gadis itu yang tidak sengaja membetulkan posisi. "Sial." Umpatnya.
Pelan-pelan sekali Dhyrga mengeluarkan ponselnya, bahkan bibirnya dia gigit saking hati-hati nya, berharap gadis dalam pangkuannya tidak terbangun.
Dhyrga membuka group chat keluarga, dia mengirim pesan pertanyaan sembarangan. Biasanya Dhyrga paling malas untuk nimbrung dengan group chat tersebut, tapi kali ini ia perlu memastikan sesuatu.
"Foto Murni, tolong kirim kan, aku perlu memastikan sesuatu." Tak sampai tiga detik pesan pun terbalas.
Sebuah foto yang menunjukkan bagaimana wajah cantik Murni yang polos tanpa makeup, namun selalu di sembunyikan di balik kacamata tebal.
Dhyrga menatap Queen lalu menatap foto Murni. Bahkan mensejajarkan ponselnya dengan wajah gadis itu. "Dia memang Murni. Tapi kenapa mirip dengan Queen ku?" Gumamnya.
Tanpa sadar lengkungan bibir Dhyrga terangkat. "Seandainya saja, aku bisa menatap Queen sedekat ini." Elusan lembut dia berikan pada gadis itu.
Kembali Dhyrga meraih novel miliknya berniat melanjutkan bacaan yang masih ingin dia selami.
Entah kenapa ia masih betah berlama-lama memangku kepala ART kecilnya. Tak ada yang ia curigai, selain dari pada ini hanya perasaan seorang Om terhadap gadis kecil.
Itu saja.
Karena selain pada Queen, dia tidak pernah merasakan jatuh cinta.
Cukup lama Dhyrga membaca sampai mendapatkan beberapa bab awal cerita.
Hingga saat ngantuk menguasainya. Dhyrga pun menengadah kepala bersandar pada kepala sofa.
Malam pun melarung mengiringi setiap embusan napas yang Dhyrga Miller dan Queen Kirana Rain keluarkan.
...----------------...
^^^Pukul 04.30^^^
Tak ada kokok ayam yang membangunkan penghuni Penthouse ini. Udara AC yang kian mendingin membuat gadis kecil itu menggigil.
Sudah ada pengaturannya, saat jam setengah lima Queen pasti terbangun. Itu sudah menjadi kebiasaan baginya. Krystal yang mengajari anak-anak bangun pagi.
Queen menggeliat dengan kedua tangan yang mengepal erat. Tidurnya nyenyak malam ini meski tiada belaian orang tua.
Dalam ripuh nya ia beranjak dari alam bawah sadar, aroma maskulin seorang pria tercium begitu kuat.
Queen mengernyit berkedip untuk beberapa kali berusaha membulatkan mata yang masih lekat agar lebih melek sempurna.
Hal itu bersamaan dengan usapan jemari Dhyrga yang mencoba keluar dari ruang alam mimpinya.
Sedikit pria itu memijit pelan dahinya. Posisi tidur yang menyandar pada sofa dan di gelayuti seorang gadis membuat tubuh kekarnya terasa kaku karena jarang bergerak selama itu.
Setelah saling membuka mata. Queen dan Dhyrga saling bertemu tatap. Rupanya tanpa sadar tangan Dhyrga lancang berada pada perut Queen, sementara tangan mungil gadis ini menyangkut pada dada bidang pria itu.
Betapa indahnya pemandangan ini, ternyata bukan ilusi semata saat keduanya terbangun dan wajah rupawan seseorang tertampil di hadapannya.
Mungkin beginilah gambaran sepasang suami istri. Mereka saling berbagi keindahan saat terbukanya sang netra di pagi hari.
"Tu-tuan!" Sadar dari ruang ilusi Queen berjingkrak bahkan terbangun dari posisinya. Dia menghunuskan tatapan tajam pada Dhyrga setelah duduk berhadapan.
"Tuan ngapain di sini?" Pekik Queen mendelik.
"Ini rumah ku." Jawaban enteng Dhyrga yang memang benar adanya. Jika tidak di sini, lalu di mana lagi? Meski harus bersuara parau ia mengatakannya.
"Nona Rachel mana?" Mata Queen mengelilingi sekitar. Tidak ada penghuni lagi selain mereka berdua yang tidur dalam posisi ala pasangan romantis.
"Dia pergi semalam." Dhyrga meraih buku novelnya seraya berdiri dan membetulkan posisi pakaiannya.
"Jadi Tuan muda yang mengelus kepala ku semalaman?"
"Hmm."
"Hah?" Queen ternganga lebar, ia masih terus memastikannya, sungguh, Queen tidak menyadarinya.
"Tidak perlu lebay begitu, aku hanya tidak ingin kau terlambat bangun karena tidak bisa tidur, lupakan semalam, sekarang mandi, buat sarapan untuk ku, setelah itu kamu boleh ke sekolah."
"Lalu gimana dengan sentuhan Tuan? Apa Tuan nggak merasa harus minta maaf padaku?"
"Haruskah?" Dhyrga mengernyit heran. "Bukanya kamu menikmatinya?" Lelaki itu mengayun kaki setelah mengatakan itu seolah tak peduli dengan ketidak sukaan Queen.
"Hayys, ...." Queen meninju beberapa kali ke udara, seolah ingin dia layangkan pada punggung Gaga. "Untung ganteng, kalo enggak, Gue laporin ke polisi!" Gerutunya.
Lamat-lamat Dhyrga mendengar racauan gadis itu, ia kembali menoleh. "Mandi Murni, atau jangan jangan, setelah aku elus kepala mu semalaman, sekarang kamu juga mau aku mandiin?"
"Nggak!" Sergah Queen pekak.
Melihat ekspresi lucu gadis itu Dhyrga tersenyum kecil, langkahnya dia lanjut menuju kamar utama sembari menggeleng ringan.
Dhyrga berlalu sementara Queen bergegas menaiki anak tangga, ia juga perlu melakukan aktivitas mandi dan lain sebagainya sebelum nantinya ia turun kembali untuk membuat sarapan.
...----------------...
^^^Pukul 06.30.^^^
Gorden yang menutupi seluruh kaca transparan di hunian mewah itu telah terbuka, kini suasana ruangan demi ruangan Penthouse milik Dhyrga berubah terang benderang.
Dhyrga keluar dari kamar menenteng jas hitam di lengannya, tangannya ripuh membetulkan posisi ikatan dasinya.
Kemeja slim fit biru terang di padukan dengan dasi biru gelap bermotif garis miring. Setitik sinar dari pantulan sepatu hitam mengkilap nan runcing miliknya menyilaukan.
Ketampanan paripurna ia miliki secara hakiki.
Di meja makan sana Queen berdiri dengan seragam sekolah, gaya rambut kepang dua, dan sepatu usang kepunyaan Murni.
Dhyrga melirik sekilas gadis itu sebelum kemudian ia duduk pada kursi utama meja makan panjang miliknya.
"Silahkan Tuan, hari ini, Murni cuma bisa kasih Tuan sarapan pagi dengan pancake original."
Dhyrga melipat bibir. "Lumayan lah, dari pada tidak sama sekali." Katanya.
Queen merasa Dhyrga menyepelekan usahanya, ia pergi ke belakang tubuh Dhyrga setelah menyuguhkan sarapan pagi.
"Kamu mau kemana?" Pertanyaan Dhyrga membuat Queen menghentikan langkahnya seraya menoleh.
"Makan di dapur." Kemarin Gaga melakban mulutnya kali ini Queen tak mau mengulang kesalahan.
"Rachel tidak ada, jadi sekarang temani aku sarapan." Titah Dhyrga.
"Tidak perlu Tuan, ..."
Belum selesai penolakan Queen Dhyrga sudah lebih dulu bangkit dan meraih piring milik Queen yang terdapat di meja dapur, memindahkannya pada meja makan.
"Makan di sini! Ini perintah!" Dhyrga duduk kembali.
Queen menghela napas dalam, ternyata begini yah rasanya mejadi asisten? Selama ini dia selalu marah-marah pada semua asistennya jika tidak setuju dengan hasil kerjanya.
Perlahan Queen duduk, lalu memulai ritual sarapan pagi bersama sang Tuan muda Gaga yang sangat tampan.
"Kamu punya uang saku?" Di sela aktivitas makan-nya Dhyrga melirik dan bertanya.
"Tidak Tuan." Geleng Queen. Dia sendiri lupa, dia perlu uang saku saat pergi ke sekolah, selama ini Queen terbiasa hidup dengan kartu kredit eksklusif dari ayahnya tanpa meminta.
"Kamu pakai ini, beli apapun sesuai keinginan dan kebutuhan mu." Dhyrga menyodorkan satu kartu kredit pada gadis kecil itu.
ku gak bisa. berhenti ketawa Lho thotrr.🤣🤣🤣🤣
Raka... Raka...🤣🤣