MENIKAHI ANAK BOS PAPAKU

MENIKAHI ANAK BOS PAPAKU

Menolak Menjadi Istri

Kaki Giska berdiri di depan gedung perusahaan Almando Corporation. Salah satu perusahaan terbesar yang ada di Asia Tenggara. Kantornya saja sampai memiliki 17 lantai dengan berbagai anak perusahaan di dalamnya.

Nyali Giska agak ciut juga. Tangannya memegang tali tas dukungnya. Ia baru saja pulang kuliah dan nekat datang ke sini.

Semalam ayahnya mengatakan, atas permintaan bos nya, mereka ingin menikahkan Giska dengan putra tunggal mereka. Ayahnya tak bisa menolaknya, karena bos nya itu sudah banyak membantu mereka apalagi saat ibu Giska sakit dan harus dirawat selama 3 tahun karena kanker usus yang dideritanya. Sayangnya, ibu Giska meninggal saat Giska masih berusia 15 tahun.

"Orang gila mana yang mau setuju anaknya menikah dengan anak seorang sopir? Dan lelaki yang akan dijodohkan dengannya itu, apakah juga seorang pria bodoh? Hallo, bukankah ini zaman modern?" Giska bergumam sendiri dalam perjalanan ke kantor ini.

Gadis itu berulang kali menarik napas panjang lalu segera melangkah masuk ke lobby kantor itu. Kantornya nampak sepi karena mungkin ini sementara jam makan siang. Giska berharap agar ayahnya tak melihatnya datang ke sini. Seorang satpam menghadangnya di depan pintu masuk.

"Ada perlu apa ya, nak?" tanya Satpam itu. Usianya mungkin tak beda jauh dari ayahnya. Dan Giska beruntung karena satpamnya terlihat ramah.

"Eh, saya mau bertemu dengan Alkanza Putra Almando." kata Giska. Ia sudah menghafal nama itu sejak semalam.

"Ha?" Satpam itu terkejut. "Adik siapa ya?"

"Giska. Aku....aku....." Giska bingung harus menyebut dirinya apa.

Satpam itu memperhatikan dandanan Giska. Sepatu kets butut, kemeja berwarna putih dan celana jeans yang nampak bersih walaupun terlihat sudah memudar warnanya. Rambut yang diikat satu, lengkap dengan tas dukungnya.

"Ade mau mencari pekerjaan? Kelihatannya adik belum tamat SMA. Pulang saja. Di sini juga tak ada lowongan pekerjaan."

"Tapi aku adalah calon istri Alkanza Putra Almando."

Satpam itu tertawa. "Jangan terlalu banyak nonton sinetron, de. Ayo sana pergi!" Satpam itu secara halus mengusir Giska.

"Tapi aku .....!"

"Nona Giska?"

Giska dan satpam itu sama-sama menoleh. Seorang pria berusia sekitar 35 tahun, memakai setelan jas mahal berdiri di dekat mereka. Giska mengenalnya. Namanya Ruddy Cung. Lelaki berwajah oriental yang datang ke rumahnya kemarin.

"Paman!" Giska membungkuk hormat.

"Ada apa ke sini?" tanya Ruddy sambil mendekat.

"Saya mau ketemu dengan Alkanza Putra Almando."

Ruddy tersenyum. Terlihat sangat berwibawa. "Ayo, saya antar ke ruangan tuan Alka." Ruddy mempersilahkan Giska mengikutinya, meninggalkan sang satpam yang nampak tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Giska dan Ruddy masuk ke dalam lift. "Ruangan tuan Alka ada di lantai 15. Beliau adalah wakil direktur di perusahaan ini. Mudah-mudahan beliau sudah selesai meeting."

Giska hanya mengangguk. Ia sudah tak sabar untuk bertemu dengan pria bodoh yang mau dijodohkan dengannya.

Pintu lift terbuka di lantai 15. Lantai ini terlihat sepi. Ruddy melangkah ke pintu yang bertuliskan wakil direktur. Ia mengetuknya perlahan dan setelah itu membukanya.

"Tuan, ada yang ingin ketemu."

"Siapa?"

"Tuan lihat saja."

Ruddy mempersilahkan Giska untuk masuk.

Sejuknya ruangan yang ber AC langsung Giska rasakan saat ia melangkahkan kakinya ke dalam ruangan itu.

Seorang pria berjas mahal nampak sedang duduk di kursi kerjanya. Kepalanya tertunduk dan nampak sedang membaca sebuah dokumen.

Giska berdehem. Membuat kepala pria itu terangkat. Matanya menyipit dan dahinya berkerut.

"Siapa kamu?" tanyanya penuh curiga sambil melepaskan dokumen yang dibacanya.

Giska menatap lelaki di depannya. Garis wajah yang nampak tegas, alis tebal dengan rambut sedikit coklat. Nampaknya ia blesteran bule.

"Apakah kamu yang bernama Alkanza Putra Almando?"

Alka tak menjawab. Ia menatap Giska dengan mata tajamnya. Kemudian lelaki itu berdiri lalu berkacak pinggang.

"Siapa kamu?" Suara Alka terdengar mulai marah.

"Kamu lelaki bodoh ya?" ejek Giska sambil berkacak pinggang pula.

"Apa?" wajah Alka menjadi merah saat mendengar perkataan Giska.

"Hanya lelaki bodoh yang mau dijodohkan dengan gadis berusia 19 tahun dan anak dari sopir."

Alka langsung ingat sesuatu saat Giska menyebut sopir. "Kamu Giska? Anak paman Delon, sopir papaku?"

"Ya."

Alka tersenyum. Lebih tepatnya tersenyum mengejek. "Kamu tentu senang mau dijodohkan dengan aku kan?"

"Jangan harap! Jangan mimpi! Aku justru ke sini mau bilang ke kamu agar menolak perjodohan ini. Aku belum mau menikah."

Alka ingin rasanya menjitak kepala gadis di depannya. Manis sih menurut Alka namun masih seperti bocil.

"Hei bocil, siapa juga yang mau menikah dengan kamu?"

"Ya baguslah. Bilang ke papamu agar tak memaksa papaku untuk menikahkan kita. Siapa juga yang mau sama lelaki tua macam kamu? Aku sudah punya pacar. Dia salah satu mahasiswa terbaik di kampusku."

"Kamu bilang aku tua? Usiaku baru 27 tahun."

"Dan usia ku baru 19 tahun. Katakan pada papamu, aku sama sekali tak menyukaimu. Orang yang menikah itu dasarnya harus sama. Saling mencintai."

"Kamu saja yang bilang pada papa mu agar menolak keinginan bosnya yang sudah sedikit gila karena menjodohkan putra terbaiknya dengan anak sopir yang sok cantik ini."

Giska menggelengkan kepalanya. Matanya jadi berkaca-kaca. "Aku tak bisa menolak keinginan ayah. Aku tak bisa menyakitinya."

"Aku juga tak bisa menolak keinginan papaku." Kata Alka. Ia perlahan melangkah keluar dari meja kerjanya. Kemudian ia bersandar di meja itu dengan kedua tangannya yang dimasukan ke dalam saku celananya.

"Hei, kamu sudah gede, sudah sudah bisa bertindak sendiri dengan menolak pernikahan ini. Segitu saja nggak bisa. Memangnya kamu lulusan universitas mana?"

Alka nampak geram. "Hei bocil, aku ini lulusan terbaik di Harvard university. Aku master."

"Nah....lulusan terbaik kok nggak bisa berpikir realistis sih? Derajatmu akan turun jika menikah denganku."

"Aku tahu. Namun papa ku tak peduli. Jika aku tak menikah denganmu, maka aku akan kehilangan 10 persen saham di perusahaan ini. Kamu tahu berapa nilai saham 10 persen?"

"Mana aku tahu?" jawab Giska ketus.

"Makanya, kamu terima saja pernikahan ini." Suara Alka sedikit pelan. Ia tahu bocah cilik di depannya ini tak bisa ditekan.

"Aku nggak mau. Aku mencintai pacarku."

"Cinta monyet jangan dipikirkan. Akan cepat hilang." Alka mengajak Giska duduk di sofa yang tersedia di ruangannya. Keduanya pun duduk sambil berhadapan.

"Menikah denganku banyak keuntungannya. Pertama, kamu akan mendapatkan black card unlimited yang dapat kamu pakai belanja barang-barang branded. Kamu bisa naik mobil mewah ke kampus dan akan mendapatkan tempat parkir khusus. Kamu akan menjadi gadis sosialita yang memamerkan tempat-tempat indah di seluruh dunia dengan liburan mewah."

"Aku bukan perempuan matre!"

"Sekarang kamu bilang seperti itu. Perempuan mana sih yang tak suka dengan kemewahan?"

Giska menjadi emosi mendengar perkataan Alka. "Mungkin perempuan yang selama ini kamu kenal adalah seperti itu. Tapi kamu harus tahu kalau tak semua perempuan miskin akan menjadi silau saat melihat harta." Giska kemudian melangkah hendak pergi. Namun sebelum tangannya menggapai gagang pintu, Ia menoleh. "Hanya kamu yang bisa membatalkan pernikahan ini. Jadilah pria dewasa yang pintar, jangan bodoh hanya karena harus kehilangan 10 persen saham. Jangan tukar kebahagiaan mu dengan uang. Nanti kamu sendiri yang akan menyesal."

Alka tertegun mendengar kata-kata Giska. Saat gadis itu membuka dan menutup pintu ruangannya kembali, Alka kemudian mengingat kembali percakapannya dengan papanya 2 hari yang lalu.

"Papa, aku sudah melakukan banyak hal untuk perusahaan ini, mengapa saham ku sangat kecil dibandingkan dengan kedua kakak perempuan ku? Memangnya apa yang sudah mereka lakukan untuk perusahaan ini? Suami kak Yulan saja korupsi di perusahaan kita." ujar Alka saat menemui papanya di kamar tidurnya. Sudah seminggu ini papanya sakit.

"Persyaratannya cuma satu. Kamu menikah dan memberikan cucu laki-laki untukku supaya aku tahu keluarga Almando punya penerus."

Alka mendesah kesah. "Pa, aku belum mau menikah. Aku baru 27 tahun."

"Papa menikah saat usia papa 24 tahun."

"Pa.....!"

"Alka, papa ini sakit-sakitan. Usia papa sudah tua. Ingat, kamu lahir saat papa sudah berusia 42 tahun. Usia papa sekarang sudah 69 tahun. Bagaimana papa bisa pergi dengan tenang jika kamu belum menikah dan memiliki anak? Kakak-kakak mu bisa saja tak berbuat adil padamu karena merasa kalau kamu hanyalah anak dari istri kedua papa. Mereka juga tahu wasiat yang ditinggalkan mamamu bahwa kamu harus menikah sebelum mendapatkan 10 persen bagian sahamnya di perusahaan kita."

Alka duduk di tepi ranjang. "Pa, aku belum memiliki gadis yang cocok untuk dinikahi."

"Papa sudah punya calon untukmu. Jangan pilih dari salah satu perempuan yang pernah kau kencani karena papa tahu mereka hanya menginginkan ketampanan, ketenangan dan juga hartamu. Kamu juga sudah membuang benih dengan percuma." Geo Almando sedikit kesal saat mengucapkan kalimat itu. Dia tahu kalau terlalu memanjakan Alka telah membuat putranya itu keras kepala dan agak susah diatur.

"Aku nggak mau dijodohkan, pa."

"Kamu harus menikah dengan gadis pilihan papa atau kehilangan 10 persen saham mamamu, dan kehilangan jabatanmu sebagai direktur utama perusahaan Almando."

"Memangnya siapa gadis yang akan dijodohkan denganku?"

"Namanya Giska. Anaknya manis, cantik, tinggi, dan terutama ia dari keluarga baik-baik. Dia juga pintar sepertimu. Sangat berprestasi di bidang akademik. Menjadi murid teladan dan mahasiswa teladan. Apalagi yang kurang?"

"Siapa orang tuanya?"

"Pak Delon."

"Pak Delon mana? Dari perusahaan apa?"

"Pak Delon, sopir pribadi papa."

Alka hampir pingsan mendengar nya. "Pa, pak Delon memang baik, sopir yang setia namun menikahi anaknya bukankah menurunkan derajat kita?"

"Derajat apa? Masalah status sosial? Dengan uangmu, kamu dapat merubah seorang upik abu menjadi cinderela. Dan biasanya menikah dengan cindera akan forever."

"Pa, bagaimana mungkin aku menikah namun tak mencintai istriku?'"

"Kamu pasti akan mencintainya. Dan dia memang pantas dicintai. Anaknya memang agak tombol. Namun dia cantik seperti mamanya."

"Pa...." bujuk Alka. Dia tahu papanya sangat menyayangi dia.

"Nikahi Giska atau kamu keluar dari perusahaan."

"Pa.....!"

Geo langsung membaringkan tubuhnya. Ia tidur membelakangi putranya. "Waktumu satu bulan untuk membuat gadis itu menerima lamaranmu. Kalau tidak, papa tidak main-main dengan semua ini."

Alka menarik napas panjang. Percakapan dengan papanya membuat lelaki itu nampak kesal. Namun Alka juga orang yang ambisi. Ia tak mau kakaknya bahkan kedua saudara iparnya menguasai semua yang sudah dia usahakan selama ini.

************

Hai guys bagaimana menurut kalian kisah ini?

Terpopuler

Comments

🎧𝓙𝓲𝓫𝓻𝓲𝓵 ᴬᴰᴵᴻᴰᴬɯɐɨʈ🎤

🎧𝓙𝓲𝓫𝓻𝓲𝓵 ᴬᴰᴵᴻᴰᴬɯɐɨʈ🎤

butuh perjuangan buat Alka untuk meluluhkan hati giska

2024-08-25

0

Eka ELissa

Eka ELissa

Bagus sekali Mak ini Bru smpt BCA maraton kyak nya mak

2024-07-18

1

Eka ELissa

Eka ELissa

waduh kata2 mu mnis lmbut TPI lngsung nembus ke jntung Al....giss/Facepalm//Facepalm//Joyful//Joyful//Joyful//Joyful/

2024-07-18

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!