Karena pengkhianatan yang dilakukan oleh kekasihnya, Bumi terlempar ke dunia penyihir, tempat dimana kekuatan sangat di perlukan untuk bertahan hidup.
Bumi diangkat menjadi anak seorang penyihir wanita paling berbakat era itu. Hidupnya mulai mengalami perubahan, berpetualang menantang maut dan berperang.
Meski semuanya tak lagi sama, Bumi masih menyimpan nama kekasihnya dalam hatinya, dia bertekad suatu hari nanti akan kembali dan meminta penjelasan.
Namun, gejolak besar yang terjadi di dunia penyihir membuat semuanya menjadi rumit. Masih banyak rahasia yang di simpan rapat, kabut misteri yang menyelimuti Bumi enggan menghilang. Lantas saat semuanya benar-benar tidak terkendali, masih adakah setitik harapan yang bisa diraih?
*
cerita ini murni ide author, jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat itu hanyalah fiktif belaka.
ig: @aca_0325
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Tak...
Tak...
Suara sebuah benda menyentuh lantai membuat Bumi terbangun, melirik ke arah jendela yang menampakkan pemandangan malam hari akademi. Masih terlalu dini untuk bangun, tapi suara itu sangat mengganggu.
Dia memakai sendal dengan hati-hati, membuka pintu se pelan mungkin kemudian pergi keluar. Bumi menggosok telapak tangan satu sama lain, dingin.
Tak...
Tak...
Bumi melangkah lebar dengan minim suara menuju sumber suara. Sampai akhirnya dia berhenti di pintu laboratorium, suara itu berasal dari dalam. Agak aneh sebenarnya dari jarak yang tidak terlalu dekat suara itu terdengar jelas ke kamarnya.
Pemuda tujuh belas tahun itu mengintip ke dalam melalui celah di samping pintu.
Terlihat seseorang membenturkan kepalanya ke lantai, rambut panjangnya lepek terkena darah dari luka di keningnya. Kebetulan posisinya menghadap langsung ke pintu sehingga Bumi bisa melihat dengan jelas wajahnya.
Bumi membuka lebar pintu, masuk ke dalam dengan langkah tegap juga tetap waspada.
Orang itu mendongak, dahi nya penuh luka dan berdarah. Darahnya membasahi wajahnya serta rambut panjangnya. Seberapa banyak darah yang dia keluarkan?
"Apa yang kau lakukan disini? Kenapa kau menyakiti dirimu sendiri?" Tanya Bumi berjongkok, dia merasa kasihan dengan wajah yang terluka itu.
" Membunuhmu!" Dia membentak, tiba-tiba berdiri lalu melayangkan tendangan ke dada Bumi.
Dug!
Gedubrak!
Bumi yang sudah waspada sejak tadi masih kalah cepat. Tendangan itu mendarat di dadanya, dia terbang menghantam dinding.
"Ternyata kau seorang iblis," Desis Bumi, mengusap kasar sudut bibirnya yang mengeluarkan darah. Dia berdiri mengabaikan punggungnya yang sakit.
Sepertinya bangsa Iblis memang ingin berperang. Mereka bahkan dengan berani mengirim salah satu anggota kerajaan Diaboli datang ke sini.
Luka pada kening iblis itu sudah hilang, ada tanda silang berwarna hitam ke unguan pada pertengahan dahi, itu adalah tanda khusus anggota kerajaan iblis.
" Aku harus membunuhmu dan mempersembahkan pada raja iblis."kata iblis itu dingin, dia bersiap untuk kembali menyerang.
" Aku Donovan akan membunuhmu hari ini!" Iblis bernama Donovan berteriak keras, suaranya menimbulkan getaran hebat dalam laboratorium besar itu.
"Kenapa ingin membunuhku? Kita tidak pernah terlibat masalah," Alih-alih marah, Bumi lebih ke bingung. Kalau di dunia nya ada pepatah mengatakan tidak akan ada asap kalau tidak ada api, tapi, dia tidak pernah menyalakan api itu. Bumi belum genap satu tahun tinggal di Terra, lalu tiba-tiba saja ada iblis yang ingin membunuhnya. Sungguh aneh.
"Kau akan tahu setelah kau mati." Donovan berdiri di tempatnya, perlahan meningkatkan niat membunuh. Para bangsawan iblis memang memiliki niat membunuh yang sangat kuat.
Bumi berdiri dengan santai di sudut, tetap berjaga-jaga, dan mengedarkan elemen sihir di kedua telapak tangannya. Kalung yang melingkar di lehernya mengeluarkan kabut aneh yang menahan tekanan dari niat membunuh.
Donovan membuka mulutnya, api besar berwana hitam pekat menyambar ke depan. Api melolong keras, seperti monster yang sedang mengamuk.
Bumi menyambutnya dengan Salju biru semi abadi, salah satu sihir terlarang yang sudah bisa dia keluarkan dengan leluasa.
Ledakan!
Terjadi ledakan keras saat dia kekuatan yang berbeda elemen itu bertabrakan. Laboratorium menjadi kacau balau, benda-benda yang ada disana melayang ke udara lalu berhamburan jatuh ke lantai.
Kuat! Sangat kuat! Kekuatan yang mereka lepaskan sangat kuat hingga menimbulkan keributan yang menyebabkan para guru bergegas ke sana. Murid-murid senior pun tidak ketinggalan.
"Berhenti! Apa yang kalian lakukan!" Brian Beldiq yang pertama tiba berteriak keras.
Tentu saja Donovan tidak akan peduli, dia melonjak ke udara dengan melompat dan meninju. Sebuah bola api menyala di tinjunya, melepaskan gelombang panas yang kuat ke sekitarnya. Gerakannya sangat cepat.
Ekspresi Bumi berubah serius. Melihat kecepatan Donovan, dia tahu tidak bisa menghindari nya. Karena dia tidak bisa menghindari nya, maka dia akan menerimanya langsung!
Dengan elemen sihir yang terus beredar di seluruh tubuhnya, Bumi menginjak tanpa ampun di lantai dan terbang ke atas. Sihir Caeruleus ke tujuh mengalir keluar dari tangan kanannya dengan raungan, membungkus seluruh tangan kanannya dengan cahaya biru gelap.
Bang!
Tinju mereka bertemu di udara, dan Bumi terpaksa mundur beberapa langkah sebelum dia berhasil menstabilkan diri. Darah dalam tubuhnya beredar kacau, tetapi dengan cepat menenangkan nya dengan embun biru.
Donovan hanya perlu mengambil satu langkah mundur untuk menstabilkan dirinya, bibirnya tersenyum mengejek.
"Iblis! Dia dari bangsa Iblis," seseorang berteriak. Diluar laboratorium sudah ramai, mereka ingin masuk tapi di oleh guru yang sudah lebih dulu datang.
" Bagaimana bisa iblis menerobos masuk kemari?"
"Gila! apa yang sedang mereka rencanakan,"
"Para iblis bodoh itu pasti ingin berperang dengan kita."
"Aku sudah menduga. Iblis di lembah es tidak mungkin tiba-tiba ada disana kalau tidak-"
"kau benar. Mereka ingin menyerang Terra!"
Terjadi keributan di luar saat mendengar bahwa salah satu yang sedang berkelahi di dalam adalah iblis. Lalu kemudian mereka ingat dengan pembantaian calon murid di lembah es dan mulai mengaitkan nya.