Ima seorang gadis desa yang datang dari kampung ingin mengubah kehidupan keluarganya. Ia bekerja di sebuah mini market sebagi seorang kasir. Disanalah berkenalan dengan seorang pria yang membuatnya jatuh cinta.
Gayung bersambut cinta Ima berbalas. Laki - laki itu ternyata juga menyukai Ima. Hubungan mereka makin hari makin dekat,hingga laki - laki itu melamar Ami menjadi pendamping hidupnya.
Awal menikah hidup Ima berubah,rasanya begitu bahagia karna mendapatkan suami yang begitu perhatian. Tapi bencana itu datang saat ia sudah mempunyai seorang anak,sikap suaminya mulai dingin. Ada apa gerangan yang terjadi? apalagi Ima pernah memergoki suaminya menelpon seorang perempuan dengan kata - kata yang tidak sepantasnya . Apakah suaminya sudah bermain api di belakangnya? Bagaimana kelanjutan rumah tangga Ima dengan suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ima susanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ba 33
Tak terasa sudah tiga hari Azzam di rawat di rumah sakit bakti. Ima dengan setia selalu mendampingi putranya itu. Sementara Abi dan Uminya ijin pulang dulu sebentar kembali ke desa.
"Abi dan Umi besok mau pulang dulu sebentar, nanti kalau berdua akan kembali lagi kesini." ujar Abi saat merka bertiga ditengah duduk sambil makan siang.
"Kamu ga apa - apakan Umi tinggal sebentar?" tanya Umi yang sebenarnya tidak tega meninggalkan anak dan cucunya sendiri di sini. Tapi ia juga ga tega membiarkan suaminya pulang sendiri.
"Ga apa - apa ,Umi. Nanti aku telpon Susi untuk menemani aku disini." Jawab Ima.
"Alhamdulillah jika begitu,jadi Umi dan Abi jadi agak tenang meninggalkan kalian." ujar Umi sambil memandang cucunya yang tengah tertidur.
Sehabis Ashar Abi dan Umi berangkat menuju kampung mereka untuk memeriksa keadaan toko yang sudah tiga hari ditinggalkan. Bukanya tidak percaya tapi manusia siapa yang tau.
Saat Abi dan Umi sudah pergi tak lama datang juga sahabat yang sedari awal menolong Ima untuk kabur dari Bimo suaminya.
"Ima,kangen." teriak Susi sambil memeluk temanya yang sudah lama tidak bertemu. Walau komunikasi terjaga tapi bertemu secara langsung itu lebih mengharukan.
"Kamu makin cantik aja,ga keliatan kalau kamu itu sudah ada buntutnya." goda Susi setelah drama pelukan melepas rindu diantara mereka.
" Bohong banget." tangkis Ima.
"Beneran tau,aku aja sampai pangling liat kamu yang sekarang. Aura dewasa semakin membuat kamu kelihatan cantik." ujar Susi apa adanya.
"Sudah...sudah lebih baik bahas yang lain,Kamu apa kabarnya? Kapan aku di perkenalkan sama sosok pangeran berkuda kamu?" Ima mengalihkan pembicaraan.
"Belum ketemu yang pas. Mungkin pangeran aku masih belum nemu kudanya buat menemui aku." kekeh Susi.
"Kamunya kali yang terlalu pemilih,makanya pangerannya ga muncul." ujar Ima sambil tertawa kecil.
"Ngomong - ngomong jagoan aku sakit apa?" tanya Susi melihat Azzam yang tengah terbaring di ranjangnya.
"DBD." jawab Ima singkat.
"Masa sih,aduh kasihan jagoan aku." Susi mengelus pipi Azzam dengan mulut di monyong - monyongnya.
"Awas tangannya Di dikondisikan. Udah cuci tangan belum." canda Ima pura - pura marah pada Susi.
"Ealah....sok bersih,udah nyonya sudah hamba cuci tujuh kali dengan air kembang. " Susi membalas candaan Ima. Terlihat keduanya saling melempar senyum.
"Aku ga ganggu kamu kan Sus?" tanya Ima.
"Ganggu sih,tapi demi jagain siganteng ga apa - apa lah." Mulut Susi memang agak sudah diajak serius,ada aja jawabannya yang menggelitik perut.
"Azzam foto copy bapaknya banget,apa kamu ga ingin mempertemukan mereka,Ma?" tanya Susi mulai serius.
"Entahlah Sus,aku belum siap Rasa sakit itu masih terasa sampai saat ini." Terlihat wajah Ima berubah sendu.
"Kamu tau ga,setelah kepergian kamu. Pak Bimo kaya orang gila. Berbulan - bulan ga masuk kerja,sekarang tampang menyeramkan."Susi mulai bercerita tentang Bimo pasca diri hal Ima.
"Masa sih,kan itu ada si putri." Ima mulai kepo.
"Kamu belum tau ya,kalau si putri itu pembohong. Pura - pura bunting biar cepat dinikahi pak Bimo. Mau jadi orang kaya dalam sekejap mata, ga taunya jadi gembel." cibir Susi.
"Bagaimana dengan mini market?"tanya Ima.
"Untung ada bapak mertua kamu ,ia kembali mengambil alih semua urusan mini market. Kalau ga ada beliau ga tau deh gimana mini market sekarang."Jelas Susi. Keduanya asik membicarakan keadaan keluarga Bimo membuat sudut hati Ima tercubit karna pergi tanpa pamit kepada mertuanya yang begitu baik. Walau ia membenci Bimo,tapi ia tidak pernah membenci mertuanya. Mereka sudah seperti orang tau bagi dirinya.