Sekuel dari Anak Jenius Mom Sita. Disarankan untuk membaca novel tersebut dulu agar mengetahui tokoh tokohnya.
Kai Bhumi Abinawa memiliki identitas ganda. Ia dijuluki sebagai Mr Sun di dunia hacker yang ditakuti dunia internasional. Sedangkan di dunia nyata Kai dikenal sebagai pemilik sekaligus CEO dari A-DIS ( Abinawa Defense of Internet System) Company yang sukses. Namun kesuksesan yang dimiliki membawa ia dalam banyak masalah. Banyak wanita yang mengejarnya serta musuh yang ingin menjatuhkannya.
Merasa lelah dengan rutinitasnya, Kai memutuskan untuk menepi dan melakukan sebuah perjalanan. Ia meninggalkan semua kemewahannya dan berkelana layaknya pemuda biasa.
Di tengah perjalanannya Kai bertemu penjual jamu gendong yang cantik. Kirana Adzakia nama wanita berhijab tersebut. Kai jatuh hati terhadap Kiran dan Ia memutuskan untuk menetap di daerah tempat tinggal Kiran sebagai penjaga warnet. Namun siapa sangka Kiran adalah seorang janda muda di usianya yang baru 21 tahun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MBH 04. Membujuk Si Bungsu
Malam harinya saat tengah makan malam Si bungsu Ana masih diam seribu bahasa. Ia pun menyelesaikan makan malam lebih dulu dan langsung masuk kamar tanpa mengucapkan apapun.
" Huft…." Kai membuang nafasnya dengan sangat berat melihat adik bungsunya masih ngambek.
" Akhza sama Abra sudah bicara sama adek?"
" Sudah mom. Tapi ya gitu malah marah marah dan berakhir ngambek."
" Iya mom. Kak Ahza sampe pusing ngasih taunya."
Akhza mengangguk membenarkan omongan Abra.
" Bang… coba abang yang ngomong. Adek kan emang gitu. Udah gede tapi tetep aja kayak anak kecil."
" Baik yah."
Kai akhirnya bangkit dari duduknya dan hendak menyusul Ana ke kamar. Padahal makanannya masih tersisa separo yang belum di makan.
" Bang… makan dulu."
" Nanti aja mom. Abang bicara dulu sama adek."
Pemuda 27 tahun itu berjalan sedikit gontai menuju kamar si bungsu, ia sebenarnya sudah tidka berselera makan melihat snag bungsu yang cemberut. Anandita Senja Abinawa, adik bungsu dan perempuan satu satunya di kediaman ayah Rama itu memanglah sangat manja kepada si sulung. Bagi Ana, Kai adalah superheronya. Bahkan ayah Rama berada di urutan nomor dua setelah Kai.
Tok...tok...tok….
" Adeek… Ana… Abang masuk ya."
Tidak ada jawaban dari Ana tapi Ana sengaja tidak mengunci pintunya. Ia tahu abang nya pasti akan mendatangi kamarnya.
Kamar gadis 20 tahun itu tertata rapi. Beberapa buku tersusun rapi di rak buku. Bukan kamar Ana tidak seperti kamar gadis gadis lain yang didominasi warna soft, kamar Ana lebih berwarna monokrom. Ya gadis itu menyukai warna warna netral seperti hitam dan putih. Namun sikap manjanya di rumah sungguh tidak sesuai dengan kesukaan warna nya.
Kai duduk di ujung tempat tidur. Ia mendesah kan nafasnya dengan berat.
" Adek… Ana marah sama abang?"
" Abang nggak sayang Ana lagi. Abang mau pergi. Abang mau ninggalin Ana. Hu…. Hu…. Hu…"
Ana mulai menangis. Sungguh ia tidak ingin Kai pergi.
" Adek dengerin abang. Adek sekarang umurnya berapa?"
" 20 tahun."
" 20 tahun itu sudah punya KTP kan, adek juga udah aqil baliq kan?"
Ana mengangguk, ia paham arah bicara Kai.
" Adek itu sudah gede, sudah dewasa, sekarang juga udah kuliah. Ana nggak bisa terus tergantung sama Abang. Suatu hari abang juga akan menikah dan punya keluarga sendiri. Begitu juga dengan Ana. Ana juga akan menikah dan punya keluarga sendiri. Ana harus belajar mandiri dan tidak tergantung sama abang, kak Akhza, ataupun mas Abra."
Ana termangu, semua yang dikatakan oleh abangnya benar. Dia tidak selamanya berada di rumah ini sebagai gadis kecil. Suatu hari dia pun akan keluar dari rumah ini dan mengikuti suaminya.
" Ana tahu bang.. Tapi kenapa abang harus pergi?"
" An… abang hanya ingin refreshing sebentar, abang terlalu lelah dengan pekerjaan. Apakah tidak boleh?"
" Ya boleh sih."
" Lalu…?
Ana menghapus air matanya lalu bangkit dan memeluk Kai.
" Maafin Ana ya.. Ana terlalu egois. Abang juga punya kehidupan sendiri. Selama ini abang selalu melindungi kami dan menjaga kami. Bersenang senang lah bang.."
" Gadis pintar. Kalau abang sedang tidak dirumah jaga mommy ya. Bantu bantu mommy masak. Ana perempuan harus bisa melakukan pekerjaan perempuan juga."
Ana mengangguk. Kedua kakaknya yang lain pun masuk ke kamar. Ternyata sedari tadi mereka mencuri dengar di depan pintu kamar Ana.
" Alhamdulillah gadis manja ini sudah sedikit bisa dewasa."
" Mas Abra apa an sih."
Ana mengerucutkan bibirnya. Dan semua tertawa dengan tingkah Ana.
" Bagaimana kalau kita semua tidur di sini malam ini."
" Boleh… usul Akhza sangat bagus. Abang akan tidur di sini bersama kalian, seperti dulu."
Kini keempat putra putri Rama dan Sita itu merebahkan tubuh mereka di ranjang milik si bungsu. Mereka mengulang lagi masa kecil mereka yang selalu rusuh ingin tidur di kamar Kai.
" Dulu kita sering banget ya ngungsi di kamar abang." Ucap Akhza.
" Iya… Sampai sampai abang harus ganti kasur yang lebih gede biar bisa nampung kita hahahah."
" Mas Abra masih inget aja. Tapi besok abang mau pergi. Hiks…"
Ana mulai menangis lagi. Meskipun bibirnya mempersilahkan Kai untuk pergi tapi hatinya sungguh berat.
Kai mengusap kepala adik bungsunya itu.
" Sudah sudah.... Abang kan nggak pergi berperang. Abang ini mau liburan tapi versi backpacker alias low budget."
Semua tertawa bersama. Mereka saling bercerita mengenai kegiatan kampus mereka. Mereka juga mengenang masa kecil mereka. Hingga keempat nya tertidur. Dan kali ini Kai pun benar benar tertidur.
Rama dan Sita yang dari tadi berada di luar kamar hanya saling melempar senyum mendengarkan cerita anak anak mereka. Sesaat Sita meneteskan air matanya karena haru.
Cekleek…
Rama membuka perlahan pintu kamar putri bungsunya dan berjalan masuk bersama sang istri. Mereka melihat pemandangan yang membuat hati mereka tersentuh.
" Dulu saat mereka kecil aku pernah berkata agar mereka bisa selalu akur selamanya. Dan alhamdulillah sungguh senang bisa melihat mereka seperti ini."
" Iya sayang, di usia kita yang sudah setengah abad mereka selalu akur begini. Dan bagi kita mereka tetaplah anak anak kecil."
Sita mengangguk, ia merasa waktu berjalan begitu cepat. Terkadang Sita berpikir ingin mereka tetaplah kecil.
🍀🍀🍀
Waktu menunjukkan pukul 3 pagi. Kai terbangun dari tidurnya. Ia melihat ketiga adiknya bergantian dan mencium pucuk kepala mereka satu persatu. Kai turun perlahan, membenarkan selimut ketiganya lalu menaikkan suhu pendingin udara.
Ia berjalan pelan menuju kamarnya. Mengambil air wudhu di kamar mandi dan membentangkan sajadahnya untuk sholat malam 2 rakaat.
" Ya Allaah lindungilah keluarga hamba disaat hamba tidak ada bersama mereka. Aamiin."
Kai kembali melipat sajadahnya dan kini ia sudah berada di meja kerjanya. Kai membuka laptop miliknya dan menulis di situs official milik Mr. sun.
Hi everyone
This is Mr. Sun, I just want to say that for a while I will be on hiatus. So if you need my help you can message me via email. And I'll reply when I get back.
Thanks, see you soon.
Klik, Kai menekan tombol enter untuk memposting tulisan nya. Ia langsung mematikan laptopnya dan menyimpannya di dalam nakas. Ia mematikan smartphone dan tab miliknya juga lalu menyimpannya bersama dengan laptop.
"Huft…. The journey has begun."
Kai merebahkan tubuhnya kembali. Lalu tiba tiba dia mengingat sesuatu. Kai mengambil smartphone miliknya dan menyalakan. Ada hal yang harus dilakukan sebelum memulai perjalanannya.
" Hallo Silvya…"
" Astaga Kai.... Kau benar benar ya. Apa kau tidak tahu ini jam berapa."
" Sorry,... Apa kau masih membuka jasa keamanan?"
" Maksudmu?"
" Maksudku apa kau masih memiliki orang orang yang bisa mengamankan orang lain dari gangguan penjahat misalnya."
" Hahahha… dasar kau. Masih lah."
" Bolehkah aku minta beberapa orang mu untuk mengawal keluargaku. Aku akan pergi beberapa saat."
" Oke… bisa."
" Good thankyou Q."
" Sama sama Mr. Sun."
Kai mematikan ponselnya. Kini dia bisa bernafas lega. Keluarganya akan aman jika berada di tangan Q. Ia lalu merebahkan tubuhnya kembali. Sejenak memejamkan mata sebelum pagi menjelang.
TBC