Mencintai seseorang yang hanya menganggapnya sebagai seorang adik tentunya sangat menyakitkan, apalagi setelah tahu kalau pria yang dicintainya ternyata sudah memiliki pujaan hati.
Yuk simak cerita selengkapnya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gresyst_lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 33
"Nggak ada yang kelupaan kan?"
Hani dan Kevin mengangguk. Kevin mengambil ponsel untuk memeriksa kalau kalau ada sesuatu yang penting. Sedangkan Hani menarik orange jus didepannya dan langsung minum.
"Capek juga ya ternyata. Padahal sama sama belanja loh, tapi kok sekarang berasa capek banget ya? Biasanya juga shopping beli baju, tas dan lain sebagainya, nggak pernah tuh secapek ini." Naura ikut minum.
"Ya kalo itu kan beda Nau, itu Kita beli sesuatu yang kita suka. Nah kalo sekarang kan nggak."
Naura mengangguk setuju.
"Kenapa Kev?" Hani bertanya karena melihat Kevin yang sedikit tidak tenang. Naura ikut menoleh.
Mereka memperhatikan Kevin yang masih sibuk mengetik diponselnya. Ada raut khawatir diwajahnya.
"Nau, Han, aku pamit duluan nggak pa pa kan? Omaku minta aku pulang sekarang. Kalian nggak pa pa kan kalo pulang naik taxi?" Kevin sedikit tidak enak, tapi tak punya pilihan selain datang menemui omanya.
"Nggak pa pa, santai aja," Jawab Naura. Hani juga tidak keberatan. Kevin pun langsung beranjak.
"Kira kira ada apa ya?"
"Kepo aja." Hani menjawab dengan setengah tertawa. Bukan khawatir ya, Naura cuman kepo saja.
"Kamu sama kak Jo gimana? Ada kemajuannya nggak?"
Naura membuang nafas panjang. "Boro boro. Kayaknya kak Jo udah cinta mati deh sama si Lyodra Lyodra itu makanya matanya jadi buta, nggak bisa liat gw."
"Terus?"
"Terus apaan? Ya gaslah. Ya ibarat kata nih, kecuali dia udah nikah, baru aku bakalan nyerah. Lagian, kalaupun dia mau nikah, aku bakalan ngamuk di acara nikahannya, biar batal sekalian."
"Malu maluin aja."
"Ya nggak pa pa dong. Mending malu daripada kehilangan kak Jo." Naura nyengir sedangkan Hani hanya bisa menggeleng.
"Abis ini kita langsung pulang apa gimana?"
"Emang kamu nggak capek? Aku capek banget Han, pengen tidur dalam pelukannya kak Jo, biar capeknya hilang, biar hatinya juga tenang."
"Nggak ada ya kayak gitu. Nggak bakalan aku biarin kalian tidur bareng lagi. Ntar terjadi hal hal yang nggak diinginkan lagi."
"Ya nggak pa pa, aku senang kok."
"Gila!" Hani melotot.Tau Naura sedang bercanda.
*****
"Naik Nau, ngapain sih bengong kayak orang bodoh gitu?" Hani mendengus kesal, melihat Naura yang hanya berdiri dan tidak masuk ke taxi.
"Loh mau kemana?" Terpaksa Hani turun dari taxi lagi dan mengejar Naura.
"Nau, ini aku bawa banyak barang loh, susah. Emang kamu mau kemana sih?"
"Aku liat kak Jo." Naura mempercepat langkahnya.
Satu butik besar berada tepat didepan cafe yang tadi mereka kunjungi. Naura melihat Jonathan dan Lyodra masuk kesana sambil bergandengan tangan.
Pikiran buruk mulai menyerang, tapi Naura berusaha menyingkirkannya. Hatinya jadi tak tenang.
"Mau ngapain sih Nau di butik? Nanti aja kita balik lagi."
Naura tidak peduli bahkan mungkin tidak mendengar ucapan Hani itu. Fokusnya bukan disitu.
"Gimana beib, gaunnya bagus nggak?"
Langkah Naura berhenti saat mendengar pertanyaan itu. Lyodra terlihat cantik dengan gaun pengantin press body yang dia kenalan sekarang. Sedangkan Jonathan duduk didepan sambil tersenyum.
"Bagus nggak beib?"
Jonathan mengangguk tanpa sadar disana ada Naura dan Hani.
Hani menganga. "Loh ini maksudnya apa? Mereka mau nikah?"
Naura tak bergeming. Diam memperhatikan hal itu. Sekarang dia harus bersikap seperti apa?
Naura memang berkata kalau akan menghancurkan pernikahan Jonathan saat pria itu akan menikah. Tapi kan itu hanya perkataan saja, tidak mungkin benar benar dilakukan.
Terus sekarang bagaimana?
Naura menahan tangan Hani yang hendak menghampiri Jonathan. Lalu dia segera berbalik dan meninggalkan tempat itu. Mau tidak mau Hani mengikutinya.
"Lau."
"Aku pengen sendiri dulu." Naura naik taxi sendiri dan meninggalkan Hani. Dia terlalu kalut. Nggak bisa berpikir dengan tenang. Dadanya nyeri bahkan tangannya sampai gemetaran. Naura berusaha untuk tidak menangis.
"Mau kemana mbak?"
"Kemana aja pak, yang bikin tenang."
50 menit kemudian, taxi berhenti di sebuah taman yang luas dengan pemandangan danau yang indah.
"Didepan ada taman mbak, pemandangannya sangat indah. Saya tau mbak sedang sedih tapi ditaman ini, saya jamin kesedihan mbak akan berkurang," ucap bapak sopir dengan senyuman yang tulus.
Naura duduk diam memperhatikan danau. Tidak banyak pengunjung disana.
Hampir 30 menit berlalu,Naura masih betah dalam diamnya. Dia bahkan tak menggubris Hani yang beberapa kali menelponnya.
"Hai." Seseorang duduk disampingnya. Naura tak menggubris.
"Sendirian ya?" Lagi lagi Naura tak menggubris.
"Hellow." Si pria melambaikan tangan didepan wajah Naura. Barulah Naura bersuara. Gadis itu agak kaget karena tak menyadari kehadiran si pria. Sejak tadi dia melamun.
"Kok bengong, kesambet loh nanti."
Alis Naura terangkat. agak terganggu dengan pria didepannya yang nampak santai seolah mereka sudah saling kenal.
"Nggak baik loh cewek cantik bengong ditempat seperti ini."
Naura mendengus dan memalingkan wajahnya. Malas menggubris pria itu.
"Aku Robby." Tiba tiba pria itu memperkenalkan dirinya. Naura hanya diam. Tidak penting juga kan tau nama pria itu.
"Nggak bagus loh begong disini. Gimana kalau ikut aku? Nggak jauh dari sini ada tempat makan yang enak banget, mau nggak?"
"Please deh, jangan ganggu aku boleh nggak? Sok kenal banget!" Naura mendengus.
"Cantik cantik galak ih."
"Pergi deh, bikin tambah pusing aja."
Naura berdecak memperhatikan si pria yang perlahan menjauh. "Ganggu aja."
ditunggu ..
d tunggu lanjutannya 🙏🏻🙏🏻
waah bahaya nih 🤨
naura kamu harus tahan harga ya ke ka jo, biar jojonya yg usaha dptin hati kamu lagi nau 🤭🤭