"Aku dimana?"
Dia Azalea. Ntah bagaimana bisa ia terbagun di tubuh gadis asing. Dan yang lebih tidak masuk akal Adalah bagaimana bisa ia berada di dunia novel? Sebuah novel yang baru saja ia baca.
Tokoh-tokoh yang menyebalkan, perebutan hak waris dan tahta, penuh kontraversi. Itulah yang dihadapai Azalea. Belum lagi tokoh yang dimasukinya adalah seorang gadis yang dikenal antagonis oleh keluarganya.
"Kesialan macam apa ini?!"
Mampukah Azalea melangsungkan kehidupannya? Terlebih ia terjebak pernikahan kontrak dengan seorang tokoh yang namanya jarang disebut di dalam novel. Dimana ternyata tokoh itu adalah uncle sang protagonis pria.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon queen_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
OMB! (10)
Selamat Membaca dan menikmati😉
Jangan lupa di Vote, dishare, sama komennya ges.
Follow akun ku yuk!
*****
Auris tersenyum cerah melihat penampilannya. Hari ini ia sengaja memakai rok karena Aldrick tidak suka jika ia memakai celana.
"Mas Aldrick pasti suka." Auris terus berputar-putar di depan cermin.
"Selagi tidak ada larangan menggoda bos, maka aku akan terus menggodanya sampai dia jadi milikku." Auris tersenyum miring kemudian mengambil tasnya.
Ia keluar dari kediamannya dan segera masuk ke dalam mobil jemputan nya.
Tidak butuh waktu lama, mobil itu pun sampai di kediaman Alessandro. Auris langsung melakukan tugasnya. Mulai dari menyiapkan sarapan, sampai membangunkan Aldrick.
Melihat Aldrick yang turun sambil memegang dasinya, Auris segera menghampiri pria itu dan memasangkan dasi di leher Aldrick.
Kegiatan Auris terhenti ketika Aldrick tanpa aba-aba memegang pinggangnya. Auris merasakan desiran aneh saat Aldrick menyentuh nya.
"Ada apa mas?"
"Pakaian macam apa yang kamu gunakan ini?"
Tidak dingin tapi tidak juga lembut. Auris dapat merasakan aura berbeda dari Aldrick.
"Bukankah mas yang menyuruhku untuk tidak memakai celana? Dan sekarang aku sudah memakai rok. Jadi apa yang salah?" Auris melanjutkan kegiatannya.
"Iya tapi-," ucapan Aldrick terhenti ketika Auris menyentuh dadanya.
"Mas tidak suka?" tanya Auris berbisik. "Kalau mas tidak suka, aku bisa menggantinya dengan yang lain."
Aldrick tersenyum miring. Di tariknya pinggang Auris hingga tidak ada ruang di antara mereka.
Diam-diam Auris tersenyum miring*. "Gotcha!"* Auris meletakkan kepala nya di dada bidang Aldrick. Jari jemarinya sengaja menggambar abstrak.
"Sopankah kalian seperti itu di depanku?" Celetuk Gracella yang ntah kapan berada di sana dan menyaksikan kegiatan mereka.
Aldrick dan Auris seketika saling menjauh. Auris beralih menuju meja makan. Begitupun dengan Aldrick yang langsung duduk di sana.
Auris langsung menghidangkan sarapan Aldrick. Dan kali ini ia juga menyiapkan sarapan untuk Gracella membuat gadis itu tersenyum lebar.
"Terima kasih Auris,"
Auris menganggukkan kepalanya. Ia duduk di sebelah Aldrick dan membuka ipad miliknya. Melihat jadwal yang harus dilakukan Aldrick.
"Kamu sudah makan?"
Auris menoleh lalu menggeleng.
Aldrick langsung menyodorkan sesendok nasi ke mulut Auris dan diterima baik oleh gadis itu. "Lain kali seharusnya sarapan dulu Melon,"
"Melon?"
"Auristella Melonika kan? Mulai sekarang mas akan memanggilmu Melonika," jawab Aldrick.
Auris hanya mengangguk saja. Terserahlah, pikirnya. Jika berdebat pun tidak berguna. Melihat bagaimana sifat Aldrick, Auris tahu jika pria di sampingnya ini sulit mengalah.
15 menit mereka melakukan ritual sarapan. Akhirnya mereka selesai. Aldrick dan Auris segera bangkit, begitupun dengan Gracella yang juga akan ikut bersama mereka. Hari ini Gracella akan melakukan magang di kantor Aldrick.
"Papa, jangan sampai ada yang tahu kalau aku anak mu. Aku mau bekerja dengan usahaku sendiri."
"Heem,"
*****
Caramel tengah bersiap-siap di kamarnya. Hari ini ia akan bertemu dengan Reynold sesuai perjanjian. Caramel menggunakan dress tanpa lengan dengan cardigan. Tidak lupa ia memakai make up secantik mungkin agar Reynold terpesona padanya.
Setelah puas bersiap-siap, Caramel mengambil tas nya dan segera pergi dari sana. Ia berpamitan pada Sofia dan Zanna yang berada di ruang keluarga.
"Mau kemana Car?"
"Bertemu dengan Reynold tante, ada sesuatu yang perlu kami bicarakan." Caramel tersenyum lembut membuat Zanna mengangguk.
"Hati-hati sayang, kalau ada sesuatu segera hubungi mama atau kakak-kakak mu," kata Sofia.
Caramel mengangguk, "Siap mama. Kalau begitu aku pergi dulu ya."
Caramel pun keluar dari kediamannya. Sudut bibirnya tertarik ke atas ketika melihat mobil Reynold sudah terparkir di sana. Tanpa berlama-lama ia segara naik dan mobil itu pun bergerak menjauhi kediaman dirgantara.
Reynold menghentikan mobilnya di salah satu cafe. Reynold turun dan membukakan pintu untuk Caramel. Keduanya berjalan memasuki Cafe dengan Caramel yang memeluk lengan Reynold.
Mereka duduk di salah satu meja paling pojok atas permintaan Reynold.
"Kau ingin apa Car?"
"Matcha latte 1,"
Reynold memanggil salah satu pelayan, "Americano 1, matcha latte 1."
Pelayan itu mengangguk dan mencatat pesanan mereka. Kemudian ia pergi meninggalkan keheningan antara Reynold dan Caramel.
"Apa maksudmu Rey?" tanya Caramel membuka pembicaraan. "Kenapa kau mengatakan jika kau menyukai Auris semalam? Kau benar-benar mulai menyukainya? Kau ingin tetap berhubungannya dengannya?"
Suara Caramel terdengar bergetar di telinga Reynold. Sudah dipastikan Caramel pasti sedang menahan tangisnya.
"Kau bilang kau jijik dengannya! Kau muak dengan Auris, tapi mengapa tiba-tiba kau bilang kau menyukainya Rey?!" Caramel menangis.
Reynold menghela napas saat itu juga. "Bukan begitu maksudku Car, itu hanya--,"
"Hanya apa?!" potong Caramel menatap Reynold. "Kau ingin meninggalkanku? Kau mau membuangku setelah memakaiku?!" Caramel semakin terisak di tempatnya. "Aku bukan barang Rey. Seharusnya kita tidak melakukan itu jika seperti ini akhirnya."
Reynold bungkam. Caramel memang benar. Tapi dia juga tidak salahkan? Mereka melakukannya atas dasar sama-sama mau.
"Aku minta maaf Car. Aku benar-benar minta maaf pada mu." Reynold memegang tangan Caramel, "Aku hanya tidak suka melihat Auris dekat keluargaku. Kau tahu kan seperti apa dia? Aku tidak mau Auris memengaruhi keluargaku Car." Reynold berusaha membujuk Caramel agar gadis itu tidak menangis lagi. "Itu cuma sandiwara saja Car, aku tidak benar-benar menyukainya. Aku hanya mencintaimu." Reynold mengusap air mata Caramel dengan ibu jarinya. "Sudah, jangan menangis lagi Car. Kau jadi jelek ketika menangis."
Perlahan-lahan Caramel berhenti menangis. Ia mulai tersenyum dan balik menggenggam tangan Reynold. "Kau tidak bohong? Kau benar-benar mencintaiku kan?"
Reynold mengangguk, "Iya car, aku hanya mencintaimu."
Pipi Caramel bersemu merah setelah mendengarnya. Hal itu membuat Reynold terkekeh kecil karena menurutnya Caramel terlihat lucu dan menggemaskan.
"Kalau begitu kapan kita akan menikah?"
Reynold terdiam kemudian tersenyum, "Secepatnya. Aku akan membujuk papa agar kita bisa menikah secepatnya."
Caramel tersenyum lebar, "Kau berjanji?"
"Aku janji."
Setelah perbincangan yang sedikit dramatis tadi. Caramel terus saja tersenyum lebar. Apalagi Reynold terus-terusan menggodanya dengan kata-kata penuh cinta yang tentu membuatnya malu sekaligus senang. Caramel merasa perutnya di penuhi kupu-kupu setiap kali Reynold menggodanya.
*****
Meeting yang harusnya berjalan lancar harus berantakan akibat rekan bisnis Aldrick yang mengganggu Auris. Aldrick langsung membatalkan kontrak kerja sama mereka setelah menghajar rekannya itu habis-habisan.
"Seharusnya mas jangan berkelahi. Lihat! Wajah tampan mas jadi lebam-lebam seperti ini! Untung masing tetap tampan. Bagaimana jika ketampanan mas berkurang? Lagi pula aku juga tidak papa," omel Auris sambil mengobati lebam-lebam di wajah Aldrick.
Sementara korban dari omelan Auris hanya diam memandang wajah Auris. Bohong kalau Aldrick tidak terpesona. Dari dekat seperti ini, wajah Auris terlihat semakin cantik. Apalagi saat mengomelinya, Auris terlihat sangat menggemaskan di mata Aldrick.
"Jadi sekretaris mas ini sedang khawatir heem?" Aldrick memegang tangan Auris yang hendak menyentuh wajahnya. Ia sengaja memajukan wajahnya agar lebih dekat dengan wajah Auris "Sekarang lihat wajah mas baik-baik. Apa ketampanan mas berkurang sayang?"
Auris tersenyum. Ia mengalungkan tangannya ke leher Aldrick. "Tidak. Bos ku ini masih terlihat begitu tampan dan...seksi." Auris sengaja menggigit bibir bawahnya sensual.
Aldrick pun tak tinggal diam. Ia mendorong tubuh Auris sehingga Auris terbaring di sofa. Aldrick tersenyum miring, "Kamu menantang mas?"
Auris hanya tersenyum, "Jika ia kenapa?"
Oh Shit! Aldrick semakin menggila di buat Auris. Tanpa aba-aba Aldrick langsung membungkam bibir Auris. Aldrick menahan kedua tangan Auris ke atas membuatnya begitu leluasa mencium Auris.
Tanpa di sangka-sangka, Auris ternyata membalas ciuman itu. Hal itu tentu membuat Aldrick merasa senang, Itu berarti Auris memberi lampu hijau padanya.
Ciuman mereka terlepas. Aldrick maupun Auris sama-sama terbawa suasana . Tidak lama kemudian Aldrick langsung menggendong Auris ala bridal style. "Kita lanjutkan di kamar sayang."
*****
Terimakasih sudah membaca><
Jangan lupa di vote, dishare sama komennya ya we.
Menyala OMB! Api mana api?!🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥
*****