Sebuah pengkhianatan seorang suami, dan balas dendam seorang istri tersakiti. Perselingkuhan sang suami serta cinta yang belum selesai di masa lalu datang bersamaan dalam hidup Gladis.
Balas dendam adalah jalan Gladis ambil di bandingkan perceraian. Lantas, balas dendam seperti apa yang akan di lakukan oleh Gladis? Yuk di baca langsung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadisti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak bergairah
Kediaman Pradipta.
Jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Saras sudah berada di ruang makan, duduk di atas kursinya menunggu kedatangan putranya yang telah membuatnya kesal sekaligus marah.
Sedangkan Darren, saat ini ia baru menuruni anak tangga dengan raut wajah yang terlihat di tekuk. Tidak ada gairahnya sama sekali. Ntah apa yang terjadi pada pria berusia matang itu, sehingga membuat wajahnya nampak kusut seperti topo.
Saras sudah bersiap-siap ketika melihat putranya berjalan menuju ruang makan, ia sudah beranjak dan berdiri di samping kursi dengan tatapan mata tertuju pada Darren.
Tangannya terangkat, lalu menjewer telinga Darren, saat Darren berniat untuk melewatinya.
"Aaawww mama, kenapa mama jewer telingaku sih! Aku bukan anak kecil, mah." Darren mengaduh, ia memegang tangan sang mama, mencoba untuk melepaskan tangan sang mama dari telinganya. Namun, bukannya lepas, tangan itu malah semakin kencang menjewer telinganya.
"Lepasin, mah. Nanti kalau telingaku lepas bagaimana?" kesal Darren seraya menatap mamanya.
"Biarkan saja. Toh punya telinga juga kamu tidak bisa memakainya. Kamu tidak mendengar ucapan mama kemarin, kamu pulang larut malam, padahal mama sudah memintamu untuk pulang tepat waktu, karena kita akan makan malam bersama tunanganmu juga calon mertuamu. Tapi, apa? Kamu malah mengabaikan ucapan mama. Mama hubungi, kamu tidak menjawabnya. Mama kirim pesan, kamu sama sekali tidak membalasnya. Apakah kamu ingin membuat mama mati berdiri, Darren!" Ucap Saras, meluapkan kekesalan yang ia pendam dari semalam.
"Mah, aku sangat sibuk, semalaman aku lembur. Jadi, tidak bisa di ganggu." Bohong Darren karena pada kenyataannya ia sama sekali tidak sibuk. Ia malah pergi ke Club bersama teman-temannya, untuk menghindari makan malam yang pastinya akan membuat Darren jengah.
Saras menghela nafasnya kasar, melepaskan tangannya dari telinga Darren, lalu duduk kembali di atas kursinya tadi.
"Alasan! Mama yakin kamu pasti sengaja menyibukkan dirimu hanya untuk menghindari malakan malam dengan tunanganmu itu. Mama sudah hapal dengan sifatmu, Darren! Pokoknya mama tidak mau tahu, sore ini kamu harus temui Bella dan meminta maaf sama dia. Kamu ini sebagai tunangannya sangat-sangat tidak punya hati, Darren. Bella sudah begitu baik dan pengertian terhadap kamu, tapi kamu malah selalu menghindarinya. Sampai kapan kamu akan seperti ini terus?"
"Bella itu gadis yang baik, lemah lembut juga sangat pengertian. Selama dia menjadi tunanganmu, Bella sama sekali tidak menuntut kamu untuk selalu menemani dia, kemanapun dia ingin pergi. Tapi, kenapa sampai sekarang kamu masih belum bisa membuka hatimu untuk Bella? Sebenarnya perempuan seperti apa yang sedang kamu cari Darren?" Ucap Saras panjang lebar. Menatap putranya yang kini sudah duduk di atas kurisnya, tanpa memperdulikan ucapannya.
Darren malah sibuk dengan ponselnya, membuka aplikasi biru, lalu masuk ke dalam kotak masuk yang ada di aplikasi biru itu. Mengirimkan sebuah pesan kepada wanita yang selama ini sulit untuk di lupakan.
(Tidak balas pesanku semalam? Apakah kamu ingin kehilangan akunmu?)
Segera pesan itu ia kirimkan pada Gladis. Lalu, memasukan kembali ponsel itu ke dalam saku celananya.
"DARREN! KENAPA KAMU MALAH SIBUK DENGAN PONSELMU. MAMA SEDANG BERBICARA DENGANMU. APAKAH KAMU TIDAK DENGAR?" Saras sangat kesal, melihat sikap cuek putranya tersebut. Bahkan satu ucapannya pun Darren tidak membalasnya. Benar-benar menguji kesabarannya sebagai seorang ibu.
"Denger, mah denger. Mama tidak perlu berteriak seperti itu. Telingaku masih normal, tidak budeg! Lagian mama tahu pertunanganku dengan Bella itu hanya sebuah keterpaksaan saja. Jadi, mama jangan berharap kalau aku akan menyukainya. Karena sampai kapan pun aku tidak akan bisa menyukai dia, mah. Tolong mengertilah. Cinta itu tidak bisa di paksakan. Cinta itu akan berlabuh pada tempatnya. Dan tempat cintaku bukan pada Bella, mah." Darren menghembuskan nafas kasar, menatap sang mama yang setiap harinya selalu membahas Bella dan Bella. Sungguh membuat Darren merasa jengah.
Darren beranjak dari atas tempat duduknya, berniat untuk pergi meninggalkan ruang makan itu. Namun, niatnya terhenti ketika suara sang mama terdengar di telinganya.
"Mau kemana kamu? Mama belum selesai bicara sama kamu. Dareen! Mama akan membahas menentukan tanggal pernikahanmu dengan Bella bersama calon mertuamu nanti. Mama tidak mau tahu, pokoknya kamu segera menikahi Bella. Agar hati kamu cepat terbuka. Cinta bisa datang dengan seiring berjalannya waktu. Selama kamu berada di samping Bella, mama sangat yakin, cepat atau lambat kamu akan mencintainya." Ucap Saras membuat Dareen marah dan kesal.
"Mama, sampai kapan pun aku tidak akan menikah dengan Bella. Sudahlah, aku harus berangkat sekarang." Kata Darren yang pada akhirnya pergi meninggalkan mamanya yang terlihat sangat marah.
"Darren! Tunggu, mama masih belum selesai bicara. Mama akan menentukan tanggal pernikahan kalian. Ingat itu Darren." Saras berteriak, mengungkapkan niatnya untuk memilih tanggal pernikahan putranya dengan Bella. Tidak perduli Darren setuju atau tidak, yang jelas Saras harus menentukan tanggalnya. Toh pas acara pernikahan nanti, Darren pasti akan datang. Darren tidak mungkin tidak datang, pikir Saras.
makasih Thor🙏💪