NovelToon NovelToon
Only 200 Days Mr.Mafia

Only 200 Days Mr.Mafia

Status: tamat
Genre:Tamat / Mafia / Cinta pada Pandangan Pertama / Keluarga / Romansa / Roman-Angst Mafia / Persaingan Mafia
Popularitas:2M
Nilai: 4.7
Nama Author: Four

Bagiamana jika kehidupan seorang mafia yang terkenal akan ganas, angkuh atau Monster ternyata memiliki kisah yang sungguh menyedihkan?

Bagaimana seorang wanita yang hanyalah penulis buku anak-anak bisa merubah total kehidupan gelap dari seorang mafia yang mendapat julukan Monster? Bagai kegelapan bertemu dengan cahaya terang, begitulah kisah Maxi Ed Tommaso dan Nadine Chysara yang di pertemukan tanpa kesengajaan.

~~~~~~~~~~~
✨MOHON DUKUNGANNYA ✧⁠◝⁠(⁠⁰⁠▿⁠⁰⁠)⁠◜⁠✧

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

O200DMM – BAB 33

KETAKUTAN MIIA DAN ERICSSON

Ranjang berukuran king size itu mulai bergerak seiring gerakan dari dua pasang manusia yang masih saling berpelukan tanpa sadar. Mereka masih nyaman dalam pelukan masing-masing hingga tanpa sadar bahwa jam terus saja berjalan.

Tangan Nadine mulai merambat ke leher Maxi, bergerak sampai ke permukaan wajah. Kedua alisnya berkerut ketika tangannya mulai merasakan bentuk garis bibir, hidung mancung yang mengeluarkan nafas panas, mata tertutup serta alis.

Sontak, Nadine membuka matanya lebar, menyadari akan posisi tidurnya yang masih berpelukan dengan seseorang. “Lepaskan aku.” Wanita itu meronta meminta dilepaskan, namun lengan Maxi terlalu besar dan kuat saat melilit perutnya.

“Ya tuhan-- ” Nadine mendengus kesal ditambah Maxi yang selalu tidur bertelanjang dada. Wanita itu masih berusaha melepaskan tangan Maxi darinya sehingga lengan pria itu berpindah ke leher Nadine. Seketika ia menggigit lengan kekar tersebut sehingga sang pemilik lengan tadi terbangun dengan keadaan kaget.

“Ada apa denganmu?” dengus Maxi sedikit kesal saat merasakan pusing di kepalanya akibat terbangun mendadak.

“Ada apa denganku? Kamu tidur sambil memelukku, dan-- ” Nadine terdiam, menoleh ke belakang dimana sofa yang seharusnya dia tiduri malah kosong.

“Bagaimana aku bisa di ranjang?” ketus Nadine yang kini menatap Maxi tajam. Maxi beranjak dari ranjang dengan wajah yang masih mengantuk serta berantakan.

“Aku menggendongmu. Kamu terlalu berat.” Pria itu masuk ke dalam kamar mandi meninggalkan Nadine yang masih melongo saat mendengar kejujuran tentang berat badannya.

Juga, Nadine merasa gila dan frustasi saat ia sadar tangannya memeluk balik tubuh Maxi dengan penuh kesenangan. Antara bodoh dan malu, Nadine tak bisa mengendalikan keduanya. Tidak ada satupun di antara mereka yang menyadari bahwa Ina melihat pemandangan kakaknya yang tengah tidur bersama sang istri sambil berpelukan.

Ina yang berjalan keluar sambil terus memancarkan senyuman kecil membuat ibunya bertanya-tanya ketika melihat putrinya yang selalu jarang sekali tersenyum seperti itu. Ketika langkah Ina berada di pintu masuk rumah, Miia menghadangnya dengan gaya seperti biasa. Kedua tangan yang selalu ia lipat ke depan dan tatapan penuh kepercayaan diri.

“Apa ada hal lucu?” Tanya Miia ikut tersenyum senang, menyadari putrinya Ina yang nampak bahagia. Dari arah tangga, terlihat Ericsson berjalan berdampingan dengan asisten atau tangan kanannya. Bisa dibilang, kedua pria itu tengah sibuk membicarakan soal pekerjaan, namun Ericsson berhenti di pertengahan perbincangannya ketika dia melihat Miia dan Ina di arah pintu.

Langkah Ericsson melambat dan matanya fokus ke dua wanita di sana.

Ina menggeleng sambil tersenyum lebar. Miia sungguh penasaran dengan apa yang baru saja Ina ketahui. “Katakan, ayo bagi ibumu ini juga!” paksa Miia.

“Baiklah! Aku tidak sengaja melihat kemesraan kak Maxi dan Nadine saat aku membuka pintu kamar mereka!” jelas Ina tak percaya dengan apa yang dia lihat.

Senyuman yang awalnya terbentuk, kini hilang ketika mendengar hal yang membuat Miia takut. Ericsson yang dapat mendengarnya pun ikut terkejut akan penjelasan Ina barusan mengenai Maxi dan Nadine.

“Apa maksudmu? Katakan yang jelas.” Sedikit aneh saat ibunya menatapnya dengan tergesa-gesa.

“Ya! Aku melihat kak Maxi tidur berpelukan dengan Nadine, dan aku pikir.... ” Ina mendekat ke telinga ibunya sambil tersenyum lebar. “Mereka baru melakukan malam pertama!” bukannya senang mendengar kabar hal tersebut, Miia malah syok mendengar penjelasan detail.

Itu hanya tebakan Ina saja karena melihat posisi kakaknya yang bertelanjang dada, memeluk Nadine dengan selimut melilit tubuh mereka sehingga Ina tidak melihat bahwa Nadine mengenakan pakaian lengkap.

Ericsson ikut penasaran saat Ina membisikan sesuatu, sehingga dia sendiri tidak dapat mendengarnya. Tapi, ucapan mengenai Maxi dan Nadine yang tidur berpelukan sudah cukup bagi Ericsson untuk mengetahui seberapa dekat keponakannya itu dengan istrinya.

“Aku tidak percaya kakak mulai membuka hatinya lagi!” kata Ina sebelum dia pergi.

Miia masih terpaku dengan penjelasan dari putrinya tadi. -‘Tidak, tidak.... Itu tidak mungkin terjadi. Maxi tidak mungkin, apalagi Nadine.’ Sebisa mungkin Miia menyangkalnya dalam hati. Pikirannya menjadi bergelut tak karuan, rasa takut dan kegelisahan mulai bermunculan menyerang kepalanya.

Ericsson berjalan menghampiri Miia yang masih mematung, menyuruh asistennya tadi untuk pergi ke mobil lebih dulu.

Melihat ekspresi Ericsson yang penuh tanya dan kegelisahan yang sama, Miia sudah menebak bahwa pria tua itu juga sudah pasti mendengar ucapan Ina tadi.

“Bagaimana mungkin itu terjadi? Maxi tidak mencintai wanita itu.” Gertak Ericsson yang tiba-tiba marah-marah.

Hal itu sungguh membuat Miia ikut kesal mendapati kemarahan seperti itu. “Aku juga tidak tahu. Dan iya, selama mereka masih berdampingan, cinta bisa tumbuh kapan saja Ericsson.” Ujar Miia.

Suara mereka hampir seperti seseorang yang tengah berbisik. Takut jika sampai ada yang mendengarnya.

“Lalu aku harus bagaimana?”

“Jika kau mau, kau pisahkan saja mereka.” Saran Miia yang ikut pusing. Bisikan Ina terus saja mengaung di telinganya-- <>

“Kamu gila. Maxi bukan lagi anak kecil, jika aku salah bertindak, maka akulah yang akan mati.” Pria tua itu menatap penuh emosi ke Miia. Keduanya benar-benar pusing memikirkan Maxi dan Nadine.

Tidak tahu apa yang sebenarnya membuat Miia dan Ericsson takut akan kedekatan Maxi dan Nadine? Yang pasti, mereka berdua tidak akan membiarkan Maxi maupun Nadine sama-sama jatuh cinta.

“Sebaiknya kamu dekatkan dirimu ke Maxi.” Perintah Ericsson seraya menunjuk ke Miia.

Pria itu pergi dengan wajah garang penuh pikiran, sedangkan Miia juga bingung harus berbuat apa dan bagaimana caranya agar lebih dekat dengan putranya itu. Ada ketakutan tersendiri di benak Miia ketika dia berhadapan dengan Maxi.

“Keterlaluan.” Gerutu Miia melihat ke punggung Ericsson yang memasuki mobil.

Ia berbalik, tiba-tiba kedua alis Miia mulai terangkat saat melihat musuh bebuyutannya berdiri di belakang. Betapa malasnya ia menghadapi satu wanita sialan di rumah Ericsson.

“Apa pikiranmu sedang kacau penyihir?!” ejek Julia tersenyum miring. Miia ikut tersenyum miring.

“Seperti inilah kegiatan seseorang jika tidak punya pekerjaan lain!” sindir Miia lalu berjalan pergi. Tak lupa juga ia menenggor lengan kanan Julia dengan angkuh saat melewati wanita sialan tersebut, alias kakak iparnya.

.

.

.

Di dalam kamar terasa sekali hening yang menyelimuti kedua orang yang kini masih sibuk dengan pergerakannya masing-masing.

Nadine masih duduk diam di pinggir ranjang, sementara Maxi membenahi arlojinya. Seperti biasa, pria itu selalu menggenakan kaos, celana serta sepatu kulit serba hitam dengan jaket kulit berwarna senada. Sesekali juga, Maxi melirik ke arah Nadine yang masih berdiam diri, pria tu tahu istrinya masih marah dengannya.

“Makanlah. Para pelayan sudah membuatkannya untukmu.” Pinta Maxi sebelum pria itu melangkahkan kakinya ke arah pintu.

“Aku bosan.” Langkahnya berhenti, dan kini kepala Maxi sedikit menoleh ke samping. Nadine masih menatapnya dengan penuh harapan kepada pria itu, pria yang sudah menjadi suaminya.

“Tetaplah di rumah, dan jangan berbuat macam-macam.” Setelah itu Maxi pergi. Sudah di duga, Maxi tidak akan merubah keputusannya.

Nadine akan tetap dan akan selalu di kurung dalam Mansion ErEd. Dia tidak berharap lebih, bahkan jika dia keluar hanya berdiri di depan gerbang Mansion sambil menghirup udara segar pun tidak masalah bagi Nadine.

Ia hanya merindukan dunia di luar sana. Sudah satu Minggu lebih dia bersama Maxi dan selalu menghabiskan hari-harinya di rumah.

1
Nur Lizza
SMG kamu cepat mati ericsson
Nur Lizza
seru
Nur Lizza
lanjut.
semoga rahasia demi rahasia dpt terbongkar dgn cepat
Nur Lizza
kshn Nadine
Nur Lizza
apa Maxi punya kembaran
Nur Lizza
ngk mungkin di Maxi yg membunuh giorgia.pasti ada dlng ny yg menyuruh orng lain membunuh giorgia dgn menggunakan topeng yg mirip muka maxi
Four.: 😱 haaaaaaa, benarkah???
total 1 replies
Nur Lizza
satu persatu terbongkar jg
Nur Lizza
seru
Nur Lizza
lanjutkan
Nur Lizza
kyk ny dalang dr masalah ada di Ericson dn maxi yg jd tameng ny
Four.: ho,oh
total 1 replies
Nur Lizza
lanjutkan
Nur Lizza
☺️☺️☺️
Nur Lizza
lnju5
Nur Lizza
kesempatan nadine bs tlp kakak mu
Nur Lizza
miia ada rahasia apa sebenarny
Azura Shuib
/Drool//Drool//Drool//Drool//Rose/
Noah Noah
greget deh
Four.: bangettt
total 1 replies
Nur Lizza
jgn kamu Julia yg bingung aku pun yg baca ikut bingung jg
Four.: nanti juga GK bingung 😁
total 1 replies
Nur Lizza
🤣🤣🤣🤣dh siap mati oleh maxi
Murni Ulina Boru Aritonang
Calum lah atau tirich
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!