Dimalam pengantin yang seharusnya sakral ternyata menjadi mimpi buruk bagi Luna dimana ia melakukan ritual olahraga pertamanya dengan adik iparnya yang bernama Damian.
Suami Luna yang bernama Sebastian langsung menjatuhkan talak kepada Luna.
Orang tua Luna sangat murka dan ia meminta Damian untuk menikah dengan Luna.
Luna berjanji akan membalas dendam kepada Damian yang sudah menghancurkan hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Setelah mendapatkan kabar dari pihak rumah sakit, Dilan langsung menuju ke sana.
Sesampainya di rumah sakit Dilan mendapati Ayana yang masih berada di dalam ruang operasi.
"Dimana Damian?* tanya Dilan kepada salah satu anak buahnya.
Anak buah Dilan menggelengkan kepalanya dan mengatakan kalau ia tidak tahu dimana keberadaan Damian saat ini.
"CEPAT CARI DIA DAN BAWA KEMARI!"
Anak buah Dilan langsung keluar mencari keberadaan Damian.
Dilan tidak akan memaafkan Damian jika terjadi sesuatu kepada Ayana.
Tak berselang lama dokter keluar dari ruang operasi dan memanggil nama keluarga Ayana.
Dilan langsung bangkit dari duduknya dan menghadap dokter yang sedang memanggilnya.
"Dokter, bagaimana keadaan adik saya?" tanya Dilan dengan wajah serius.
Dokter menghela nafasnya saat akan menjawab pertanyaan dari Dilan.
"Dokter, apakah adikku baik-baik saja?" tanya Dilan sekali lagi.
"Pasien mengalami keguguran dan karena benturan yang sangat keras sehingga kami mengangkat rahimnya." jawab dokter.
Tubuh Dilan langsung lemas seketika ketika mendengar perkataan dari dokter.
Ia tidak menyangka jika adiknya akan mengalami hal itu.
Dokter mengatakan akan memindahkan Ayana ke ruang perawatan.
Dilan mengambil ponselnya dan meminta anak buahnya untuk segera membawa Damian kehadapan nya.
Selama beberapa jam pencarian akhirnya mereka menemukan Damian yang sedang tergeletak di sebuah klub malam.
Mereka langsung membawa Damian menuju ke rumah sakit.
Damian masih belum sadarkan diri akibat pengaruh alkohol semalam.
Sementara itu Dilan saat ini sudah berada di ruang perawatan.
Ia menatap wajah adik kesayangannya yang saat ini masih belum sadarkan diri akibat pengaruh bius pasca operasi.
Dilan mendengar suara ketukan pintu dan ia langsung bangkit dari duduknya.
Ia melihat anak buahnya yang membawa Damian yang dalam keadaan mabuk.
Bugh!
Dilan langsung melayangkan pukulannya ke arah perut Damian.
Damian langsung membuka matanya dan melihat Dilan yang sedang berdiri di hadapannya.
"K-kenapa kamu memukulku? Apakah kamu marah karena aku tidak menyentuh adikmu sama sekali?" ucap Damian sambil tertawa terbahak-bahak.
Dilan langsung menyeret Damian dan membawanya masuk ke ruang perawatan.
"Lihat perbuatanmu! Apa yang sudah kamu lakukan kepada Ayana? Apakah kamu puas sekarang?!"
Damian melihat Ayana yang terbaring dengan banyaknya alat medis yang menempel di tubuhnya.
Ia bangkit dan segera menuju ke arah Ayana yang masih belum sadarkan diri.
"A-ayana. Apa yang terjadi pada kamu?"
Dilan yang emosi langsung mengeluarkan senjatanya dan mengarahkannya ke Damian.
"Andaikan saja aku tidak berjanji kepada Ayana untuk tidak menyakitimu pasti aku sudah menembakkan senjata ini ke arah dadamu." ucap Dilan dengan wajah penuh amarah.
Damian yang tidak takut dengan Dilan memintanya untuk membunuhnya sekarang.
"Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan Ayana dan semalam aku sudah. memintanya untuk pulang ke rumah."
Damian menjelaskan semuanya kepada Ayana yang semalam datang ke perusahaannya.
"Jadi bukan salahku jika Ayana menjadi seperti ini." ucap Damian.
Mendengar suara pertengkaran antara Damian dan Dilan.
Ayana membuka matanya perlahan lahan dan melihat Dilan yang sedang mengacungkan senjatanya
"K-kak Dilan, jangan sakiti Mas Damian." ucap Ayana dengan suara lirih.
Dilan yang mendengarnya langsung memasukkannya senjatanya kembali.
"Mas Damian, kenapa aku ada disini?" tanya Ayana.
"K-kamu mengalami kecelakaan." jawab Dilan.
Ayana mencoba untuk mengingat apa yang terjadi pada dirinya.
"Kenapa perutku kembali rata? Kak Dilan, apa yang terjadi pada perutku?" tanya Ayana.
Dilan mengatakan kalau Ayana mengalami keguguran dan karena benturan yang sangat keras membuat Ayana harus kehilangan rahimnya.
"TIDAK!! AKU TIDAK MAU KEHILANGAN BAYI KU! AKU TIDAK MAU MAS DAMIAN MENINGGALKANKU!"
Ayana langsung melepaskan selang infusnya sampai darahnya keluar.
"Cepat panggil dokter!" ucap Dilan yang melihat Damian tidak melakukan apa-apa.
Damian langsung menekan tombol darurat untuk memanggil dokter.
Dokter langsung masuk dan memeriksa keadaan Ayana yang berteriak histeris.
Segera dokter memberikan obat penenang kepada Ayana.
Dokter meminta kepada Dilan dan Damian untuk menjaga Ayana.
Karena Ayana bisa saja mengalami depresi berat saat ini.
"Baik dok, saya akan menjaganya." ucap Dilan.
Setelah dokter keluar Dilan mendekati Damian dan memintanya untuk selalu menjaga Ayana.
"Dia sudah tidak mengandung anakku jadi aku sudah tidak punya kewajiban untuk merawatnya." ucap Damian yang langsung keluar dari kamar perawatan.
Dilan yang emosi langsung memanggil anak buahnya untuk menghentikan Damian.
"Tuan Damian, kembalilah ke dalam." ucap anak buah Dilan.
"Jangan menghalangi jalanku atau aku akan menghajar mu." ujar Damian yang kembali berjalan keluar.
Anak buah Dilan langsung melayangkan pukulannya ke arah wajah Damian.
Damian langsung menghindar dan membalas pukulannya sampai anak buah Dilan jatuh tersungkur di lantai.
Ia pun langsung memanggil taksi untuk mengantarkannya ke klub malam dimana mobilnya masih berada disana.
Sementara itu di tempat lain dimana Jayden dan Luna sudah berada di bandara.
"Apakah kamu mau beli makanan dulu?" tanya Jayden.
Luna menganggukkan kepalanya dan ia menunjuk tangannya ke arah sebuah toko kue yang sepertinya sangat enak.
Jayden pun mengajak Luna untuk membeli kue sebelum mereka masuk kedalam pesawat.
Luna memilih beberapa kue yang ia inginkan dari tadi.
Ia juga membeli jus jeruk kesukaannya, setelah selesai Jayden mengajak Luna masuk ke pesawat.
"Enak?" tanya Jayden saat melihat Luna menikmati kue coklat.
"Enak sekali" jawab Luna sambil menyuapi Jayden.
Tak berselang lama pesawat mulai lepas landas menuju ke Indonesia.
Setelah menghabiskan kue dan jus jeruknya, Jayden meminta Luna untuk bersandar di bahunya.
"Kenapa kamu tidak mau naik jet pribadiku?" tanya Jayden.
"Aku ingin menikmati perjalanan yang indah seperti ini." jawab Luna.
Jayden menggelengkan kepalanya saat mendengar jawaban dari Luna.
"Luna, apakah kamu sudah tidur?" tanya Jayden.
Jayden menoleh ke arah Luna yang ternyata sudah tertidur pulas.
"Cantik sekali kamu Luna." gumam Jayden.
Karena perjalanan yang membutuhkan waktu yang lama akhirnya Jayden juga memutuskan untuk tidur.
Akhirnya perjalanan yang mereka tempuh selama 16 jam telah sampai.
Jayden melihat Luna yang kelelahan dan ia pun memutuskan untuk menginap di hotel terlebih dahulu sebelum nanti mereka menuju ke rumah orang tua Luna.
Sesampainya di hotel Jayden meminta Luna untuk istirahat dulu.
Luna yang masih mengantuk akhirnya kembali memejamkan matanya.
Jayden memutuskan untuk membersihkan tubuhnya dulu agar kembali segar.
Perjalanan yang jauh membuat tubuhnya sakit semua.
Setelah berendam selama 30 menit, Jayden keluar dari kamar mandi.
Ia melihat Luna yang masih tertidur pulas, ia pun naik ke atas tempat tidur sambil memandang wajah Luna.
"Luna, kenapa semakin lama kamu semakin cantik saja." ucap Jayden yang mulai jatuh cinta dengan Luna.