Kerajaan Danemor menjadi sebuah kerajaan yang kuat setelah Raja Adolf I telah naik takhta menggantikan raja sebelumnya, namun dibalik kuatnya kerajaan itu, menyimpan sisi kelam yang sangat mengerikan, Raja yang sangat keji terhadap musuh dan rakyatnya sendiri, pertumpahan darah sangat lumrah terjadi di kerajaan Danemor.
Kelahiran seorang anak laki laki menjadi harapan untuk semua orang untuk menggulingkan takhta Raja Adolf I, mampukah anak harapan itu mampu melakukannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sergey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Senjata Baru
Adolf pergi menuju desa Yats, dia sangat bersemangat sekali dan memacu kuda lebih cepat, tak terasa telah dia sampai di desa Yats, dia langsung menuju ke penginapan Eva, terlihat Eva sedang membersihkan halaman penginapannya dengan bernyanyi, Adolf perlahan mendekat dan berhenti dipinggir pohon, angin berhembus dan nyanyian Eva membuat Adolf semakin jatuh hati, saat Eva hendak menuju nyanyian nada tinggi, ia melihat Adolf yang sedang bersandar di pohon dan tersenyum memandang ke arah dirinya, tentu saja Eva yang melihat Adolf malu sejadi jadinya, ia pun menutup wajahnya sendiri untuk menutupi rasa malu nya.
Adolf tentu saja langsung mendekat ke arah Eva dan ia membelai rambut Eva sembari berkata.
"Kenapa kamu menutupi wajah mu sendiri Eva, tadi itu sangat indah, sayang sekali tidak dilanjutkan." Adolf tertawa ringan.
"Tuan, aku sungguh malu sekali, kenapa tuan bisa tiba tiba muncul, anda dari mana tuan." ucap Eva yang masih tertunduk malu. Ji
"Aku datang dari istana, dan saat aku ingin pergi menemui mu, ternyata bidadari jatuh dari langit bernyanyi merdu, bahkan angin pun berhembus lembut, aku yang datang ya menikmati saja dan bersandar di pohon." ucap Adolf yang kini tertawa.
Eva yang melihat Adolf tertawa ia semakin tersipu malu, wajah cantik itu berubah menjadi merah padam, kemudian dia mencubit perut Adolf.
"Aduh duh sakit, kenapa kamu tiba tiba mencubit ku Eva." Adolf sambil menggaruk perutnya.
"Habis nya tuan nyebelin sih, aku masih malu tuan malah ketawa, huh." Eva cemberut setelah mengatakan itu.
"Iya deh maaf, emang bener yah bidadari kalau bernyanyi itu suara nya sangat merdu, terlebih bidadari nya berada tepat didepan ku ini, aku sungguh beruntung." Adolf tersenyum ringan setelah mengucapkan itu.
"Tuan mau saya cubit lagi? Udah ah aku mau kembali saja ke dalam." Eva yang kini merajuk dan bersiap melangkah kembali ke dalam.
Adolf kemudian menahan lengan Eva, ia menarik Eva ke dalam pelukannya, tentu saja jantung Eva berdegup kencang, tiba tiba saja Adolf memeluknya begitu saja, Adolf pun berkata lagi.
"Cantik cantik jangan galak dong, nanti cantiknya hilang." ucap Adolf tertawa sambil memeluk Eva.
"Biarin aja, tuan sih nyebelin banget." kini Eva mempererat pelukannya.
Adolf pun gemas dengan kelakuan Eva, ketika sedang asik asiknya bersama Eva, Pan beserta 2 pengawal datang menemui Adolf sembari berkata.
"Tuan, sebaiknya kita segera berangkat ke Sula, kita tidak bisa membuang banyak waktu tuan." ucap Pan.
Adolf yang mendengar ucapan Pan, kemudian dia kembali melihat Eva, dia kemudian menggenggam tangan Eva sembari berkata.
"Kamu bersiap ikut dengan ku Eva." ucap Adolf.
"Ikut kemana tuan? Lalu bagaimana dengan penginapan ku?." tanya Eva.
"Tenang saja, penginapan mu akan dijaga oleh orang ku, nanti kamu tau sendiri kita akan pergi kemana." jelas Adolf.
"Aku takut membuat diriku menjadi beban mu tuan, aku ga ikut yah?." mohon Eva.
"Tenang saja Eva ku, ini hanyalah perjalanan yang tidak berbahaya, tentu kamu tidak akan menjadi beban ku, karena kamu adalah tanggung jawab ku." jelas Adolf dengan senyuman.
Eva yang sudah kehabisan alasan untuk menolak, akhirnya dia mau mengikuti perjalanan bersama Adolf.
Setelah bersiap siap Adolf, Eva, beserta pengawalnya tidak menggunakan kuda, tetapi jalan kaki untuk menghindari mata mata dari kaum bangsawan, untuk itulah mereka memilih jalan kaki untuk memastikan informasi Eva tidak bocor dan lebih menjamin keamanan Eva, tak lupa Adolf menyuruh mereka menggunakan jubah untuk menutupi identitas mereka.
kemudian mereka akhirnya berjalan meninggalkan desa Yats, Adolf dan Eva lebih banyak menghabiskan waktu nya untuk mengobrol dengan penuh mesra, para pengawal yang melihat dua insan yang sedang jatuh hati ini, hanya bisa memendam iri di hati mereka dan memilih untuk diam saja seolah tak melihat apa apa, saat mereka sampai padang rumput yang luas, Adolf berjalan ke arah tanaman bunga Violet, dia memetik bunga Violet itu dan Adolf berjalan ke arah Eva, Adolf kemudian menaruh bunga violet itu ke arah telinga Eva, tentu saja kecantikan Eva ditambah dengan bunga violet itu membuat pesona kecantikan Eva bertambah, Adolf yang gemas pun mengelus kepala nya dengan lembut, Eva yang mendapat perlakuan halus dari Adolf tentu saja membuat dirinya tersenyum sendiri.
Para pengawal yang melihat adegan ini tentu membuat mereka bertambah iri dengan kemesraan yang raja mereka lakukan, Pan pun berbisik kepada Rey dan Roy.
"Kapan yah aku bisa melakukan tindakan seperti tuan? Semakin hari aku liat semakin mesra saja mereka." ucap Pan sambil cemberut.
"Aku tidak menyangka ya Rey, rupanya Kapten kita bisa iri sama tuan, hahahaha." Ron menertawakan ucapan Pan.
"Benar sekali Ron, hanya kali ini saja aku melihat nya iri." Rey ikut tertawa juga.
"Hey, tentu saja aku iri, sepanjang aku hidup aku tidak pernah dekat dengan wanita, padahal umur ku baru saja 30, hmph." Pan kini merajuk.
"Tenang saja Pan, kami berdua juga iri melihat kemesraan tuan, tapi lucu saja sih kamu bisa mengatakan demikian." ucap Roy sambil tertawa.
"Sesama tidak memiliki pasangan, dilarang menertawakan satu dengan lainnya." ucap Pan.
Mereka bertiga akhirnya tertawa bersama, mengungkapkan rasa iri nya satu sama lain tanpa menutup nutupi nya, Adolf dan Eva yang mendengar mereka heran, apa yang sedang mereka tertawakan, mereka berdua tidak sadar diri jika kemesraan mereka membuat pengawal nya itu iri.
Tibalah mereka di kota Sula, Adolf memutuskan untuk langsung pergi ke Kerajinan pandai besi, bisa dikatakan tempat itu agak jauh dari kota, karena memang dibangun dekat dengan tambang agar tidak memerlukan waktu lebih untuk memproduksi barang.
Akhirnya mereka sampai ke tempat Darin berada, Adolf menunjukkan identitasnya pada penjaga tempat itu, penjaga yang melihat itu langsung mempersilahkan mereka berlima masuk, dalam tempat itu, terlihat jika para pandai besi dan instruktur sedang membuat senjata laras panjang, terlihat juga tumpukan bundar putih di wadah, Adolf memanggil salah satu karyawan, ia menyuruh karyawan itu memanggil Darin.
Tak berselang lama, Darin muncul dengan pakaian compang camping, terlihat dirinya sangat kotor karena dirinya fokus mengerjakan proyek yang ia kembangkan, Darin yang melihat Adolf datang, ia menyambutnya dengan perasaan gembira.
"Selamat datang di tempat kerajinan pandai besi ku yang mulia Adolf, maaf jika penampilan saya buruk dan saya tidak menyambut anda dengan semestinya." ucap Darin.
"Tentu tidak masalah Darin, tak perlu menghentikan pekerjaanmu untuk menyambut ku." ucap Adolf dengan nada santai.
"Ah aku hampir lupa, ikuti aku yang mulia, akan ku tunjukkan senjata yang telah jadi ini." Darin dengan perasaan semangat.
Adolf beserta 4 orang akhirnya mengikuti Darin, berjalan sejenak, Darin menjelaskan mekanisme penggunaan senjata baru itu, Adolf yang mendengar penjelasan Darin, ia menjadi tak sabar untuk melihat dan menggunakan senjata itu.
Akhirnya sampai lah dia di lapangan yang luas, terdengar suara ledakan nyaring berkali kali, Adolf melihat orang yang membawa senjata itu dan mengarahkan ke arah pohon, saat orang itu menekan sesuatu yang kecil, terdengarlah suara ledakan kecil, dan pohon yang menjadi sasaran tembak itu berlubang....