Akibat memiliki masalah ekonomi, Gusti memutuskan bekerja sebagai gigolo. Mengingat kelebihan yang dimilikinya adalah berparas rupawan. Gusti yang tadinya pemuda kampung yang kolot, berubah menjadi cowok kota super keren.
Selama menjadi gigolo, Gusti mengenal banyak wanita silih berganti. Dia bahkan membuat beberapa wanita jatuh cinta padanya. Hingga semakin lama, Gusti jatuh ke dalam sisi gelap kehidupan ibukota. Ketakutan mulai muncul ketika teman masa kecil dari kampungnya datang.
"Hiruk pikuknya ibu kota, memang lebih kejam dibanding ibu tiri! Aku tak punya pilihan selain mengambil jalan ini." Gusti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 33 - Pelajaran Dari Rilly [2]
Gusti menenggak salivanya satu kali. Meskipun begitu, dia berusaha menutupi kegugupan dengan cara mengangkat dagu.
"Aku tidak gugup!" ucap Gusti.
Rilly tersenyum. "Apa kau tidak akan melepas pakaian?" tanyanya seraya menyentuh dada Gusti.
Gusti yang mengerti, segera bertindak. Dia melepaskan pakaiannya satu per satu. Sampai akhirnya tidak ada satu helai benang pun yang menutupi badan Gusti.
Dengan berani, Gusti mendekati Rilly. Dia membidik bibir wanita itu untuk dicium. Akan tetapi Rilly sigap menahan pergerakannya.
"Lihatlah badanmu. Kau harus melakukan banyak olahraga untuk membentuk tubuh yang menggoda. Memang harus aku akui, kau cukup berotot sekarang. Tapi masih kurang!" kata Rilly. Tangan lentiknya menyentuh Gusti dari dada hingga ke perut.
Sentuhan Rilly sukses membuat tubuh Gusti meremang. Dia hanya bisa menghela nafas berat akibat mulai terangsang. Gusti menatap Rilly dengan tatapan penuh nafsu.
"Kau harus pertahankan tatapan itu cukup lama. Semua wanita akan menyukainya..." ucap Rilly. Perabaan tangannya semakin turun ke bawah. Dia menyentuh bagian tubuh terintim Gusti.
"Apa kita akan melakukannya?" tanya Gusti yang sudah tersengal-sengal.
"Sayang... Kalau kau ingin memenangkan permainan ranjang dan dianggap tidak kaku, kau harus bisa mempermainkan lawanmu. Seperti ini." Rilly duduk berlutut di depan Gusti. Dia sibuk memanjakan organ intim lelaki tersebut.
"Akh!" Gusti langsung mengerang. Dia sesekali mendongakkan kepala karena keenakan. Apalagi saat Rilly memperlakukan juniornya seperti menikmati permen lolipop.
Saking nikmatnya, Gusti hampir terhuyung. Namun tangannya dengan cepat menopang ke dinding. Menyaksikan apa yang dilakukan Rilly, membuat gairahnya semakin membuncah.
"Edan!" umpat Gusti. Dia merasa hampir mencapai puncak. Namun Rilly malah berhenti. Wanita itu menarik Gusti mendekat.
"Karena kau lelaki, aku tidak akan melakukannya sampai kau kllimaks. Aku yakin kau mengerti kalau perempuan bisa merasakan puncak berkali-kali. Itulah kelemahan wanita saat di ranjang. Sebagai lelaki, menjadi tidak kaku tentu adalah hal mudah untuk dilakukan," jelas Rilly.
Gusti mendengarkan baik-baik. Tatapannya tidak teralihkan dari Rilly. Seolah mengerti, Gusti mendorong wanita itu sampai jatuh ke ranjang. Lalu menindih Rilly. Selanjutnya, dia mulai mencumbu setiap jengkal badan Rilly.
"Haha!" Rilly tertawa senang merasakan cumbuan Gusti. "Buat aku merasakannya berkali-kali, Sayang!" serunya.
Mendengar perkataan Rilly, Gusti merasa bertekad. Ia memainkan lidah dan mulutnya dengan liar. Terutama saat bergumul dengan alat vital milik Rilly.
"Ya, begitu... Akh..." Rilly menggeliatkan tubuhnya ke depan. Dia mulai terangsang.
Lama-kelamaan, Rilly akhirnya mencapai puncak kenikmatan. Hal itu membuat tubuhnya harus mengejang dalam sesaat. Rilly juga melenguh dengan nyaring.
Gairah yang ditunjukkan Rilly tak membuat Gusti berhenti. Dia justru memberikan cumbuan yang lebih menggila. Gusti ingin membuktikan bahwa dirinya bisa membuat Rilly merasakan puncak berkali-kali.
Usaha Gusti berhasil, tatkala Rilly tak berhenti mendessah. Wanita tersebut sangat puas dengan permainan Gusti. Apalagi ketika lelaki itu melakukan penyatuan dan memberi hentakan cepat.
Rilly mengeluarkan banyak kata makian karena merasakan nikmat luar biasa. Di iringi erangan Gusti yang lebih pelan. Segalanya berakhir ketika Gusti sukses merasakan ledakan kenikmatan.
Sekarang Gusti dan Rilly telentang di ranjang sambil mengontrol nafas.
"Bagus sekali, Gusti. Aku rasa selain di kampus, kau juga akan berprestasi di bidang ini," imbuh Rilly seraya terkekeh.
"Apa aku akan mendapat trofi juga?" balas Gusti. Merespon candaan Rilly dengan baik. Keduanya lantas tergelak bersama.
Hening terjadi beberapa saat. Hingga Gusti terpikirkan sesuatu. Ia menatap Rilly dan bertanya, "Apa kau dulu juga melakukan ini pada Elang?"