Pelatihan SIG atau Sistem Informasi Geografi yang di lakukan Amira bersama teman-teman sebagai kegiatan dalam semester 3, siapa sangka akan mempertemukan Amira dengan seorang pria yang akan menjadi tambatan hatinya. Sang asisten Dosen pelatih yang awalnya Amira kira sangat menyebalkan namun dengan cara ajaib bisa meluluhkan hatinya, membuatnya jatuh cinta dan menerima kehadiran pria itu sebagai pemiliki hati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Firda 236, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
FIVETEEN
Tapi baru saja kaki ku menginjak arena depan pintu gedung, sebuah tangan ku rasa menahan pergelangan tangan ku. Mas Fahmi. Datang dengan seulas senyum, yang sekarang urung ku balas dengan senyuman juga.
"Mau kemana Mi? " dia bertanya, dengan ragu ku balas.
"Mau pulang Mas, kayaknya aku gak cocok disini, gak enak juga takut ganggu kamu" aku mengalihkan pandang, rasa sesak yang datang entah dari mana perlahan menjerat ku, memaksa air mata menggenang di pelupuk mata.
Mas Fahmi memandang ku menelisik saat aku terus- terusan menghindar dari tatapannya. Tolong Mas, aku malu!
Dari sudut mata ku lihat segaris senyum terlukis di kedua sudut bibirnya, entah apa yang lucu. Sebelum di susul usapan gemasnya di rambutku di ikut cubitan yang ku terima, membuat ku menatapnya kesal.
"Mas minta maaf" aku tak tau kenapa dia meminta maaf juga tak tau kenapa aku mengangguk dan menjawab
"Iya"
Tapi yang pasti sekarang tangan Mas Fahmi menggenggam tangan ku dengan tarikan pelan memasuki gedung, melewati bagian pendataan, melewati deretan kursi yang hampir penuh, juga melewati wanita-wanita yang semula menghadang Mas Fahmi.
"Mas? " dia menoleh, meminta ku agar duduk di sofa yang berada disana disusul dirinya yang mengulurkan sebotol kecil air mineral ke arah ku yang menerima itu sungkan.
"Mas aku gak papa disini? Aku di depan aja ya ikut duduk sama yang hadir" aku baru saja hendak beranjak saat tangan Mas Fahmi menahan tangan ku, memaksa henti niat ku.
"Gak papa Mi, kamu di sini aja. Lagian banyak kok pembicara lain yang bawa keluarga atau anaknya kamu gak liat itu? " aku menatap ke arah dimana Mas Fahmi menunjuk dengan dagu dan lirikan matanya. Memang benar di ruangan yang bisa ku sebut back stage ini terdapat berberapa orang yang nampak akrab dengan anak atau istri mereka. Tapi aku kan...?
Seseorang datang, mengulurkan sekotak snack ke arah aku dan Mas Fahmi yang masih setia duduk di samping ku tanpa perduli pada beberapa bisik-bisik dari panitia penyelenggara yang masih setia bolak-balik. Bisikan yang juga aku pertanyakan dalam hati, namun tak pernah bisa ku tanyakan pada Pria di samping ku.
Mas Fahmi mengulurkan sepotong kue yang memang menjadi isian Snack box ke arah ku yang menatapnya tanya.
"Aaa" entah kenapa aku manut saja, membuka mulut dan mengigit potongan kue itu.
"Ehh Mas..? " aku menatap heran saat melihat Mas Fahmi yang tanpa sungkan menghabiskan potongan kue yang tadi aku gigit, dan menatap ku seolah bertanya 'kenapa? ' yang aku jawabi dengan gelengan kecil tak mengerti juga merona akan sikap dan kelakuan Mas Fahmi barusan.
_
Kami -aku dan Mas Fahmi- mengobrol banyak hal mulai dari apa aku kesulitan menemukan gedung ini, naik apa aku kesini, hingga bagaimana pendapat ku tentang snack box-nya. Obrolan yang menurut ku sederhana dan siapapun bisa melakukan namun entah kenapa menjadi berarti saat dengan Mas Fahmi.
"Mas, siap siap ya. Bentar lagi naik!" seseorang yang aku yakini sebagai salah satu panitia menghampiri kami, memberi pesan pada Mas Fahmi yang mengangguk pelan, membiarkan pria tadi berlalu, kembali meninggalkan aku dan Mas Fahmi yang serasa hanya kita berdua di ruang Back stage ini.
Ku lihat Mas Fahmi mengambil tas laptopnya, yang berada di bawah samping sofa yang kami duduki, menatap ku sebentar.