Raka Chandra Wijaya, merasa bersalah dengan apa yang saat ini dia lakukan terhadap istrinya. Dia memiliki anak dengan wanita lain, karena kesalahan satu malam yang dilakukannya. Seharusnya, dia jujur dari awal pada Yuna Dafhina Aryadi agar wanita yang sangat dicintainya itu tidak pergi. Sayangnya, Raka terlambat mengatakan kebenarannya pada sang istri. Alhasil, Yuna pergi meninggalkan dirinya sembari meninggalkan surat perceraian mereka. Tapi, Raka tidak menyerah dia ingin kembali pada sang istri apapun yang terjadi. Apakah Raka berhasil mendapatkan cinta Yuna kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon A-yen94, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
~ 9 ~
Di kediaman keluarga Wijaya
" Tadi Papa bilang, kalau Yudha tidak boleh memanggil Mama dengan sebutan Mama. Jadi, Yudha panggil Tante saja, kenapa Tante harus marah sama Yudha ? " tanya anak itu polos.
" Yudha, Mama mohon jangan menuruti apa yang Papa kamu katakan. Mama ini Ibu kandung kamu, seharusnya kamu nurut sama Mama! " bentak Livia pada Yudha.
Yudha menggelengkan kepalanya, " Maaf Mama, Yudha takut kalau nanti Papa akan membuang Yudha. Tadi Papa bilang, Kalau Yudha memanggil Mama dengan sebutan biasanya, maka Papa akan memasukkan Yudha ke panti asuhan. Yudha tidak mau itu, di sini Yudha --- "
" Yudha...! " panggil seseorang.
Yudha dan Livia menoleh, " Siang Nya, Siang Oma! " ujar mereka bersamaan.
" Loh, Kamu Livia 'kan? Tugas kamu bukan menjaga Yudha, kenapa ada di kamar Yudha? " tanya Marlina keheranan dia juga menyipitkan matanya, " Wajahmu itu sepertinya tidak asing? " tambahnya.
" Emmmh, sepertinya Nyonya salah melihat. Wajah saya ini memang pasaran loh, jadi banyak yang mirip dengan saya! " kata Livia sembari mencoba tersenyum manis.
Livia adalah seorang aktris, dia selalu menjadi pemeran pendukung. Sehingga, wanita ini tidak banyak dikenal oleh masyarakat luas. Makanya Raka tahu, dia itu bukanlah wanita baik-baik. Dia takut kalau Livia ini hanya berpura-pura saja, makanya mencari tahu lebih lanjut tentang Yudha. Sayangnya, DNA anak itu memanglah sama dengannya, jadi Raka antara percaya dan tidak percaya dengan ucapan wanita itu.
" Oh Baiklah, kalau begitu silakan kembali bekerja. Yudha, main yuk sama Nenek! " ujar Marlina sembari menggenggam tangan cucunya.
Sementara itu, Livia tersenyum paksa. " Nenek tua ini benar-benar ya, aku ini calon menantumu tahu. Aku akan membuatmu menyukaiku, agar aku bisa menjadi menantumu, " batin Livia.
" Livia, kenapa kau masih di sini? Ibu sampai memanggilku agar kamu keluar dari kamar Tuan Muda! "ujar Asih ketua pelayan yang baru datang kepada Livia.
Livia tampak kelabakan, dia benar-benar lupa statusnya saat ini yang hanya seorang pelayan.
" Emmmh, itu Bu saya tadi mau beres-beres di kamar Tuan Muda. Saya bersumpah, kalau saya tidak melakukan apapun selain beres-beres saja " ujar Livia sembari membuat simbol v supaya Asih percaya.
Asih, terlihat menyipitkan matanya, dia heran pada anggota barunya itu. Sebagai ketua pelayan yang bekerja sudah dari sepuluh tahun di kediaman ini. Tidak pernah dia mendapati anggotanya, yang beres-beres kamar majikan sebelum dia suruh. Baru kali ini dia melihatnya, maka dari itu Nyonya Marlina tampak begitu takut dengan anggota barunya itu. Sampai-sampai, Nyonya Marlina menemuinya di dapur, dan memintanya agar bisa mengusir Livia dari kamar Tuan Mudanya itu.
" Ternyata tidak enak menjadi asisten rumah tangga Raka ya? Aku harus sukses dulu baru tidak akan akan ada yang menghinaku seperti ini " batin Livia.
" Livia, kamu paham tidak sih? " tanya Asih.
Livia mengangguk, " Iya Bu paham! "
Livia, kemudian pergi menuju dapur, untuk menyiapkan makan malam para majikannya.
" Pokoknya, nanti malam aku akan meminta Raka untuk mengembalikan aku ke dunia entertainment lagi.Tapi, aku mau menjadi pemeran utama, bukan pemeran pendukung lagi. Supaya aku bisa setara dengan Raka, jadi Raka pasti akan bangga memiliki istri seperti aku " batin Livia.
Livia memang tidak tahu malu, padahal Yuna sangat menyayanginya, dan menganggap dirinya seperti layaknya sepupu perempuannya sendiri. Tapi entah mengapa, dia tega mengkhianati sahabat nya itu, dan malah ingin merebut semua yang Yuna miliki termasuk Raka.
***
" Makan malam telah siap Nyonya, apakah boleh disajikan? " tanya Asih pada Marlina.
Wanita paruh baya yang dipanggil Bu itu mengangguk, " Iya Marlina silakan, Raka tadi juga menghubungi saya kalau dia akan segera pulang! "
" Baik, saya akan segera siapkan Nyonya! "
" Ya, silakan Asih! "
" Oma, kenapa di ruangan kerja Papa banyak sekali foto Tante itu. Kenapa Papa tidak memiliki Foto bersama Mama? Bukankah Yudha ini anak Papa, mengapa tidak ada foto Mama sama sekali? " tanya anak itu polos.
Yudha, baru saja ke ruang kerja Papanya di sana banyak sekali foto-foto Papanya dan wanita yang pada saat itu datang berkunjung ke rumahnya. Yang mengakibatkan Papanya berlari menyusulnya, membuat dia menangis karena telah diabaikan oleh Ayahnya tersebut.
" Yudha Sayang, jangan pernah masuk ke ruang kerja Papa kalau tidak mendapatkan izin dari Papa. Kamu tidak diajarkan sopan santun ya sama Mama kamu? " ujar Marlina kesal.
Sementara itu, Yudha menatap nanar wajah Neneknya tersebut, dia juga meminta maaf padanya. Sebab, sudah tidak sopan memasuki ruang kerja Papanya. " Maaf Oma, lain kali Yudha tidak akan menanyakan itu lagi pada Oma " ujarnya sembari menggigit bibir bawahnya.
" Sudahlah jangan dipikirkan lagi. Tapi Yudha, karena kamu tidak di ajarkan etika besok kamu sudah mulai belajar etiket. Dan Oma akan menghubungi gurunya setelah makan malam "
" Assalamualaikum, ada apa ini Ma? " tanya Raka yang baru tiba.
Dia merasa keheranan saat melihat ibu dan anaknya terlibat pembicaraan yang serius. Pria itu bersalaman pada Ibunya, dan mencium punggung tangan ibunya.
" Waalaikumsalam, duduk Nak. Ada yang ingin Mama tanyakan padamu? "
Yudha tampak menundukkan kepalanya, dia seolah ketakutan ketika mendengar perkataan ibunya itu.
" Raka, anakmu ini tidak diajarin etika sama sekali. Dia benar-benar tidak sopan, masuk ruangan kerjamu sembarangan. Tidak hanya itu, dia juga melihat beberapa potretmu dan Yuna disana. Yudha berharap, kalau itu adalah foto-foto ibunya, bukan Yuna. Apakah menurutmu pantas anak kecil melakukan hal itu? " tanya Marlina panjang lebar.
Raka melirik pada anaknya, dia menghela napasnya.
" Apa Mama kamu tidak mengajarkan hal itu Yudha? Kalau tidak ada orang, kamu jangan masuk ruangan milik orang lain sembarangan. Itu tidak boleh Sayang, ya sudah lupakan saja. Tapi, karena Papa sayang padamu, Papa akan memberimu guru etiket sebelum kamu Papa sekolahkan ke Taman Kanak-kanak. Papa takut,kalau nantinya kamu akan berbuat macam-macam kalau tidak diajarkan mulai dari sekarang "
" M---maaf Papa, N--nenek " ujar Yudha sembari menundukan wajahnya.
" Yudha, kalau mau meminta maaf kamu hampiri Papa, dan Nenek lalu cium tangan kami. Jangan duduk saja, ayo sayang kemari! " titah Raka agar Yudha menghampirinya.
Yudha berjalan patuh, dan menghampiri Ayahnya. Kemudian, Raka mengajarinya cara meminta maaf dengan benar. Setelah meminta maaf pada sang ayah, dia kemudian meminta maaf pada Neneknya .
" Iya kan, Yudha ini tidak diajari apa-apa? Wanita itu benar-benar ya, katanya sangat mencintai Yudha. Tapi, dia ini tidak mengutamakan pendidikan Yudha sepertinya. Bahkan, Etika dasar saja Yudha tidak tahu, malam ini aku harus menemuinya. Ada sesuatu juga yang harus aku katakan padanya " batin Raka.
" Raka, kau melamun ya? Mama tanya bagaimana keadaan Yuna, dia sudah ketemu belum. Malah melamun. " ujar Marlina.
" Maaf ya Ma, aku sedang banyak pikiran! " ujarnya .
Marlina mengangguk, " Sudahlah, kamu ganti pakaian dulu sana, sekalian panggil Papa kamu gih. Kita makan malam bersama! "
" Baik Mama ! " ujar Raka berlalu pergi.
" Nenek, apakah Nenek tidak suka dengan Yudha? "
Bersambung