Ini tentang Xeira, tentang kisah cintanya dengan Jeffery sang artis juga model ternama, tentang rasa sayang Xeira pada Alexa sang adik dan tentang rasa cemasnya.
Xeira sangat menyayangi sang Adik, tak sekali pun dia menolak apa yang menjadi keinginan adik tercintanya namun satu hal yang menjadikan Xeira bimbang untuk mengambulkan salah satu permintaan sang adik, Jeffery. seorang pria yang adiknya dambakan sebagai seorang kekasih nyatanya adalah kekasih Xeira, pria yang Xeira cintai di dalam hidupnya.
Akankah Xeira memilih kembali menuruti sang adik dan melepaskan Jeffery, atau tetap mempertahankan pria itu dan menolak apa yang menjadi keinginan sang adik?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Firda 236, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TIGA PULUH SATU
“Mah...” aku menangis, entah kenapa aku begitu lemah melawan perasaan cemas ku ini, Jeffery yang ada disamping ku sudah mengusap kepala ku lembut, mencoba menangkan.
“Aku takut mah, aku khawatir Alexa marah sama aku, aku takut segala kemungkinan buruk bakal terjadi. Mamah gak tau dia suka banget sama Jeffery, dia terobsesi sama Jeffery mah. Mamah kenapa maksain gini sih? Aku juga bingung harus darimana dan kapan ngomong baik-baik kaya yang mamah bilang itu. Aku terlalu takut dia gak bisa nerima semua ini dan nganggep aku jahat karena udah ngerebut Jeffery. Aku takut mah” aku mengeluarkan semua keluh ku, berharap mamah mengerti dan bisa memberi ku waktu.
“Mamah ngerti Xei, tapi kalo gak dicoba sampai kapan kamu mau sembunyi-sembunyi? Kamu mau nikah- diem-diem?”
Tak lagi perduli pada apapun itu, aku segera beranjak meninggalkan meja makan, juga ruang VVIP itu menuju sudut terjauh yang bisa aku gapai.
Aku menangis tak tau tempat, membiarkan lorong sepi tempat ku terduduk ini menggemakan suara tangisku. Aku tak mengerti mengapa tak ada yang bisa memahami kekhawatiran ku. Selama ini aku selalu berusaha menjadi kakak yang baik untuk Alexa, aku memberikan apa yang dia minta tanpa penolakan sekali pun, aku selalu mendukung apa yang menjadi kemauannya, menjadi kegemarannya bahkan kesukaanya, tidak’kah ada yang perduli kalau saja aku menolak atau melukai perasaan Alexa akan sehancur apa perasaan adik ku itu. Tidak’kah mamah dan papah paham aku terlalu takut juga terlalu khawatir untuk memberitahunya, aku takut Alexa terluka, aku takut dia akan melakukan hal yang tidak-tidak saat tau aku berpacaran dengan Jeffery bahkan telah me-rencanakan pernikahan dengannya. Aku takut, aku cemas, aku khawatir.
Pelukan hangat seseorang yang merengkuh tubuhku membuat aku mengangkat kepala dan menemukan Jeffery dengan tatapan khawatirnya, aku meluruh, tak lagi berjongkok dan menangis di pelukan Jeffery yang selalu hangat itu.
“Tenang Baby, tenang. Semua bakal baik-baik aja, aku ada disini” aku terbujuk, merasa lebih tenang dan menghentikan tangis ku walau sedu-sedannya masih berlanjut.
Melepaskan pelukan, aku membiarkan Jeffery membingkai wajahku dengan kedua tangannya, mengusap pipi ku yang basah oleh air mata penuh perhatian sebelum menjatuhkan satu kecupan dalam di kening ku penuh rasa.
“Maafin aku” dia mengangguk dengan pelan kembali merengkuh ku kedalam dekapannya.
“Udah ya, jangan nangis, aku disini kita bakal cari jalan keluarnya oke?” aku mengangguk, mencoba menghentikan tangis ku dan bersandar pada bahunya, membiarkan kami duduk lesehan tanpa alas.
Tak ada percakapan antara aku dan Jeffery, aku yakin dia tengah menimang kata juga mencari cara bagaimana terbaiknya memberitahu Alexa, dan aku, aku mecoba meredam semua resahku, mencoba menangkan diri dengan nyamannya usapan Jeffery di bahuku.
“Baby?” panggilnya pelan, mungkin dia menemukan cara
“Gimana kalo aku ngomong langsung sama Alexa” aku terjangkit, menegakan posisi duduk ku dan menatapnya penuh penilaian.
“Maksud kamu?”
“Ya aku ketemu sama Alexa, aku bakal ceritain dan jelasin sama dia”
“Kamu gak lagi ngigau’kan?” Jeffery menatap ku dengan satu alis terangkat, tatapan tak mengerti.
“Jeff, dia itu terobsesi sama kamu. Apa jadinya kalo kamu nemuin dia secara langsung? Apa gak makin tinggi harapan dia buat milik-in kamu? Alexa dia adik aku, aku tau dia. Dia gak mungkin segampang itu nge-lepas orang yang dia suka” Jeffery menggapai tanganku, menggenggamnya meyakinkan.
“Baby, dengerin aku” dia mengusap pipi ku pelan, meminta aku menatapnya yang semula tengah mengalihkan pandangan