Alena mengorbankan usia mudanya dengan menikahi Aviano. Dia menikah di usia yang terbilang masih sangat muda yaitu 18 tahun. Dirinya bahkan mengubur dalam-dalam impiannya untuk berkuliah dan lebih memilih menjadi ibu rumah tangga. Mengurus rumah dan 2 buah hatinya adalah pekerjaannya sehari-hari.
5 tahun pernikahan mereka, hal yang mengejutkan pun terkuak, Alviano suaminya ternyata diam-diam memiliki wanita lain. Dia telah mengkhianati kesetiaan, ketulusan bahkan semua pengorbanan yang telah di lakukan oleh istrinya selama ini.
Akankah Alena bertahan demi kedua buah hatinya, memaafkan dan memberi kesempatan kedua kepada suaminya itu? Atau, dia akan memilih mundur dan mengejar cita-citanya yang sempat dia kubur dalam-dalam?
"Perselingkuhan Suamiku"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni t, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jalan-jalan
"Ko Mommy diam saja?" tanya Lian membuat Alena seketika menyudahi lamunan panjangnya.
"Hah? Nggak ko, Mommy gak apa-apa," jawab Alena mencoba untuk tersenyum, meskipun hanya senyuman yang di paksakan tentu saja.
"Bisa tidak kita pulang sehari aja? bisa ya, Mom. Aku kangen bobo berdua sama Daddy sama Mommy."
Pertanyaan polos seorang anak berusia 4 tahun yang masih belum mengerti apa arti dari sebuah perceraian. Mustahil untuk Alena memenuhi keinginan putranya, tapi dia sendiri tidak tahu bagaimana caranya untuk menjelaskan keadaan yang sebenarnya.
"Lian sayang. Dengarkan apa yang akan Om katakan. Mommy sama Daddy kamu sudah tidak sama seperti dulu lagi. Mereka sudah tidak bisa tinggal bersama lagi, apalagi sampai bobo bareng kamu dan kaka Lani," lembut Fazril mencoba untuk memberi penjelasan.
"Kenapa?"
"Kamu masih terlalu kecil untuk mengerti, tapi Om yakin suatu saat nanti kamu akan mengerti. Kalau kamu sudah besar nanti, kamu pasti paham apa yang terjadi dengan Daddy sama Mommy kamu."
"Tapi kamu tidak usah khawatir, sayang. Kami tetap orang tua kamu. Jika kamu ingin jalan perempat, nanti Mommy bilang sama Daddy, kita atur waktu yang tepat agar kita bisa jalan-jalan seperti yang kamu inginkan." Alena menambahkan.
Lian hanya mendengarkan tanpa tahu arti dari apa yang baru saja di jelaskan oleh Om juga ibundanya. Tatapan mata polosnya tetap saja mengisyaratkan bahwa dia merindukan keluarga yang utuh, di mana dirinya bisa bercanda ria dengan ibu dan ayah juga mendapatkan kasih sayang yang utuh dari mereka.
"Lian tidur sama Om dulu. Besok 'kan kita mau jalan-jalan," pinta Fazril kembali mengusap kepala sang keponakan lembut dan penuh kasih sayang.
Lian mencoba untuk memejamkan kedua matanya. Tidak membutuhkan waktu lama, balita berusia 4 tahun itu pun seketika terlelap.
"Aku keluar dulu, Bang. Aku titip Lian," ujar Alena bangkit dan hendak keluar dari dalam kamar.
"Tunggu, Len."
Alena sontak menghentikan langkah kakinya lalu menoleh dan menatap wajah sang kakak.
"Kamu yang sabar. Tidak mudah menghadapi anak-anak. Abang yakin, suatu saat nanti mereka akan terbiasa dengan keadaan ini," ujar Fazril mencoba untuk memberikan kekuatan.
"Terima kasih, bang. Kalau Lian terbangun, antarkan saja ke kamar aku."
Fazril menganggukkan kepalanya seraya tersenyum kecil.
* * * *
Keesokan harinya.
Pukul 09.00 Alena sudah siap untuk berangkat ke mall bersama sang kaka juga kedua buah hatinya. Dia akan menghabiskan hari libur bersama mereka dengan berjalan-jalan dan membelikan mereka beberapa mainan. Hal itu dia lakukan semata-mata untuk menghibur Lian yang sedang merindukan ayahnya.
Mereka pun siap untuk berangkat ke tempat tujuan dan hendak memasuki mobil. Namun, mereka seketika mengurungkan niatnya saat melihat sebuah mobil yang tiba-tiba saja memasuki halaman lalu berhenti kemudian.
"Alvin?" Gumam Fazril seketika tersenyum lebar, tapi tidak dengan Alena.
'Astaga, ngapain lagi dia ke sini sih?' batin Alena mendengus kesal.
"Kalian mau ke mana?" tanya Alvin turun dari dalam mobil miliknya.
"Kebetulan sekali kamu datang, Alvin. Kami mau jalan-jalan, mau ikut sekalian? Biar rame gitu," tawar Fazril membuat Alena seketika mendengus kesal.
'Apaan sih, Abang. Malah ngajak dia lagi, duuh ... Semoga pak Alvin menolak,' batin Alena penuh harap.
"Apa boleh saya ikut dengan kalian?"
"Ti--" Alena tidak meneruskan ucapannya.
"Tentu saja boleh, kenapa tidak?" sela Fazril membuat Alena semakin merasa kesal.
"Oke, saya ikut kalian kalau begitu."
Alena memejamkan kedua matanya. Harapannya sia-sia, kenapa Alvin harus bersedia ikut dengan mereka? Suasana pasti akan terasa canggung sekali jika dia sampai ikut bersamanya. Wanita itu seketika mengerucutkan bibirnya sedemikian rupa lalu melanjutkan langkah kakinya yang sempat tertunda. Dia masuk ke dalam mobil bersama 2 buah hatinya.
* * *
Di mall anak-anak terlihat bahagia, Lian bermain bersama Fazril sedangkan Lani menempel dengan laki-laki bernama Alvin layaknya perangko yang tidak ingin di pisahkan, dan dirinya berjalan sendiri di belakang mereka sudah seperti perawan ting-ting yang belum menikah, tapi dia merasa bahagia karena kedua putra-putrinya terlihat begitu senang.
Mereka melakukan banyak hal di sana, dari mulai nonton, bermain time zone, berbelanja mainan, dan terakhir mereka pun makan di sebuah Restoran. Lian yang sedari kemarin terlihat murung kini memasang wajah ceria. Senyuman pun tidak berhenti dia perlihatkan. Balita berusia 4 tahun itu terlihat begitu bahagia dan perasaannya yang sempat galau benar-benar merasa terhibur kini.
"Om, antar aku ke toko yang tadi. Aku lupa pengen beli robot-robotan itu," rengek Lian, mereka sedang duduk di sebuah Restoran dan baru saja selesai menyantap makan siang.
"Boleh, kita ke sana lagi sekarang," jawab Fazril tersenyum ramah.
"Aku ikut, aku juga pengen beli satu mainan lagi, tadi aku lupa," rengek Lani.
"Lani sayang--" Alena hendak menahan karena dirinya tidak ingin di tinggalkan hanya berdua saja bersama sang Dosen.
"Gak apa-apa, Len. Kamu tunggu di sini saja sama Alvin. Kami tidak akan lama ko," sela Fazril, tanpa basa-basi lagi laki-laki berusia 31 tahun itu pun berjalan meninggalkan mereka berdua.
Kecanggungan pun sempat tercipta. Baik Alvin maupun Alena seketika merasa gugup. Namun, laki-laki berkaca mata minus itu berusaha untuk mencairkan suasana yang ada.
"Kamu wanita yang hebat, Len. Kamu mampu menjaga kedua putra-putri kamu, menjadi mahasiswa dan ibu dari 2 anak adalah hal yang luar biasa. Maaf karena saya sempat menyulitkan kamu di kampus," ujar Alvin, menatap lekat wajah wanita yang saat ini mengenakan dress selutut berwarna merah marun, rambutnya yang panjang di gerai memenuhi punggung membuat kecantikan wanita itu terlihat kian memukau.
"Semua ini berkat Abang, kalau saja tidak ada dia aku tetap akan kewalahan menghadapi anak-anak yang merengek-rengek terus minta ketemu sama ayahnya," jawab Alena santai.
"Abang kamu juga hebat, dia adalah Om yang baik. Dia pernah bercerita kepada saya kalau dia sangat menyayangi keponakannya itu. Eu ... Boleh saya bertanya sesuatu sama kamu, Len?"
"Bertanya apa?"
"Apa kamu sudah membuka hati kamu untuk laki-laki lain? Maksud saya, kamu sudah benar-benar move on dari mantan suami kamu itu. Kalau iya, saya adalah orang pertama yang akan mendekati kamu, boleh?"
"Hah?" Alena seketika tercengang. Alvin sendiri yang bertanya dan dia sendiri yang menjawab pertanyaan itu, sungguh aneh dia rasa.
"Eu ... Maaf, Pak aku--"
Belum sempat Alena menyelesaikan ucapannya, Fazril bersama kedua anaknya terlihat berjalan dari kejauhan. Masing-masing dari mereka membawa satu bungkusan. Alena seketika membulatkan bola matanya karena kakaknya itu berjalan bersama seorang wanita yang sangat dia kenal.
"Mommy, aku beli 2 mainan lagi. Yang ini di belikan sama Tante ini," ujar Lani terlihat senang, tapi tidak dengan Alena, dia menatap tajam wanita tersebut begitu pun sang wanita yang saat ini berdiri bersama kakaknya.
'Dari mana Abang kenal sama wanita ini? Dia adalah wanita yang telah memporak-porandakan rumah tangga aku dengan Mas Vian,' batin Alena seketika penuh tanda tanya.
"Dia adik kamu?" tanya April menunjuk wajah Alena sama terkejutnya dengan wanita itu.
BERSAMBUNG
...****************...
mna ad orang tua yg rela anak x diselingkuhi ..
sdh tepat keputusan mm x alena.
untuk menempa ilmu buat msa depan
ak pun akan berbuat sma sesama .
orang tua
dri pd sakit hati berkepanjangan
klo berpisah bsa jd ad yg sanggup ..
mengobati luka mu..
yg bisa buat bahagia dan tenang..
banyak orang sukses ....
sarjana aj banyak nganggur ..
tergantung keberuntungan ..
contoh x ak bisa dibilang gk sekolah ..
bisa dibilang ak sekses dlm ekonomi..
keberuntungan berpihak pd ku...